باحث إسرائيلي يروي قصة التطهير العرقي في فلسطين
Kisah Pembersihan Etnis Palestina Diungkap Peneliti Israel
Oleh : Wadi’ Awawdeh – Haifa
Kisah Pembersihan Etnis Palestina Diungkap Peneliti Israel dalam sebuah buku barunya
كشف باحث إسرائيلي بارز في كتاب جديد أن اسرائيل قامت عام 1948 بعملية تطهير عرقي وفقا لخطة مفصلة وأنها تواصل ذلك ضد الفلسطينيين حتى اليوم بطرق أخرى.
rezaervani.com – Kisah Pembersihan Etnis Palestina Diungkap Peneliti Israel dalam sebuah buku barunya. Diungkapkan bahwa Israel melakukan pembersihan etnis pada tahun 1948 berdasarkan sebuah rencana yang terperinci, dan bahwa Israel terus melakukan hal serupa terhadap warga Palestina hingga hari ini dengan cara-cara lain.
وكان الدكتور إيلان بابه، وهو محاضر في جامعة حيفا وناشط سلام، قد أصدر كتابا باللغة الانجليزية في لندن بعنوان “التطهير العرقي في فلسطين” ثبّت فيه تورط إسرائيل بجريمة ضد البشرية عام 1948 استنادا إلى وثائق ومراسلات داخلية من أرشيفات الصهيونية تفتح للمرة الأولى.
Dr. Ilan Pappé, seorang dosen di Universitas Haifa dan aktivis perdamaian, telah menerbitkan sebuah buku berbahasa Inggris di London berjudul “The Ethnic Cleansing of Palestine” di mana ia menegaskan keterlibatan Israel dalam kejahatan terhadap kemanusiaan pada tahun 1948. Pernyataan tersebut ia dasarkan pada dokumen-dokumen dan korespondensi internal dari arsip-arsip Zionis yang untuk pertama kalinya dibuka untuk umum.
وقارب بابه بين التطهير العرقي للفلسطينيين والعملية نفسها في يوغسلافيا في التسعينيات، مشددا على أن الطريق الوحيدة والممكنة لإنهاء النزاع تكمن في عودة اللاجئين وإقامة دولة ثنائية القومية ذات بنية ديمقراطية حقيقية على أراضي فلسطين التاريخية.
Pappé membandingkan antara pembersihan etnis terhadap orang-orang Palestina dan tindakan serupa yang terjadi di Yugoslavia pada tahun 1990-an. Ia menegaskan bahwa satu-satunya jalan yang memungkinkan untuk mengakhiri konflik adalah dengan mengembalikan para pengungsi dan mendirikan sebuah negara dengan dua bangsa yang memiliki struktur demokrasi sejati di wilayah Palestina historis.
وحسب البحث الجديد، وضعت الصهيونية خطة مكتوبة للتطهير العرقي في فلسطين قبل النكبة بسنوات تم تطويرها تدريجيا إلى أن تبلورت نهائيا فيما يعرف بالخطة “د”.
Berdasarkan penelitian baru tersebut, Zionisme telah menyusun sebuah rencana tertulis untuk melakukan pembersihan etnis di Palestina sejak bertahun-tahun sebelum terjadinya Nakba, yang kemudian secara bertahap dikembangkan hingga akhirnya menjadi bentuk akhir yang dikenal dengan nama Rencana “D”.
طرد العرب
Pengusiran Orang Arab
ويورد الكتاب رسالة كتبها ديفد بن غوريون لابنه عام 1937 أكد فيها رؤيته بضرورة طرد العرب من فلسطين عنوة عندما تحين اللحظة المناسبة كالحرب مثلا.
Buku tersebut mencantumkan sebuah surat yang ditulis oleh David Ben-Gurion kepada putranya pada tahun 1937, di mana ia menegaskan pandangannya bahwa orang-orang Arab harus diusir secara paksa dari Palestina ketika momen yang tepat tiba, seperti saat perang misalnya.
أما الخطة “د” التي بلورت نهائيا على يد ديفد بن غوريون و11 قائدا صهيونيا عام 48 فشملت توزيع البلاد إلى مناطق جغرافية أوكلت لقادة “الهجاناة” عملية التطهير فيها.
Adapun Rencana “D” yang dirumuskan secara final oleh David Ben-Gurion bersama 11 pemimpin Zionis lainnya pada tahun 1948, mencakup pembagian wilayah negara ke dalam zona-zona geografis yang tugas pembersihannya diserahkan kepada para komandan Haganah.
وأكد الباحث أن فكرة التطهير العرقي ولدت مع نشوء الصهيونية التي حولتها إلى خطة عندما بات اليهود يشكلون ثلث سكان البلاد، مشيرا إلى أن الصهيونية استخدمت حرب 1948 وسيلة لتطبيق خطة التطهير العرقي بخلاف أبحاث المؤرخين الإسرائيليين الجدد الذين اعتبروا أن التطهير جاء نتيجة للحرب.
Peneliti tersebut menegaskan bahwa ide pembersihan etnis lahir seiring dengan kemunculan Zionisme, yang kemudian mengubahnya menjadi sebuah rencana ketika orang Yahudi mulai membentuk sepertiga dari populasi negara tersebut. Ia menunjukkan bahwa Zionisme memanfaatkan Perang 1948 sebagai sarana untuk menerapkan rencana pembersihan etnis, berbeda dengan pandangan para sejarawan Israel baru yang menganggap pembersihan etnis sebagai akibat dari perang.
وتقوم الخطة على تطويق المدن والقرى العربية من ثلاث جهات وترك الجهة الرابعة مفتوحة لتمكين السكان من النزوح وإطلاق النار على المدنيين وهدم المنازل بالمتفجرات وسرقة الممتلكات بشكل منهجي.
