Israel Fokus Drama Politik, Bukan pada Korban Pemerkosaan
Oleh : Simon Speakman Cordall
Alih-ali bertanggung jawab pada Korban Pemerkosaan dari pihak Tawanan Palestina, Israel Fokus Drama Politik untuk mencari pembenaran dan dalih untuk perbuatan bejat mereka.
rezaervani.com – 6 November 2025 – Rekaman video pemerkosaan terhadap tahanan Palestina tahun lalu bocor ke publik dan menimbulkan konsekuensi hukum – namun bukan bagi para pelaku.
Pengakuan pekan lalu dari pengacara militer tertinggi Israel, Mayor Jenderal Yifat Tomer-Yerushalmi, bahwa dialah yang membocorkan rekaman video pemerkosaan berkelompok terhadap seorang tahanan Palestina di pusat penahanan militer Sde Teiman pada tahun 2024, telah mengguncang dunia politik dan media Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu – yang kepemimpinannya atas perang genosida di Gaza menuai kecaman global – menyebut kebocoran itu sebagai “mungkin serangan hubungan masyarakat paling parah yang pernah dialami Negara Israel.” Namun para pengkritiknya, termasuk kalangan institusional yang ingin mempertahankan independensi peradilan dan lembaga negara, menilai Netanyahu dan sekutunya justru memanfaatkan kebocoran itu untuk melemahkan lembaga-lembaga tersebut.
Di balik semua tajuk utama tentang pengakuan kebocoran itu, tersingkir kisah pemerkosaan brutal terhadap tahanan Palestina di Sde Teiman pada 5 Juli 2024. Serangan itu begitu kejam hingga korban harus dirawat di rumah sakit dengan luka-luka berat — seperti yang diungkap harian Haaretz — termasuk usus robek, cedera parah pada anus dan paru-paru, serta tulang rusuk patah, yang semuanya membutuhkan operasi.
“Ini adalah berita besar di Israel, tapi Anda tidak akan menemukan kata ‘pemerkosaan’ di mana pun di dalamnya,” kata Orly Noy, redaktur media berbahasa Ibrani Local Call, kepada Al Jazeera. “Konteks pemberitaannya di sini sepenuhnya berbeda dari apa yang mungkin Anda atau saya lihat.”
Alih-alih menyoroti pemerkosaan itu dan proses hukum terhadap lima tersangka, pemberitaan justru berfokus pada Tomer-Yerushalmi dan orang-orang yang diduga membantunya menutupi kebocoran tersebut.
Dalam wawancara di televisi Israel Sabtu malam, Menteri Energi Eli Cohen dari Partai Likud pimpinan Netanyahu mengatakan bahwa Tomer-Yerushalmi “seharusnya menjadi rompi antipeluru, pelindung bagi para prajurit [militer Israel].”
“Alih-alih, dia justru menusuk mereka dari belakang,” katanya tentang pengacara militer yang membocorkan rekaman prajurit-prajurit yang tampak memperkosa seorang tahanan. “Dalam kasus ini, kita berbicara tentang pengkhianatan.”
Menteri Pertahanan Israel Katz juga tak kalah keras, mengeluarkan sedikitnya tujuh pernyataan dalam sepekan untuk menyerang pengacara militer itu dan menuduhnya berpartisipasi dalam “fitnah berdarah” terhadap lima tersangka pemerkosa.
Politisasi Pemerkosaan
Fokus pada Tomer-Yerushalmi ketimbang para pelaku pemerkosaan bukanlah hal baru.
Mantan pengacara militer itu sudah menghadapi tekanan politik dan tuduhan menutupi sumber kebocoran sejak laporan pertama tentang pemerkosaan muncul pada Agustus 2024. Tekanan itu terus meningkat hingga Jaksa Agung Gali Baharav-Miara pada awal Oktober mengumumkan penyelidikan untuk menemukan sumber kebocoran.
Pada Jumat, 1 November, Tomer-Yerushalmi mengundurkan diri dan mengaku sebagai sumber kebocoran. Dua hari kemudian, ia dilaporkan hilang selama beberapa jam setelah ditemukan apa yang diduga surat bunuh diri, yang memicu pencarian besar-besaran.
Beberapa jam setelah ditemukan dalam keadaan selamat, Tomer-Yerushalmi justru ditangkap, dan surat bunuh diri itu dianggap jaksa hanya sebagai siasat. Ia kemudian didakwa atas beberapa pelanggaran, termasuk penipuan, pelanggaran kepercayaan, menghalangi keadilan, dan penyalahgunaan jabatan.
Sejak Minggu, polisi juga menangkap mantan kepala jaksa militer, Kolonel Matan Solomosh, dengan tuduhan membantu Tomer-Yerushalmi menutupi kebocoran itu. Ada pula dugaan bahwa jaksa agung dan stafnya mungkin terlibat.
