Apa Pentingnya “gelombang” Pengakuan terhadap Negara Palestina ? Dan Sejauh Mana Reaksi Israel?
Ada yang bergembira, ada juga yang pesimis terhadap pengakuan dunia atas Negara Palestina. Apa pentingnya “gelombang” pengakuan terhadap Negara Palestina?
rezaervani.com – 22 September 2025 – Pengakuan resmi dari Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal terhadap Negara Palestina menimbulkan banyak pertanyaan mengenai signifikansi dan dampaknya terhadap isu Palestina, genosida di Jalur Gaza, serta rencana aneksasi, yahudisasi, dan pembangunan permukiman di Tepi Barat.
Di tengah rangkaian pengakuan yang datang berturut-turut, langkah Inggris memiliki bobot khusus. Pasalnya, Inggris pernah menjadi pihak yang meletakkan dasar terbentuknya “Negara Israel”. Tak heran jika politisi Israel bereaksi keras, menyebut langkah itu sebagai hadiah besar bagi “terorisme”.
Dalam konteks ini, Ibrahim Fraihat, pakar konflik internasional di Institut Doha untuk Studi Pascasarjana, menegaskan bahwa pengakuan dari negara-negara Barat penting karena mematahkan konsensus yang selama ini berpihak pada Israel. Menurutnya, ini sangat berarti bagi Palestina dan proyek nasionalnya.

Untuk pertama kalinya sejak Perjanjian Oslo, terlihat adanya perbedaan arah antara Eropa dan Amerika Serikat, sesuatu yang menurut Fraihat memberi tekanan besar pada pemerintahan AS.
Pengakuan tersebut juga lahir dari perubahan sikap Barat yang dipaksa untuk mendengarkan tekanan publik. Fraihat menekankan, “Apa yang tidak berubah dengan tekanan, akan berubah dengan lebih banyak tekanan,” apalagi Israel terus menjalankan proyek aneksasi dan berusaha menuntaskan konflik dengan menghapuskan persoalan Palestina.
Dalam kerangka yang sama, mantan pemimpin Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn, menyebut pengakuan Inggris sebagai langkah maju penting, buah dari kampanye panjang para pendukung Palestina dan tekanan opini publik di Inggris.
Apa selanjutnya?
Meski begitu, pengakuan saja tidak cukup, terlebih ketika warga Gaza menghadapi genosida dan kelaparan. Fraihat menyerukan agar pengakuan itu diikuti dengan langkah nyata, seperti menjatuhkan sanksi terhadap Israel. Ia menilai kemungkinan itu tidak tertutup, mengingat adanya perubahan sikap resmi Eropa.
Corbyn juga menegaskan pentingnya sanksi terhadap Israel agar perang pembantaian dan kelaparan di Gaza bisa dihentikan. Menurutnya, langkah berikutnya harus berupa penghentian pasokan senjata ke Israel. Ia menambahkan bahwa pemerintah Inggris memiliki tanggung jawab historis dan akan menghadapi tekanan lebih besar untuk mengambil keputusan ini, terutama karena Amerika Serikat kini semakin terisolasi.
Reaksi keras Israel
Sementara itu, penulis urusan Israel, Ihab Jabarin, menggambarkan reaksi Israel terhadap gelombang pengakuan ini sebagai “gila-gilaan”. Jika sebelumnya Israel menanggapinya sekadar sebagai manuver politik, kini mereka justru terjebak oleh situasi sendiri.
Menurut Jabarin, gelombang pengakuan itu telah menjadi fondasi baru yang mengubah citra Israel dari “negara yang terkepung” menjadi “kekuatan pendudukan permanen” — hal yang menghantam inti proyek Zionis.

Karena itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha memposisikan responsnya sebagai langkah bersama dengan Amerika Serikat, agar terlihat seakan-akan Israel menghadapi tekanan dunia internasional dengan dukungan besar dari Washington.
Namun Jabarin tidak menutup kemungkinan Israel — yang mulai khawatir akan “membayar mahal” — akan mengambil langkah seperti menganeksasi bagian Tepi Barat atau menghukum Otoritas Palestina untuk menggagalkan kemungkinan berdirinya negara Palestina. Meski begitu, ia memperkirakan batas respons Israel tetap dibatasi oleh arahan Amerika Serikat.
Langkah balasan Israel juga bisa berakibat kontraproduktif, memicu konsekuensi keamanan dan diplomatik, termasuk mendorong lebih banyak negara Barat mengikuti jejak pengakuan terhadap Palestina.
Di sisi lain, Mark Pfeifle, mantan pejabat komunikasi di Gedung Putih, menilai pengakuan itu sebatas simbolis dan dampaknya kecil terhadap keseluruhan proses perdamaian di Timur Tengah maupun negosiasi gencatan senjata di Gaza.
Ia juga menilai kecil kemungkinan Presiden AS Donald Trump dan Menlu Marco Rubio akan melanjutkan pendekatan lama terhadap konflik Israel-Palestina setelah strategi mereka gagal menghentikan perang Gaza, meskipun ia sendiri masih percaya bahwa solusi dua negara masih jauh dari jangkauan.
Dalam laporan media Israel, Channel 15 mengutip seorang sumber politik yang menyebut Rubio memberi Israel lampu hijau untuk memberlakukan kedaulatan di Tepi Barat. Sementara Channel 12 mengutip pejabat Eropa yang memperingatkan bahwa bila Netanyahu dan pemerintahnya terus memperkuat pendudukan di Tepi Barat, maka mereka harus siap menanggung konsekuensinya.
Sumber : al Jazeera