Rencana tersebut didasarkan pada pengepungan kota-kota dan desa-desa Arab dari tiga sisi, sementara sisi keempat dibiarkan terbuka untuk memungkinkan warga mengungsi. Diiringi dengan penembakan terhadap warga sipil, penghancuran rumah-rumah dengan bahan peledak, serta pencurian harta benda secara sistematis.
كما تضمنت الخطة اقتراف مذابح ضد المدنيين في الأرياف الفلسطينية لإرهاب السكان ودفعهم للنزوح، لافتا إلى أن الصهيونية نفذت مجزرة في بعض القرى قبيل احتلال المدن الكبرى، كما حصل في طبريا (مذبحة ناصر الدين) وحيفا (مذبحة الطيرة) والقدس(دير ياسين).
Rencana itu juga mencakup pelaksanaan pembantaian terhadap warga sipil di daerah pedesaan Palestina untuk menebar teror dan mendorong mereka agar mengungsi. Disebutkan bahwa Zionisme telah melakukan pembantaian di beberapa desa sebelum menduduki kota-kota besar, seperti yang terjadi di Tiberias (Pembantaian Nasruddin), Haifa (Pembantaian al-Tira), dan Yerusalem (Deir Yassin).
تدمير وتهجير
Penghancuran dan Pengusiran
ولفت د.بابه إلى أن الصهيونية خططت لتطبيق برنامجها في غضون ستة أشهر، لكنها تمكنت من ذلك في كثير من الأحيان في أقل من ذلك بكثير، منوها إلى أنها دمرت 530 قرية وأفرغت11 مدينة من سكانها.
Dr. Pappé menunjukkan bahwa Zionisme merencanakan untuk melaksanakan programnya dalam waktu enam bulan, namun dalam banyak kasus mereka berhasil melaksanakannya dalam waktu yang jauh lebih singkat. Ia mencatat bahwa Zionis telah menghancurkan 530 desa dan mengosongkan 11 kota dari penduduknya.
وأضاف أن الخطة كانت تقوم بالأساس على معلومات استخباراتية هائلة عن الفلسطينيين منذ ثلاثينيات القرن الماضي تتعلق بعدد السكان وأعمارهم وأسمائهم وعدد البنادق والأشجار والمواشي والدجاجات بل الثمرات على كل شجرة في القرى الفلسطينية، وذلك ضمن آلاف “ملفات القرى” التي كانت جزءا من التحضير للتطهير.
Ia menambahkan bahwa rencana tersebut pada dasarnya didasarkan pada informasi intelijen yang sangat besar mengenai rakyat Palestina sejak tahun 1930-an, mencakup jumlah penduduk, usia mereka, nama-nama mereka, jumlah senapan, pohon, ternak, ayam, bahkan jumlah buah di setiap pohon di desa-desa Palestina. Semua ini terekam dalam ribuan “file desa” yang merupakan bagian dari persiapan pembersihan etnis.
وردا على سؤال “الجزيرة نت” أوضح الباحث بابه أن الصهيونية طردت 750 ألف فلسطيني من أراضي 48 فيما بقي 10% من سكانها بعد أن نجوا من التهجير لعدة أسباب، منها قرار القادة الميدانيين بمخالفة الأوامر وتوسط بعض وجهاء القرى المقربين من الصهيونية كما حصل في قرى مرج بن عامر إضافة لبعض البلدات المسيحية.
Menanggapi pertanyaan dari Al Jazeera Net, peneliti Pappé menjelaskan bahwa Zionisme telah mengusir 750 ribu warga Palestina dari wilayah 1948. Hanya sekitar 10% penduduk yang tetap tinggal setelah berhasil selamat dari pengusiran karena beberapa alasan, di antaranya keputusan para komandan lapangan yang melanggar perintah, mediasi dari tokoh-tokoh desa yang dekat dengan Zionis seperti yang terjadi di desa-desa di Marj Ibn Amir, serta di sejumlah kota Kristen.
وأشار بابه إلى أن دوافع كتابة بحثه هذا ترتبط بإثراء المعرفة وبكتابة دراسة تاريخية مهنية إضافة للموقف الأخلاقي وأضاف “لا أستطيع أن أكتب بشكل بارد حول تطهير عرقي سيما أن ذلك يتواصل حتى اليوم من خلال تضييق الخناق على فلسطينيي القدس والحصار الاقتصادي على سكان الضفة وغزة”.
Pappé menunjukkan bahwa motivasinya menulis penelitian ini berkaitan dengan memperkaya pengetahuan dan menyusun kajian sejarah yang profesional, di samping alasan moral. Ia menambahkan, “Saya tidak bisa menulis secara dingin tentang pembersihan etnis, terutama karena hal itu masih berlangsung hingga hari ini melalui pembatasan yang ketat terhadap warga Palestina di Yerusalem, dan blokade ekonomi terhadap penduduk Tepi Barat dan Gaza.”
ونوه الكاتب إلى دور الانتداب في التسليح وتدمير القيادات العربية في الثورة الكبرى عام 1936 وبإقناع الصهيونية بأن الدولة لا تقام بتسمين المستعمرات وحسب إنما بقوة السلاح.
Penulis juga menyoroti peran Mandat Inggris dalam mempersenjatai dan menghancurkan kepemimpinan Arab selama Revolusi Besar tahun 1936, serta bagaimana mereka meyakinkan Zionis bahwa sebuah negara tidak bisa dibangun hanya dengan memperbesar koloni, tetapi harus melalui kekuatan senjata.
Sumber : Al Jazeera