Human Right Watch : Rencana Trump Cacat, Gaza Tetap Diserang
Rencana Trump Cacat, itulah yang banyak disuarakan di berbagai negara. Termasuk juga dari Human Right Watch yang menyebutkan bahwa serangan ke Gaza oleh Tentara Penjajah Zionis tetap intensif walaupun pihak Hamas sudah menyetujui rencana Trump tersebut
rezaervani.com – 6 Oktober 2025 – Koresponden Al Jazeera melaporkan terjadinya serangan udara Israel yang sangat hebat menargetkan kawasan an-Nashr dan Tal al-Hawa, bersamaan dengan penembakan artileri di Jalan al-Jalaa di Kota Gaza. Sementara itu, organisasi Human Rights Watch meminta negara-negara untuk bertindak menghentikan kekejaman terhadap warga sipil di Gaza.
Sumber di rumah sakit-rumah sakit Gaza mengatakan bahwa tujuh warga Palestina gugur akibat tembakan pasukan pendudukan Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza sejak dini hari tadi.
Seorang sumber di bidang ambulans dan gawat darurat mengatakan bahwa sejumlah orang terluka, termasuk anak-anak, dalam serangan udara Israel di sekitar Sekolah Rum di kawasan Tal al-Hawa, Kota Gaza.
Sumber medis di Rumah Sakit al-Ma’madani menegaskan bahwa dua warga Palestina gugur dan beberapa lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel di kawasan Tal al-Hawa, sebelah barat daya Kota Gaza.
Koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa wilayah barat daya kota itu sejak pagi hari mengalami serangan udara dan artileri yang intens.
Rumah sakit-rumah sakit di Gaza sebelumnya menyatakan bahwa 19 orang gugur pada hari Minggu kemarin akibat tembakan pasukan pendudukan Israel, 13 di antaranya di Kota Gaza saja.
Korban gugur dan hilang
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah di Gaza menyebutkan bahwa jumlah korban gugur di Jalur Gaza telah melampaui 76.639 orang sejak dimulainya pembantaian massal, sementara jumlah orang hilang mencapai 9.500 jiwa.
Pernyataan itu menambahkan bahwa sejak fajar Sabtu hingga akhir Minggu, pasukan pendudukan melancarkan lebih dari 131 serangan udara dan artileri yang menargetkan kawasan padat penduduk sipil dan pengungsi di berbagai provinsi di Jalur Gaza, dan telah melakukan pembantaian yang nyata.
Serangan-serangan itu, lanjutnya, mengakibatkan gugurnya 94 warga sipil, di antaranya perempuan dan anak-anak, termasuk 61 korban di Kota Gaza saja.
Kantor Media Pemerintah juga menyebutkan bahwa tingkat kehancuran total yang ditimbulkan oleh pasukan pendudukan di Jalur Gaza telah mencapai 90%, dan bahwa pasukan pendudukan kini telah menguasai lebih dari 80% wilayah Gaza melalui invasi, tembakan, dan pengusiran, setelah menjatuhkan lebih dari 200 ribu ton bahan peledak.
Kantor tersebut menambahkan bahwa pasukan pendudukan telah mengebom, menghancurkan, atau menonaktifkan 38 rumah sakit, serta 95% sekolah di Jalur Gaza turut menjadi sasaran serangan.
Sementara itu, tentara Israel mengumumkan bahwa seorang tentaranya mengalami luka ringan akibat tembakan mortir yang diarahkan ke pasukan Israel di Kota Gaza kemarin.
Dalam pernyataan lain, tentara mengatakan bahwa dalam insiden terpisah, pasukannya mendeteksi satu sel yang menembakkan rudal anti-tank ke arah kendaraan teknik militer milik Divisi ke-98, namun tidak ada korban luka.
Kelaparan sebagai Senjata Perang
Di sisi lain, organisasi Human Rights Watch menyatakan bahwa rencana komprehensif untuk mengakhiri konflik di Gaza yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak menggantikan langkah-langkah mendesak yang harus diambil oleh pemerintah-pemerintah untuk melindungi warga sipil dan mendukung keadilan.
Organisasi hak asasi tersebut menambahkan bahwa rencana Presiden Trump mengenai Gaza tidak secara langsung membahas isu-isu hak asasi manusia maupun akuntabilitas atas kejahatan yang dilakukan sejak 7 Oktober 2023.
Human Rights Watch juga menegaskan bahwa Israel telah menyebabkan terjadinya kelaparan dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dan telah memaksa seluruh penduduk hampir sepenuhnya untuk mengungsi berulang kali. Organisasi itu menyerukan kepada negara-negara agar bertindak menghentikan kekejaman terhadap warga sipil di Gaza.
Dalam konteks yang sama, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Eyal Zamir mengatakan bahwa tidak ada gencatan senjata di Gaza, namun situasi operasional telah berubah dan kepemimpinan politik tengah mengubah pencapaian militer menjadi keuntungan politik.
Zamir menegaskan, dalam kunjungannya ke Poros Nitsarim di sebelah barat Kota Gaza, bahwa jika upaya politik gagal, maka tentara akan kembali bertempur.
Ia juga menambahkan bahwa jika tercapai suatu kesepakatan, tentara akan mempertahankan wilayah-wilayah kendali garis depan yang memungkinkannya memiliki fleksibilitas operasional.
Sumber: Al Jazeera + Kantor Berita