Abdullah Azugari: Israel memberlakukan tindakan penindasan dan penyiksaan brutal terhadap para sandera, serta menjalankan kebijakan kelaparan di dalam penjara
Ketua Perhimpunan Sandera Palestina: Ancaman Mengintai Para Sandera dan Upaya Menyingkirkan Para Pemimpin Mereka (Bagian Kedua)
rezaervani.com – Ancaman Mengintai Para Sandera Palestina oleh Israel dan Upaya Menyingkirkan Para Pemimpin Mereka, hal itu disampaikan oleh Abdullah Azugari hari ini 3 September 2025
Meski kebijakan umum Israel terhadap para sandera lahir dari sistem penindasan yang sama, apakah ada kekhususan dalam perlakuan terhadap para sandera perempuan?
Ya, terdapat kondisi khusus yang dialami sandera perempuan, di antaranya:
- Kelalaian medis dan penindasan ganda sebagai perempuan: Para sandera perempuan mengalami kelalaian medis sebagaimana dialami sandera lainnya, namun dengan risiko lebih tinggi karena kebutuhan kesehatan khusus kaum perempuan diabaikan. Mulai dari perawatan saat menstruasi, penanganan saat hamil atau pascapersalinan, hingga minimnya tenaga medis perempuan. Beberapa sandera bahkan menderita penyakit kronis atau mengalami penyiksaan fisik dan psikologis selama interogasi tanpa mendapatkan perawatan.
- Kondisi penahanan yang buruk: Sel-sel sempit dengan kebersihan dan ventilasi minim, penggunaan kamera yang melanggar privasi, penyitaan barang pribadi atau pakaian, serta keterlambatan dalam mengizinkan keluarga membawa barang-barang kebutuhan.
- Isolasi dan larangan kunjungan: Sandera perempuan lebih rentan ditempatkan di sel isolasi untuk jangka panjang, dilarang menerima kunjungan keluarga dengan alasan keamanan, atau ditunda secara sengaja. Akses buku dan bahan pendidikan pun sangat terbatas.
- Ancaman dan pelecehan: Sebagian sandera melaporkan pelecehan verbal maupun ancaman bernuansa seksual saat interogasi, termasuk tekanan psikologis yang dikaitkan dengan status mereka sebagai perempuan atau ibu, seperti ancaman pencabutan hak asuh anak atau menyakiti anggota keluarga.
- Target terhadap anak perempuan: Israel juga menahan remaja putri berusia 14 hingga 17 tahun. Mereka pun mengalami penyiksaan fisik maupun psikologis sejak proses penangkapan.

Anda menyebutkan adanya penyiksaan lebih keras terhadap sandera asal Gaza. Bisa dijelaskan?
Benar. Israel memperlakukan sandera dari Gaza dengan tingkat penindasan dan penyiksaan lebih brutal dibanding sandera dari Tepi Barat atau Yerusalem. Kondisi mereka kian memburuk seiring situasi di lapangan, terutama di tengah perang saat ini. Beberapa bentuk perlakuan diskriminatif itu antara lain:
- Isolasi total dan pemutusan kontak: Para sandera Gaza diputus dari dunia luar, dilarang menerima kunjungan keluarga maupun Komite Palang Merah, serta tidak boleh ditemui pengacara.
- Pencabutan hak-hak dasar: Termasuk larangan memperoleh pakaian, makanan yang layak, bahkan akses ke toilet secara manusiawi. Pengobatan pun tidak diberikan, bahkan bagi penderita penyakit berat atau luka serius.
- Penyiksaan dan perlakuan buruk: Kekerasan fisik dan psikologis dilakukan secara berlebihan selama interogasi. Ada kesaksian tentang sandera yang meninggal akibat penyiksaan, mulai dari pemukulan brutal, posisi gantung (shabeh), larangan tidur, hingga ancaman penangkapan atau pembunuhan terhadap keluarga mereka.
