Hamas Menekan Setan ke Pojok (Bagian Kedua)
Ahmad Al-Haylah (Penulis dan Analis Politik Palestina)
Artikel Hamas Menekan Setan ke Pojok masuk dalam Kategori Analisis
Dengan demikian, Hamas telah mendorong rakyat Palestina dan seluruh kekuatan nasional untuk menjadi mitra sejati dalam pengambilan keputusan nasional; sebab meskipun Hamas memimpin perlawanan, ia tidak mengklaim sebagai pihak yang berhak menguasai rakyat Palestina — pemilik keputusan nasional dan hak menentukan nasib sendiri.
Dengan cara inilah Hamas menyikapi Rencana Presiden Trump secara positif dan penuh tanggung jawab; mereka memberi Trump apa yang diinginkannya sebagai pencapaian pribadi, meletakkan dasar bagi penghentian perang, serta melibatkan seluruh kekuatan nasional Palestina dan negara-negara Arab serta Islam agar memikul tanggung jawab historis mereka.
Dengan demikian, Hamas melempar bola ke lapangan penjahat perang Benjamin Netanyahu, menekannya ke pojok, dan membuatnya berhadapan dengan publik Israel, Presiden Trump, serta seluruh negara yang berupaya menghentikan perang.
Setan Netanyahu dan Tanggung Jawab Arab
Menariknya, Netanyahu dan pemerintahannya memilih diam dan tidak menyatakan sikap terhadap respons Hamas maupun tanggapan positif Presiden Trump. Hal ini menunjukkan bahwa Netanyahu dan pimpinan Israel mengalami guncangan ganda — pertama, karena kemampuan Hamas membalik keadaan dan membuat Netanyahu kehilangan kendali; dan kedua, karena reaksi cepat dan positif Presiden Trump terhadap posisi Hamas.
Diperkirakan Netanyahu, seperti biasanya, akan melancarkan kampanye besar-besaran di Gedung Putih, di Kongres, serta melalui lobi-lobi Zionis untuk menekan Presiden Trump agar mengubah posisinya, demi memberinya ruang bermanuver dan berkelit agar perang tidak berhenti.
Dalam konteks ini, tidak tertutup kemungkinan Netanyahu akan mencoba meyakinkan Trump bahwa ia bersedia bernegosiasi dengan Hamas, namun dengan syarat perang dan pengeboman tidak dihentikan segera, seperti yang diminta Trump, sampai seluruh rincian disepakati. Ia akan mengklaim bahwa kelanjutan perang diperlukan untuk menekan Hamas — sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya — sambil membeli waktu untuk melanjutkan genosida dan pembersihan etnis, guna memaksa rakyat Palestina menyerah dan terusir dari tanah mereka.
Netanyahu juga mungkin akan mendorong agar Hamas menerima seluruh isi Rencana Trump sebagai satu paket, yang berarti menerima secara tersirat perwalian internasional Amerika atas Gaza. Hal ini akan memberinya kesempatan untuk menyingkirkan gagasan tentang negara Palestina dan hak menentukan nasib sendiri, serta memastikan Israel memiliki kedaulatan dan kendali keamanan di masa depan.
Karena itu, sangat penting bagi negara-negara Arab untuk memperkuat posisi Palestina melalui beberapa langkah berikut:
-
Mendukung posisi Hamas dan menyediakan jaring pengaman politik baginya dalam menghadapi tipu daya Netanyahu. Hal ini mungkin memerlukan tekanan berkelanjutan dari negara-negara Arab dan Islam terhadap Presiden Trump — terutama Mesir, Qatar, Turki, dan Arab Saudi — untuk meyakinkannya akan pentingnya pelaksanaan seruannya menghentikan pengeboman segera sebagai langkah awal yang mutlak diperlukan bagi keberhasilan jalur perundingan.
-
Menegaskan komitmen negara-negara Arab dan Islam terhadap gagasan pembentukan badan Palestina independen (teknokrat) untuk mengelola Jalur Gaza melalui kesepakatan nasional Palestina yang terkait langsung dengan Tepi Barat, sekaligus menolak segala bentuk perwalian internasional atau pasukan asing yang menggantikan tentara pendudukan Israel.
-
Menjadi tuan rumah bagi dialog nasional Palestina untuk membahas seluruh isu penting terkait senjata perlawanan, negara Palestina, dan hak menentukan nasib sendiri, serta memanfaatkan momentum dukungan internasional yang besar terhadap berdirinya negara Palestina — yang kini telah diakui oleh sekitar 158 dari 193 negara anggota PBB.
Rakyat Palestina, dengan sejarah perjuangannya yang panjang dan pengorbanan luar biasa yang telah mereka berikan, serta di tengah dukungan dunia terhadap keadilan perjuangan mereka dan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, berhak meraih kebebasannya dan mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Presiden Trump telah mengatakan bahwa penghentian perang di Gaza merupakan peluang bagi perdamaian yang telah lama ditunggu di Timur Tengah — sebuah pintu penting untuk melangkah maju. Dunia kini menyadari, lebih dari sebelumnya, bahwa isu Palestina dan berdirinya negara Palestina adalah kunci bagi perang dan perdamaian di kawasan ini.
Inilah kesempatan bersejarah bagi dunia Arab dan Islam untuk mengerahkan upaya bersama demi menghentikan penyimpangan dan ekstremisme Israel, yang jika tidak dihentikan mulai dari Gaza dan Palestina, akan berubah menjadi monster kanker yang mengancam keamanan seluruh kawasan Arab. Hal ini menuntut tanggung jawab ganda bagi negara-negara Arab dan Islam untuk menekan Presiden Trump dan pemerintahan Amerika Serikat agar segera menghentikan perang terhadap Jalur Gaza.
Alhamdulillah selesai rangkaian artikel 2 (Dua) Seri
Sumber : al Jazeera