Abdullah Azugari: Israel memberlakukan tindakan penindasan dan penyiksaan brutal terhadap para sandera, serta menjalankan kebijakan kelaparan di dalam penjara
Ketua Perhimpunan Sandera Palestina: Ancaman Mengintai Para Sandera dan Upaya Menyingkirkan Para Pemimpin Mereka (Bagian Pertama)
rezaervani.com – Ancaman Mengintai Para Sandera Palestina oleh Israel dan Upaya Menyingkirkan Para Pemimpin Mereka, hal itu disampaikan oleh Abdullah Azugari hari ini 3 September 2025
Gaza – Ketua Perhimpunan Sandera Palestina, Abdullah Azugari, memperingatkan meningkatnya jumlah sandera Palestina yang gugur di penjara-penjara Israel akibat kebijakan represif, mulai dari praktik kelaparan dan penyiksaan hingga merebaknya penyakit, terutama penyakit kulit yang dipicu oleh kelalaian medis, kurangnya pengobatan, serta minimnya akses kebersihan pribadi.
Azugari menyebutkan, jumlah sandera melonjak menjadi lebih dari 10.800 orang sejak pecahnya perang Israel di Jalur Gaza. Dari jumlah tersebut, 77 sandera telah gugur akibat kondisi mengenaskan di dalam penjara yang semakin memburuk secara drastis dalam dua tahun terakhir.
Ia menekankan bahwa para sandera asal Gaza mengalami penderitaan paling parah. Salah satu contohnya adalah Direktur Rumah Sakit Syuhada Kamal Adwan di Jalur Gaza utara, dr. Husam Abu Safiyah, yang kini menderita penyakit kulit, mengalami kelaparan dan kelalaian medis, hingga kehilangan dua pertiga berat badannya.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera Net, Azugari menjelaskan secara rinci kondisi para sandera di penjara Israel, serta kebijakan balasan yang bahkan menyasar para pemimpin gerakan sandera. Puncaknya adalah peristiwa terbaru ketika Menteri Ekstremis Itamar Ben Gvir masuk ke sel pemimpin sandera Marwan Barghouti dan melontarkan ancaman, yang dikhawatirkan menjadi isyarat rencana untuk menyingkirkannya secara fisik.

Sejak 7 Oktober 2023, berapa jumlah sandera Palestina di tangan Israel?
Jumlah mereka hingga awal Agustus lalu mencapai sekitar 10.800 orang. Angka ini tidak termasuk mereka yang ditahan di kamp-kamp militer Israel, dan merupakan jumlah tertinggi sejak Intifada Al-Aqsa pada tahun 2000.
Di antara mereka terdapat 49 sandera perempuan, termasuk dua dari Gaza. Sementara itu, jumlah sandera anak-anak (di bawah 18 tahun) telah melampaui 450 orang. Adapun sandera yang ditahan dengan status administratif — tanpa dakwaan dan tanpa proses pengadilan — mencapai 3.613 orang hingga awal Juli lalu.
Selain itu, ada 2.378 orang yang dikategorikan sebagai “kombatan ilegal”. Angka ini pun tidak mencakup seluruh sandera Gaza yang ditahan di kamp-kamp militer Israel. Kategori tersebut juga meliputi sandera warga Arab dari Lebanon dan Suriah.
Bagaimana Anda menggambarkan kehidupan para sandera di penjara Israel?
Kondisinya sangat mengenaskan dan mencapai titik paling buruk sejak perang pemusnahan di Gaza pasca 7 Oktober 2023, yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan di dalam penjara.
Meski semua sandera Palestina merasakan dampaknya, namun para sandera asal Gaza — yang ditangkap sejak 7 Oktober dan selama invasi darat ke wilayah tersebut — menghadapi situasi jauh lebih keras dan brutal, terutama di kamp-kamp penahanan militer.
Walau kondisi ini semakin parah setelah perang dimulai, sebenarnya akar masalahnya sudah terlihat sejak awal 2023 ketika Itamar Ben Gvir menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional dan mengambil alih otoritas atas administrasi penjara. Saat itu ia mengibarkan slogan permusuhan terhadap para sandera.
Kebijakan yang diterapkan pascaperang di Gaza telah menjadi semacam kudeta total terhadap kehidupan para sandera: menghapus hak-hak yang diperoleh lewat perjuangan panjang mereka dan dibayar dengan darah. Ben Gvir memberi legitimasi politik kepada para sipir untuk semakin melampiaskan kekerasan terhadap sandera Palestina.

Apa saja ciri utama dari kebijakan balas dendam Israel terhadap para sandera setelah perang?
Pasca agresi di Gaza, Israel menjalankan kebijakan balas dendam yang sangat brutal. Pelanggaran meningkat ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan seluruh tindakan terhadap sandera diperlakukan sebagai bagian dari politik hukuman kolektif. Ciri-ciri utamanya antara lain:
- Isolasi massal dan pencabutan hak-hak dasar: Ratusan sandera ditempatkan di sel isolasi, termasuk para pemimpin gerakan sandera. Blok-blok ditutup, perpindahan antarpenjara dilarang, serta kunjungan keluarga dan pengacara dibatasi dalam jangka waktu panjang.
- Pencabutan capaian dan hak yang diperjuangkan: Banyak hak-hak dasar yang selama ini diraih melalui perjuangan panjang dihapuskan. Waktu istirahat di halaman penjara (foureh) dikurangi atau bahkan dilarang, jatah makanan dipangkas dan mutunya memburuk, pakaian dan selimut tidak boleh dibawa masuk, begitu pula buku dan surat kabar.
- Kekerasan, penyiksaan, dan perlakuan buruk: Serangan harian terhadap para sandera dilakukan oleh unit khusus penindasan, termasuk penggunaan anjing polisi, penggeledahan telanjang yang merendahkan, serta penyiksaan fisik dan psikologis di ruang interogasi maupun saat proses pemindahan. Mereka juga dibiarkan tanpa akses pengobatan dan perawatan medis, bahkan bagi penderita penyakit kronis.
- Peningkatan penahanan administratif: Jumlah sandera yang ditahan dengan status administratif meningkat tajam. Bentuk penahanan sewenang-wenang ini diperluas tanpa dasar hukum yang jelas, dengan perpanjangan berkali-kali.
- Gelombang penangkapan massal di Tepi Barat: Sejak 7 Oktober, Israel melancarkan kampanye penangkapan besar-besaran yang menjaring sekitar 9.000 sandera, termasuk aktivis politik, mahasiswa, dan mantan sandera yang pernah dibebaskan.
- Hukum dan regulasi represif: Dorongan untuk mengesahkan undang-undang yang lebih ekstrem, seperti rancangan eksekusi bagi sandera yang dituduh membunuh orang Israel, pemberlakuan aturan yang memperpanjang masa isolasi, membatasi proses pengadilan, dan memberi kewenangan lebih besar bagi administrasi penjara untuk menindas para sandera.
- Eksploitasi politik dan media: Para sandera digambarkan sebagai ancaman keamanan permanen demi membenarkan pelanggaran, sementara media Israel digunakan untuk mendiskreditkan gerakan sandera dan melemahkan simpati publik terhadap mereka.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : al Jazeera