- Penahanan administratif dan penyiksaan tanpa pengadilan: Pasca perang, ribuan warga sipil ditahan tanpa dakwaan apa pun, dalam kondisi ilegal, dan dicatat sebagai “tahanan tidak sah”, sehingga kehilangan hak-hak hukum paling mendasar.
- Penghinaan massal dan hukuman kolektif: Termasuk mencukur rambut para sandera, menelanjangi mereka, serta memaksa dalam posisi yang merendahkan. Foto dan bocoran juga memperlihatkan sandera Gaza ditelantarkan di alam terbuka dengan tangan terikat dan mata tertutup dalam waktu lama.
Anda menyebutkan kelaparan melanda para sandera di penjara. Bisa dikonfirmasi?
Ya. Israel memang menjalankan kebijakan kelaparan, dan kini gejala kelaparan meluas di dalam penjara. Bentuknya antara lain:
- Pengurangan jumlah dan mutu makanan: Makanan yang diberikan tidak mencukupi dari sisi jumlah maupun gizi, sehingga memicu malnutrisi, terutama di tengah kelalaian medis.
- Hukuman kolektif: Misalnya menutup atau mengurangi akses ke “kantin penjara” yang biasanya memungkinkan sandera membeli makanan tambahan dan suplemen.
- Kelalaian medis terkait gizi: Beberapa sandera yang memiliki penyakit kronis membutuhkan pola makan khusus, tetapi tidak diberikan.
Kebijakan ini jelas melanggar Konvensi Jenewa IV yang mewajibkan perlakuan manusiawi terhadap tahanan, termasuk penyediaan makanan cukup dan bergizi. Menurut hukum internasional, penggunaan kelaparan sebagai senjata merupakan bentuk kejahatan perang.
Israel memberlakukan serangkaian tindakan penyiksaan dan operasi represif yang terencana, yang telah menyebabkan banyak sandera mengalami luka, termasuk tokoh asal Gaza dan para pemimpin gerakan sandera.
Otoritas penjara meningkatkan praktik yang bisa disebut sebagai “kejahatan medis”, melampaui sekadar kelalaian terencana, yang selama beberapa tahun terakhir menjadi penyebab utama gugurnya banyak sandera.
Akibat dari kebijakan ini, penyakit kulit berbahaya merebak di kalangan sandera, seperti scabies, bisul, dan infeksi parah pada kulit. Salah satunya dialami dr. Husam Abu Safiyah, yang hanya diizinkan mandi kurang dari dua menit, dilarang mendapat paparan sinar matahari lebih dari 30 menit per bulan, hingga kehilangan sekitar dua pertiga berat badannya. Semua itu terjadi di tengah larangan akses obat-obatan dan layanan medis khusus.
Dalam konteks yang sama, terjadi serangan dari Menteri Ekstremis Itamar Ben Gvir terhadap pemimpin sandera Marwan Barghouti di dalam sel isolasi, tempat ia dikurung sejak 7 Oktober 2023. Ben Gvir juga melontarkan ancaman langsung, yang dianggap sebagai pernyataan terbuka atas niat Israel untuk menyingkirkan dan membunuhnya.
Sebelumnya, Barghouti pernah mengalami serangan fisik brutal pada 9 September tahun lalu di selnya. Ia dipukuli dengan kejam hingga mengalami memar, pendarahan di telinga, luka di lengan, dan nyeri pada punggungnya, tanpa pernah menerima pengobatan layak.
Kebijakan represif ini telah mengakibatkan gugurnya 77 sandera sejak pecahnya perang. Apakah ada kekhawatiran jumlah korban akan terus bertambah?
Sudah pasti. Apalagi dengan kondisi keras yang dijalani para sandera serta situasi mengenaskan di dalam penjara akibat penyiksaan, kelaparan, dan kelalaian medis yang disengaja.
Gugurnya 77 sandera bukan sekadar angka, melainkan cerminan nyata dari pola pelanggaran sistematis. Hal ini memperbesar kemungkinan jatuhnya lebih banyak korban dan meningkatkan kekhawatiran atas keselamatan seluruh sandera.
Sumber : al Jazeera