“Pemerkosaan tidak penting,” kata analis politik Ori Goldberg, menyinggung cara otoritas Israel menanggapi berita kebocoran ini. “Yang penting bagi mereka adalah perempuan yang membocorkan rekaman itu dan apa yang mereka sebut sebagai deep state.”
“Bagi Netanyahu dan yang lainnya, ini adalah bukti bahwa deep state telah terlalu kuat, dan dengan menuduh Tomer-Yerushalmi berkolaborasi dengan jaksa agung, mereka punya alasan baru untuk melemahkan pengawasan sipil atas lembaga mereka.”
‘Negara Dalam Negara’
Pertikaian antara Netanyahu dan lembaga peradilan telah berlangsung sejak apa yang oleh para pengkritiknya disebut sebagai “kudeta yudisial” tahun 2023, ketika ia mengajukan rancangan undang-undang untuk merombak sistem peradilan Israel secara besar-besaran. Netanyahu sendiri menghadapi sejumlah tuduhan korupsi sejak 2019.
Rencana reformasi yudisialnya akan memberi kebebasan besar kepada koalisi sayap kanannya untuk bertindak tanpa pengawasan Mahkamah Agung, yang berpotensi menekan perbedaan pendapat dan memperburuk pelanggaran terhadap hak-hak warga Palestina.
Jaksa Agung Baharav-Miara menjadi sasaran serangan karena menentang reformasi tersebut. Pada 2023, ia mengeluarkan pandangan hukum yang menentang rencana itu, dengan menyatakan bahwa kebijakan itu akan melemahkan sistem check and balance Israel dan merupakan “resep pasti untuk merusak hak asasi manusia dan tata pemerintahan yang bersih.” Ia juga meminta Netanyahu menjauh dari upaya reformasi itu karena dianggap sebagai konflik kepentingan di tengah sidang kasus korupsinya sendiri.
“Mereka ingin menutupi kasus pemerkosaan,” kata Aida Touma-Suleiman, anggota parlemen Israel dari faksi kiri Hadash-Ta’al, kepada Al Jazeera. “Itulah mengapa mereka sibuk menyerang jaksa, bukan kejahatannya.”
“Benjamin Netanyahu memanfaatkan ini, begitu juga pihak kanan. Mereka terus mengulang narasi yang sama sejak berita ini muncul. Beginilah sistem peradilan bekerja. Inilah yang disebut check and balance mereka. Lihat saja — mereka sendiri adalah para kriminal.”
Keadilan yang Hilang
Di tengah hiruk pikuk politik, kemungkinan untuk menuntut para pelaku pemerkosaan itu tampaknya semakin tipis.
Pada Senin, terungkap bahwa korban pemerkosaan telah dipulangkan ke Gaza pada Oktober sebagai bagian dari pertukaran tahanan, sehingga menimbulkan spekulasi bahwa ia mungkin tidak akan hadir dalam proses hukum terhadap para pelaku.
Kelima orang yang didakwa atas serangan tersebut kini mengalami perubahan pasal menjadi “penganiayaan berat terhadap tahanan” pada Minggu, ketika mereka muncul di luar Mahkamah Agung Israel dengan wajah tertutup balaklava.
Pengacara mereka, Moshe Polsky, mengatakan kepada wartawan bahwa kliennya tidak bisa mendapatkan pengadilan yang adil akibat kebocoran itu, dengan alasan “roda sudah terlanjur berputar” dan bahwa proses dakwaan telah tercemar.
Salah satu tersangka, yang menolak disebutkan namanya, menyebut dirinya dan rekan-rekannya sebagai patriot setia yang salah sasaran oleh sistem hukum yang dianggap melemahkan pengabdian mereka. “Kami tahu kami harus membela negara [setelah serangan 7 Oktober],” katanya.
“Sejak hari itu, puluhan pejuang masih berjuang untuk keadilan — bukan di medan perang, tetapi di ruang sidang.”
Namun bagi para pengamat seperti jurnalis Orly Noy, kisah tuduhan, bantahan, dan upaya menutupi kasus ini tidak ada hubungannya dengan keadilan bagi korban.
“Bagi kedua pihak, semua ini tentang sistem — bukan tentang korban Palestina,” ujarnya.
“Satu pihak menganggapnya sebagai elit lama yang melindungi diri, dan pihak lain menganggapnya sebagai upaya menjaga lembaga negara,” kata Noy. “Tapi jangan lupa, lembaga-lembaga inilah yang mereka perlukan untuk terus menindas rakyat Palestina. Ini adalah ‘pertahanan’ yang selalu mereka kedepankan setiap kali mendapat kritik dari luar negeri.”
Sumber : al Jazeera