Rencana Zionis untuk Memecah Timur Tengah (Bagian Ketiga)
Sami Al-Arian (Profesor Urusan Publik dan Direktur Pusat Studi Islam dan Urusan Global di Universitas Istanbul Sabahattin Zaim, Turki)
Artikel Rencana Zionis untuk Memecah Timur Tengah masuk dalam Kategori Analisa
Kebutuhan akan Respons Berbasis Kawasan
Setiap upaya serius untuk menantang dominasi regional Israel yang kian meningkat harus didasarkan pada dua prinsip utama: pemulihan hak-hak, dan legitimasi perlawanan sebagai alat utama perjuangan.
Respons tersebut juga harus terfokus pada tanggapan regional yang sejati — bukan pada aliansi militer atau keterlibatan dengan kekuatan internasional, khususnya Amerika Serikat, yang merupakan sumber utama pendukung kekerasan dan sikap keras Israel.
Pemulihan hak-hak Palestina bukan sekadar kewajiban hukum yang berakar pada prinsip penentuan nasib sendiri, kesetaraan dalam perlindungan, dan hak untuk kembali; melainkan merupakan syarat strategis bagi terbentuknya tata regional yang adil dan berkelanjutan. Tanpa pembebasan tanah, perlindungan nyawa manusia, dan pemulihan kebebasan sepenuhnya — termasuk mengakhiri pendudukan dan pengepungan, praktik pemisahan rasial, serta kebijakan pemindahan dan pembersihan etnis — ketidakstabilan akan terus menjadi kondisi yang dominan.
Oleh karena itu, perlawanan — yang didasarkan pada hak membela diri, yang bertujuan membebaskan dari pendudukan, ketidakadilan, dan eksploitasi sebagaimana diakui dalam hukum internasional, dan yang berpusat pada mobilisasi rakyat secara politik, hukum, dan sipil serta menggunakan semua alat perlawanan yang sah — adalah instrumen utama untuk menahan hegemoni Israel.
Perlawanan semacam ini mengubah perhitungan biaya dan konsekuensi, menghentikan impunitas, serta menuntut pertanggungjawaban.
Karenanya penting bahwa perlawanan yang dipimpin oleh rakyat Palestina ini juga melibatkan seluruh kekuatan dan masyarakat di kawasan — di seluruh dunia Arab dan Islam — bahkan harus meluas ke seluruh dunia.
Perlawanan itu merupakan mitra dalam menghadapi kesombongan dan arogansi Israel yang telah melampaui batas. Ia juga harus mencakup aktivis, organisasi dan gerakan perlawanan yang efektif, rakyat yang tertindas, serta negara-negara dan pemerintahan nasional.
Ciri utama perlawanan ini haruslah kemandirian, berakar pada konteks nasional dan regional, serta terlindungi dari agenda kekuatan eksternal yang selama ini mengutamakan kepentingan sempit di atas penegakan keadilan dan penghormatan terhadap kehendak rakyat.
Menuju Penutupan Lingkaran: Membaca Ulang Pernyataan Tom Barack
Pernyataan Tom Barack menyebar luas karena mencerminkan kenyataan pahit: kepemimpinan Israel saat ini tidak terikat oleh batas apa pun, kecuali sejauh itu melayani strategi besar zionis untuk menegakkan “Israel Raya” dan mencapai dominasi regional. “Thufan al-Aqsa” justru semakin memperkuat dorongan ke arah kontrol, penguasaan, dan hegemoni ini.
Oded Yinon tidak menciptakan dorongan ini; ia hanya menuliskannya dan memberikan landasan teoretis. Bukan kaum minoritas yang menyebabkan kegagalan kawasan, melainkan mereka telah dimanfaatkan untuk melayani proyek hegemoni zionis.
Melalui berbagai pemerintahan berturut-turut — mulai dari “doktrin pinggiran” Ben Gurion, hingga “garis Lembah Yordan” Rabi, sampai “pembersihan etnis di Gaza” Netanyahu — visi ini diterjemahkan menjadi kebijakan nyata yang mengatur arah negara.
Di tingkat kawasan, jawabannya bukanlah menghidupkan kembali legitimasi Sykes-Picot, melainkan membangun tatanan pasca Sykes-Picot, di mana persatuan rakyat kawasan menjadi fondasi, bukan perpecahan, fragmentasi, dan disintegrasi.
Batas-batas negara penting, bukan karena ia suci, melainkan karena ia mewakili kedaulatan dan kemerdekaan. Kebijakan batas seharusnya dimaknai dengan membukanya untuk kerja sama antar rakyat: lewat hubungan, kunjungan, perdagangan, dan bantuan, bukan dengan deretan tank dan pasukan penjaga perbatasan. Kaum minoritas seharusnya menjadi bagian dari mosaik regional, bukan kartu tekanan di tangan kekuatan asing.
Dengan demikian, “hilangnya makna” yang dibicarakan Tom Barack akan menjadi kurang mengancam, dan justru mendekati peluang untuk menegakkan kembali kedaulatan nasional serta menjalankan kemerdekaan tanpa menyerahkan sejengkal tanah pun atau menggambar ulang peta.
Alhamdulillah, selesai rangkaian artikel 3 (Tiga) Seri
Sumber : al Jazeera