Siapa al Quwwat Asy Sya’biyah, Geng Gaza yang Dipersenjatai oleh Israel?
Oleh : Rayhan Uddin
Salah satu yang dikhawatirkan oleh analis adalah kelompok-kelompok pengkhianat perjuangan Palestina yang dibentuk oleh Amerika Serikat dan Israel di Gaza. Siapa sebenarnya Geng Gaza yang dipersenjatai oleh Israel ini. Dan bagaimana peran mereka dalam mengacaukan kondisi Gaza?
rezaervani.com – 19 Oktober 2025 – Di sebuah wilayah kecil di Rafah, sebuah kelompok baru muncul dari bayang-bayang perang Israel di Gaza.
Dipimpin oleh para penyelundup narkoba, penjarah bantuan, dan militan yang memiliki keterkaitan dengan kelompok-kelompok di seberang perbatasan Mesir, kelompok yang menamakan diri mereka al Quwwat Asy Sya’biyah kini memperlihatkan kekuasaannya di bagian selatan Jalur Gaza.
Kelompok ini dipimpin oleh mantan narapidana yang kini menjadi pimpinan geng, Yasser Abu Syabab.
Bulan lalu, kelompok tersebut meluncurkan halaman Facebook, lengkap dengan logo baru dan video media sosial yang dibuat dengan gaya profesional.
Langkah promosi ini bertepatan dengan pengakuan Israel bahwa mereka telah mempersenjatai geng Abu Syabab, yang tampaknya merupakan bagian dari upaya strategis Israel untuk menebar kekacauan dan memperkuat elemen anti-Hamas di Gaza.
Middle East Eye menelusuri siapa Abu Syabab dan para pengikutnya, kegiatan mereka sejak perang dimulai, serta alasan Israel memilih memberikan dukungan kepada mereka.

Siapa Yasser Abu Syabab?
Yasser Abu Syabab, lahir di Rafah bagian timur pada awal tahun 1990-an, berasal dari suku Badui berpengaruh Tarabin, yang wilayahnya membentang di Sinai, Gaza, dan Israel bagian selatan.
Ia berhenti sekolah sejak muda dan membangun reputasi sebagai penyelundup rokok, hasis, dan obat-obatan psikoaktif melalui terowongan dan jalur lintas menuju Gaza.
Anggota keluarganya mengatakan bahwa ia menyelundupkan barang dari Mesir dan Israel.
Pada tahun 2015, Hamas menahan Abu Syabab atas tuduhan perdagangan narkoba dan akhirnya menjatuhkan hukuman penjara selama 25 tahun.
Namun pada Oktober 2023, di hari-hari awal perang di Gaza, ia melarikan diri dari penjara Asda di Khan Younis bagian barat saat kawasan tersebut digempur bom oleh Israel.
Keadaan di sekitar pelariannya masih belum jelas.
Apa yang dilakukan gengnya selama perang?
Sejak melarikan diri, Abu Syabab telah mengumpulkan beberapa ratus orang dan menguasai wilayah di sekitar perlintasan Kerem Shalom, yang menghubungkan Gaza, Israel, dan Mesir.
Ia mengatakan bahwa dirinya memimpin “sekelompok warga dari komunitas ini yang secara sukarela melindungi bantuan kemanusiaan dari penjarahan dan korupsi.”
Di Facebook, kelompok ini menggambarkan dirinya sebagai “suara kebenaran melawan terorisme demi tanah air yang aman bagi semua.”
Sebuah memo PBB yang bocor menggambarkan markas mereka sebagai “kompleks bergaya militer” di zona yang “dibatasi, dikontrol, dan diawasi” oleh pasukan Israel.
Menurut Muhammad Shehada, peneliti tamu di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, geng Abu Syabab terlibat dalam beberapa kegiatan. Ia menulis bahwa mereka menjarah bantuan PBB dan menjual sebagian di pasar gelap, melakukan misi pengintaian untuk pihak Israel, serta bertindak sebagai milisi proxy bagi Israel di wilayah yang telah dikosongkan penduduknya.
Kelompok ini juga dituduh bekerja sama dengan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang tengah dilanda skandal.
Seorang pejabat diplomatik tanpa nama mengatakan kepada CNN bahwa inisiatif yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat itu, baik secara langsung maupun tidak, pernah berhubungan dengan Abu Syabab.
GHF membantah keterlibatan tersebut. “Kami memang memiliki pekerja lokal Palestina yang sangat kami banggakan, tetapi tidak ada yang bersenjata dan mereka tidak termasuk dalam organisasi Abu Syabab,” kata lembaga itu.
Abu Syabab sebelumnya mengakui bahwa anak buahnya telah menyerbu beberapa truk bantuan. “Kami mengambil truk agar kami bisa makan, bukan untuk dijual,” katanya pada bulan November. “Setiap orang yang lapar mengambil bantuan.”
