Media Israel Soroti Protes di Internal Pasukan yang Meluas
Media Israel Soroti Protes di Internal Pasukan yang Meluas terhadap Perang Gaza yang Terus Berlanjut
rezaervani.com – Media-media Israel menyoroti semakin meluasnya lingkaran pihak-pihak yang memprotes kelanjutan perang di Jalur Gaza, di tengah meningkatnya suara-suara dari kalangan militer dan keamanan Israel terdahulu yang menuntut penghentian operasi militer dan pembebasan tawanan Israel, serta melontarkan tuduhan langsung kepada pemerintah karena sengaja menghalangi tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Menurut saluran televisi Israel Channel 13, aksi-aksi protes di kalangan pasukan cadangan terus meluas, khususnya setelah pemecatan para pilot yang menandatangani petisi yang menyerukan diakhirinya perang. Kelompok-kelompok baru dari kalangan tentara cadangan pun mulai bergabung dalam gerakan yang terus berkembang ini, dan mereka menyatakan solidaritas mereka terhadap para pilot yang telah diberhentikan.
Reporter urusan militer di Channel 13, Or Heller, mengatakan bahwa petisi-petisi baru yang sedang ditandatangani itu mengulang tuntutan yang sama, yaitu memprioritaskan upaya penyelamatan 59 orang yang diculik dari Gaza, meskipun hal itu mengharuskan penghentian sementara perang, dengan catatan perang bisa dilanjutkan kembali jika diperlukan.
Sementara itu, Channel 12 melaporkan bahwa sebanyak 3.700 orang telah menandatangani dalam kurun waktu hanya 24 jam terakhir sebuah petisi yang menuntut penghentian perang. Perkiraan menunjukkan bahwa jumlah total penandatangan telah mencapai ribuan orang, terdiri dari mantan tentara dari berbagai satuan.
Menurut saluran tersebut, daftar penandatangan mencakup 1.600 tentara dari pasukan terjun payung dan angkatan darat, 1.500 dari korps lapis baja, sekitar 200 dokter dan dokter perempuan dari pasukan cadangan, serta lebih dari 250 pensiunan dari badan intelijen Mossad — termasuk di antaranya 3 mantan kepala badan tersebut — selain juga terdapat anggota dari angkatan laut, Unit 8200, dan program khusus “Talpiot”.
Sebaliknya, Menteri Keamanan Nasional dari partai “Kekuatan Yahudi”, Itamar Ben Gvir, mengecam aksi-aksi protes tersebut. Ia berkata, “Kita tidak akan mengorbankan masa depan demi kepentingan sesaat dengan tindakan sembrono, sebagaimana yang dilakukan dalam Perjanjian Oslo.” Ia juga menuduh para pemrotes sebagai pihak yang tidak memiliki visi.
Pesan dari Petisi
Namun Haim Tomer — salah satu mantan pejabat tinggi di badan intelijen Mossad sekaligus penandatangan petisi — menegaskan bahwa tujuan dari petisi-petisi tersebut adalah untuk mengirimkan pesan kepada opini publik bahwa pemerintah tidak berupaya secara serius dalam membebaskan para tawanan dari Gaza. Ia juga menyatakan penolakannya terhadap spekulasi-spekulasi seputar dampak dari pembebasan mereka.
Sementara itu, Dr. Nassim Katz, seorang pakar media dan kebijakan partai, berpendapat bahwa hasil jajak pendapat menunjukkan adanya “konsensus yang hampir mutlak” di kalangan warga Israel bahwa pembebasan para tawanan harus menjadi prioritas utama, bahkan lebih penting daripada melanjutkan perang.
Channel 13 menayangkan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh keluarga para tawanan Israel di depan rumah Menteri Urusan Strategis yang juga ketua delegasi perunding dalam isu tawanan, Ron Dermer. Dalam aksi tersebut, Einav Tsangauker — ibu dari salah satu tawanan — mengecam Dermer dengan berkata: “Apa yang sedang kau lakukan? Kau telah membubarkan tim perunding dan terus menunda-nunda… Sungguh memalukan bagimu!” Ia menuduh pemerintah melakukan kelalaian secara sengaja.
Sementara itu, orang tua dari tentara tawanan Idan Alexander juga mengkritik pemerintah dengan mengatakan: “Setelah lebih dari 555 hari, para pemimpin negara ini masih merayakan Paskah, sementara putra kami masih ditahan di Gaza.” Mereka menilai bahwa pemerintah telah kehilangan arah moralnya.
Reporter urusan politik di Channel 12, Yaron Abraham, menyebutkan bahwa terdapat keyakinan di kalangan elit politik dan militer bahwa melanjutkan tekanan militer dan blokade dapat memaksa Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) untuk mundur. Namun ia menegaskan bahwa penilaian ini tidak mendapat konsensus di kalangan profesional.
Dalam konteks yang sama, pakar keamanan nasional Kobi Morom mengatakan bahwa kemunculan tawanan Israel, Idan Alexander, dalam sebuah video baru “menegaskan bahwa pemerintah terus mengabaikan isu ini.” Ia menjelaskan bahwa sebelumnya otoritas pernah mengambil keputusan berani terkait pertukaran tawanan, namun kemudian mundur dari keputusan tersebut.
Sementara itu, Channel i24 mengutip pernyataan mantan Kepala Badan Keamanan Dalam Negeri Israel (Shin Bet / Shabak), Ami Ayalon, yang menegaskan bahwa pemerintah Israel-lah yang telah melanggar kesepakatan yang seharusnya bisa mengarah pada pembebasan para tawanan.
Ia menambahkan:
“Benjamin Netanyahu memutuskan bahwa kesepakatan itu buruk, lalu kesepakatan tersebut ditinggalkan. Perang ini tidak akan berakhir dan para tawanan tidak akan kembali jika kita terus melanjutkan pendekatan seperti ini.”
Sumber : Kanal 13 Israel