Ahli Militer: Pertempuran di Gaza Adalah Pertempuran Intelijen Sejati dan Perlawanan Tetap Teguh
Informasi-informasi Intelijen menjadi basis utama dalam perang Gaza, sehingga tidak keliru jika menyebut bahwa Pertempuran Gaza adalah Pertempuran Intelijen Sejati, dan HAMAS menunjukkan kemampuannya mengimbangi kekuatan Israel yang lebih lengkap secara fasilitas
rezaervani.com – 1 Juli 2025 – Gaza, Ahli militer dan strategi, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi, menegaskan bahwa pertempuran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah menjadi “pertempuran intelijen sejati,” dengan menunjukkan bahwa informasi intelijen merupakan dasar dalam pelaksanaan operasi di dalam wilayah tersebut.
Al-Falahi menjelaskan—dalam segmen analisis militernya—bahwa pihak pendudukan kini berusaha merekrut seluruh agen dan mata-mata yang dimilikinya, serta menggunakan berbagai sarana elektronik canggih untuk mengumpulkan informasi dan memanfaatkannya guna menjebak kelompok perlawanan, atau mencapai target-target penting di dalam wilayah Gaza.
Dalam konteks pertempuran intelijen ini, Al-Falahi membahas operasi di mana pihak perlawanan berhasil menguasai bahan peledak yang dijatuhkan dari udara. Ia menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut dijatuhkan di wilayah tertentu agar dapat diambil oleh para agen, kemudian digunakan untuk operasi peledakan terhadap faksi-faksi perlawanan.
Namun, ahli militer itu menegaskan bahwa rencana Israel tersebut telah diawasi dengan baik oleh faksi-faksi perlawanan. Bahan peledak yang ditempatkan di berbagai wilayah di Jalur Gaza berhasil ditemukan atau disita, dan justru digunakan dengan cara yang berlawanan dari tujuan pihak pendudukan.
Ia menambahkan bahwa pencapaian ini menunjukkan kekuatan aparat keamanan dan intelijen, serta kekuatan pengawasan yang dimiliki faksi-faksi perlawanan, meskipun hal ini mengandung risiko besar karena bahan-bahan tersebut terkadang merupakan jebakan yang dipasangi bahan peledak tambahan.
Dalam penilaian strategis umumnya, Al-Falahi mengutip pernyataan mantan komandan operasi Israel yang mengatakan bahwa “Israel kini menghadapi masalah nyata dan berada dalam rawa di dalam Jalur Gaza, dan kami sedang tenggelam dalam rawa dengan mata terbuka.”
Dalam konteks ini, ahli militer tersebut menegaskan bahwa berlanjutnya operasi perlawanan selama 603 hari merupakan pencapaian bersejarah yang menegaskan keteguhan mereka dan kemampuan mereka untuk menghadapi pendudukan.
Roket Perlawanan
Al-Falahi juga menjelaskan bahwa tentara pendudukan kini berusaha menekan dari arah utara, dan juga berusaha menekan dari arah selatan menuju Khan Younis. Namun ia mencatat bahwa operasi infiltrasi ini akan menghadapi beberapa pengaturan pertahanan yang telah disiapkan oleh faksi-faksi perlawanan sebelumnya.
Dalam analisisnya terhadap operasi di lapangan, Al-Falahi menyinggung penyergapan Al-Atatrah yang dilakukan oleh Brigade Al-Qassam pada 27 Mei lalu. Ia menjelaskan bahwa penyergapan tersebut dilakukan terhadap pasukan tentara pendudukan yang maju ke wilayah itu dan terjadi kontak langsung dari jarak nol, setelah itu pasukan tersebut mundur.
Ahli militer itu memaparkan rincian taktis operasi tersebut, dengan menjelaskan bahwa penyergapan dibagi ke dalam beberapa kelompok: kelompok penahan kanan, kelompok penahan kiri, kelompok serang (pembunuh), kelompok dukungan, serta kelompok yang bertugas melindungi dan memberikan dukungan saat proses penarikan mundur.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan operasi ini menunjukkan masih adanya kehadiran perlawanan di wilayah-wilayah yang dianggap sebagai garis depan di utara dan dekat Beit Lahia, yang membuktikan kemampuan faksi-faksi perlawanan untuk tetap eksis di daerah-daerah yang berdekatan dengan wilayah perbatasan.
Dalam penilaiannya terhadap kemampuan roket, Al-Falahi menunjukkan bahwa kemampuan roket perlawanan masih berlanjut, di mana baru-baru ini terjadi peluncuran roket dari wilayah Khan Younis menuju area sekitar Jalur Gaza. Ia menambahkan bahwa hal ini berarti perlawanan masih memiliki sarana dan kemampuan yang memungkinkannya untuk menghadapi dan menahan operasi infiltrasi.
Ahli militer itu juga menegaskan bahwa operasi perlawanan masih dilakukan bahkan di wilayah yang berdekatan dengan zona penyangga, dengan menyinggung wilayah Al-Fakhari yang berada di dekat Khan Younis dan sangat dekat dengan zona tersebut.
Sebelumnya, pada 18 Mei lalu, tentara pendudukan Israel telah meluncurkan operasi militer baru yang diberi nama “Kereta Gideon”, yang mencakup rencana untuk menduduki seluruh wilayah Jalur Gaza, sebagaimana dinyatakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang saat ini diburu oleh Mahkamah Pidana Internasional atas tuduhan melakukan kejahatan perang.
Sumber: Al Jazeera