Beberapa sopir truk menuduh pasukan Abu Syabab menghadang pengiriman bantuan dan memaksa mereka menurunkan barang.
Pasukan Israel telah menyerang pemilik toko dan petugas polisi yang mencoba melindungi bisnis mereka dari penjarahan dan kekacauan yang disebabkan oleh geng tersebut.
Asaad al-Kafarna, seorang polisi di Gaza, tewas oleh pasukan Israel di dekat sebuah restoran pada 2 Mei setelah mengejar anggota geng yang dituduh menjarah dan bekerja sama dengan militer Israel.
“Israel secara aktif membombardir siapa pun yang mencoba menyerang geng ISIS mereka di Gaza. Abu Syabab dan para penjahatnya telah menjadi seperti unit [militer Israel] yang menikmati perlindungan penuh,” tulis Shehada.
Apa hubungan geng ini dengan Negara Islam (ISIS)?
Avigdor Lieberman, politisi oposisi Israel, baru-baru ini mengatakan bahwa Abu Syabab dan pasukannya memiliki hubungan dengan kelompok Negara Islam, atau ISIS (IS).
Andreas Krieg, akademisi di King’s College London dan pakar keamanan, mengatakan kepada MEE: “Meskipun beberapa individu dari suku tersebut terlibat dalam penyelundupan dan, dalam beberapa kasus, bekerja sama dengan afiliasi ISIS berbasis di Sinai, suku itu sendiri tidak selaras secara ideologis dengan kelompok jihad.”
“Faktanya, banyak anggota Tarabin di Sinai telah berperang melawan ISIS bersama militer Mesir.”
Namun tokoh-tokoh kunci dalam lingkaran dalam Abu Syabab memang memiliki hubungan lama dengan kelompok militan.
Salah satunya, Issam al-Nabahin, bergabung dengan cabang ISIS di Sinai pada pertengahan tahun 2010-an.
Menurut laporan media, ia termasuk dalam kelompok warga Palestina yang bertempur dalam pemberontakan melawan tentara Mesir dan terlibat dalam pembunuhan warga sipil.
Hamas dan Mesir bekerja sama untuk menangkap dan menewaskan para militan itu, tetapi Nabahin berhasil lolos.
Ia muncul kembali pada tahun 2023 ketika Hamas menangkapnya dan menjatuhkan hukuman mati. Namun Nabahin melarikan diri sebelum eksekusinya dan sejak itu bergabung dengan pasukan Abu Syabab.
Tokoh senior lainnya di al Quwwat Asy Sya’biyah adalah Ghassan al-Dahini. Ia sebelumnya merupakan pejabat di Army of Islam, kelompok Palestina yang bersekutu dengan ISIS di Sinai.
Ia dilaporkan bertanggung jawab atas kegiatan penyelundupan dan komunikasi antara Army of Islam dan kelompok militan di Sinai.
Dahini telah ditangkap sedikitnya dua kali oleh polisi Hamas di Gaza. Dalam salah satu upaya penangkapan, ia menembak mati seorang polisi Palestina.
Seperti Nabahin dan Abu Syabab, ia melarikan diri dari penjara setelah pecahnya perang Israel. Kini ia menjabat sebagai wakil pemimpin al Quwwat Asy Sya’biyah.
Mengapa Israel mempersenjatai geng-geng ini?
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengakui bahwa ia mempersenjatai pasukan Abu Syabab.
“Kami memanfaatkan klan di Gaza yang menentang Hamas… Apa salahnya dengan itu?” katanya dalam sebuah unggahan di X pekan lalu. “Itu hal yang baik. Itu menyelamatkan nyawa tentara Israel.”
Menurut Maariv, geng-geng tersebut telah dipersenjatai dengan senapan Kalashnikov dan pistol yang diambil oleh pasukan Israel dari Hamas dan Hizbullah.
Layanan keamanan Shin Bet Israel, tulis Maariv, menilai bahwa sekalipun Abu Syabab berbalik dan menodongkan senjata ke arah Israel, dampaknya akan sangat kecil.
Krieg mengatakan bahwa ini merupakan “strategi yang diperhitungkan” untuk mengurangi beban militer dan administratif Israel di Gaza dengan “membangun aktor pengganti lokal.”
“Dengan memanfaatkan jaringan suku dan pengetahuan lokal, kelompok seperti al Quwwat Asy Sya’biyah memungkinkan Israel untuk menerapkan kendali tidak langsung sambil menghindari biaya reputasi dan operasional dari pendudukan ulang,” katanya.
Apa dampaknya terhadap Hamas?
Keberadaan al Quwwat Asy Sya’biyah, kata Krieg, telah memaksa Hamas bertempur di banyak front sekaligus, sehingga melemahkan monopoli kekuasaannya atas kekuatan bersenjata.
“Meskipun al Quwwat Asy Sya’biyah tidak memiliki legitimasi di mata rakyat dan secara luas dianggap sebagai kolaborator kriminal, kegunaannya terletak pada kemampuannya untuk mendestabilisasi Hamas dari dalam,” kata Krieg.
Hamas telah menewaskan sedikitnya 50 anggota pasukan Abu Syabab, menurut pengakuan geng tersebut awal pekan ini.
Ynet melaporkan bahwa milisi Abu Syabab sendiri telah membunuh enam anggota unit “Arrow” Hamas, yang bertanggung jawab menargetkan kolaborator dengan Israel.
Media Israel juga melaporkan bahwa serangan drone Israel menargetkan pejuang Hamas saat mereka bentrok dengan anggota milisi Abu Syabab. Ini merupakan contoh terbaru dari serangan udara Israel yang secara khusus dimaksudkan untuk membantu milisi tersebut.
Keluarga Abu Syabab baru-baru ini melepaskan hubungan dengannya karena semakin banyak bukti adanya koordinasi dengan Israel.
“Kami menyatakan penolakan total terhadap Yasser Abu Syabab dan anggota keluarga mana pun yang bekerja bersamanya,” kata para tetua klan Abu Syabab dalam pernyataan dua minggu lalu.
“Kami tidak akan membiarkan satu orang pun menodai warisan keluarga kami, yang sejak lama berdiri bersama rakyat Palestina dan perjuangan mereka untuk kebebasan.”
Apakah al Quwwat Asy Sya’biyah mendapat dukungan selain dari Israel?
Belum jelas apakah geng tersebut memiliki pendukung eksternal lainnya.
“Meskipun tidak ada bukti langsung tentang sponsor regional, terdapat sejumlah indikasi yang mengarah ke sana,” kata Krieg.
Salah satu anggota milisi Abu Syabab baru-baru ini difoto mengendarai kendaraan dengan pelat nomor Uni Emirat Arab, “detail yang tidak biasa dan mencolok di konteks Gaza yang terkepung,” ujar Krieg.
“Hal ini, ditambah dengan sikap anti-Hamas kelompok tersebut, memicu spekulasi bahwa pihak-pihak yang bersekutu dengan UEA — yang memiliki rekam jejak panjang dalam mendukung kelompok anti-Islamis di Libya, Yaman, dan Sudan — mungkin terlibat secara tidak langsung,” tambahnya.
Tidak ada bukti langsung tentang dukungan dari UEA atau negara lain di kawasan selain Israel.
Seorang pejabat Palestina mengatakan kepada i24news bahwa seorang penasihat Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas berkomunikasi langsung dengan geng tersebut.
Geng Abu Syabab mengatakan bahwa mereka bekerja di bawah payung “legitimasi Palestina”, sebuah istilah yang sering digunakan oleh para pemimpin Fatah, rival lama Hamas.
Juru bicara Otoritas Palestina, Anwar Rajab, membantah adanya hubungan apa pun antara PA dan Abu Syabab.
Apakah al Quwwat Asy Sya’biyah akan berperan setelah perang?
Untuk saat ini, tampaknya kecil kemungkinan al Quwwat Asy Sya’biyah akan memiliki peran jangka panjang yang berarti di Gaza setelah perang berakhir.
Sumber militer mengatakan kepada Maariv bahwa dukungan Israel hanyalah bagian dari langkah taktis jangka pendek.
“Geng-geng ini tidak bisa menjadi pengganti untuk rencana strategis jangka panjang,” kata salah satu sumber. “Langkah itu harus dibangun dengan negara-negara di kawasan yang akan membentuk struktur pemerintahan pengganti Hamas.”
Menurut Krieg, milisi ini terlalu kecil, tercemar oleh tindak kriminal, dan terlalu beracun secara politik untuk menjadi kekuatan pemerintahan yang layak.
“Ukuran mereka yang terbatas dan kurangnya legitimasi di antara rakyat Palestina, diperburuk oleh kolaborasi terbuka mereka dengan pasukan Israel, membuat mereka secara struktural tidak mampu mengelola wilayah atau urusan sipil secara berkelanjutan,” katanya.
Ia menambahkan bahwa Israel tidak memiliki insentif untuk meresmikan hubungan dengan kelompok yang keberadaannya dapat mengganggu upaya diplomatik yang lebih luas dengan negara-negara Arab.
“Tetapi Israel memiliki catatan panjang dalam secara tidak sengaja menciptakan ‘monster Frankenstein’ pengganti jangka pendek yang kemudian berkembang dengan kehidupan mereka sendiri.”
Sumber : Middle East Eye