Delegasi Baru Bergabung dan Pertukaran Daftar Tahanan di Hari Ketiga Perundingan di Syarm asy-Syaikh
Pada hari ketiga negosiasi di Syarm asy-Syaikh dikabarkan Delegasi Baru Bergabung dari Qatar, Turki, Gerakan Jihad Islam dan Front Pembebasan Palestina
rezaervani.com – 9 Oktober 2025 – Delegasi dari sejumlah faksi baru pada hari Rabu ini bergabung dalam perundingan yang sedang berlangsung di Syarm asy-Syaikh. Sementara itu, tingkat representasi dalam pembicaraan yang telah memasuki hari ketiganya meningkat, di tengah upaya para mediator untuk mengatasi hambatan dan mempersempit kesenjangan antara kedua pihak.
Seorang sumber pimpinan di Gerakan Jihad Islam mengatakan kepada Al Jazeera bahwa delegasi faksi dari Gerakan Jihad Islam di Palestina dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina telah bergabung dalam perundingan di Syarm asy-Syaikh.
Sumber pimpinan Gerakan Jihad Islam itu menjelaskan kepada Al Jazeera bahwa delegasi faksi berkepentingan untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri penderitaan rakyat Palestina dan menghentikan genosida.
Ia menambahkan bahwa faksi-faksi Palestina akan setia pada prioritas rakyat Palestina dalam pertempuran ini, yaitu mengakhiri perang dan menarik pasukan secara penuh dari Gaza.
Sumber tersebut juga menunjukkan bahwa keterlibatan faksi-faksi Palestina dalam perundingan bersama Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) merupakan tuntutan nasional Palestina dan telah mendapat sambutan dari para mediator.
Dalam konteks yang sama, Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam mengatakan bahwa gerakannya telah menyatakan kesiapan untuk ikut dalam perundingan jika di atas meja pembahasan terdapat butir-butir yang dapat disikapi secara positif, seraya menunjuk bahwa pertukaran tahanan termasuk di antara butir-butir tersebut.
Ia menambahkan bahwa pelaksanaan pertukaran tahanan bisa saja terjadi dalam beberapa hari mendatang, sambil mengungkapkan harapannya agar hal itu dapat meredakan ketegangan dan menghilangkan alasan bagi agresi.
Sementara itu, seorang sumber pimpinan di Hamas mengatakan bahwa atas permintaan gerakan tersebut telah diatur keikutsertaan seorang perwakilan dari Gerakan Jihad Islam dan seorang perwakilan dari Front Populer ke dalam tim perunding di Syarm asy-Syaikh.
Sambutan atas Bergabungnya Qatar dan Turki
Gerakan Hamas juga menegaskan bahwa bergabungnya Turki dan Qatar bersama Mesir dalam perundingan di Syarm asy-Syaikh memberikan dorongan kuat bagi pembicaraan tersebut untuk mencapai hasil positif dalam menghentikan perang dan melakukan pertukaran tahanan, serta mempersempit ruang manuver bagi Perdana Menteri Israel, Binyamin Netanyahu.
Hal itu disampaikan melalui unggahan di Telegram oleh Izzat ar-Risyiq, anggota Biro Politik gerakan tersebut, setelah bergabungnya Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Muhammad bin Abdurrahman, serta Kepala Badan Intelijen Turki, Ibrahim Kalin, bersama Kepala Badan Intelijen Mesir, Hasan Rasyad, dalam putaran perundingan yang sedang berlangsung di kota Syarm asy-Syaikh, Mesir.
Ar-Risyiq menambahkan bahwa partisipasi ini memberikan dorongan kuat bagi perundingan untuk mencapai hasil positif dalam menghentikan perang, melakukan pertukaran tahanan, serta mempersempit ruang manuver bagi Netanyahu untuk melanjutkan agresinya dan menggagalkan perundingan.
Anggota Biro Politik tersebut juga menegaskan sambutan gerakannya atas bergabungnya perwakilan kedua negara dalam perundingan yang bertujuan menghentikan genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza selama dua tahun terakhir.
Daftar Tahanan
Gerakan Hamas mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya telah saling menukar daftar tahanan dengan pihak lain, dan bahwa delegasinya yang ikut serta dalam perundingan di Syarm asy-Syaikh, Mesir, terkait Gaza, telah menunjukkan “sikap positif dan tanggung jawab yang diperlukan.” Di sisi lain, tingkat representasi delegasi dalam pembicaraan yang berlanjut hingga hari ketiganya juga meningkat.
Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa para mediator sedang berupaya keras untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kesepakatan, seraya menambahkan bahwa suasana optimisme mewarnai pihak-pihak yang berpartisipasi dalam perundingan tersebut.
Gerakan itu menambahkan bahwa perundingan difokuskan pada mekanisme untuk mengakhiri perang dan penarikan pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza, di samping pembahasan mengenai pertukaran tahanan, semuanya dalam kerangka rencana yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pekan lalu.
Hamas menjelaskan bahwa pada hari ini telah dilakukan pertukaran daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan, sesuai dengan kriteria dan jumlah yang telah disepakati sebelumnya. Gerakan tersebut menambahkan bahwa delegasinya menunjukkan “sikap positif dan tanggung jawab yang diperlukan” untuk mencapai kemajuan yang diharapkan dan menyelesaikan kesepakatan, tanpa memberikan rincian tambahan mengenai jumlah tahanan yang termasuk dalam daftar atau urutan pembebasan mereka.
Peningkatan Tingkat Representasi Delegasi
Dalam konteks yang sama, media Mesir melaporkan bahwa hari ketiga perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel di kota Syarm asy-Syaikh akan membahas persoalan tahanan dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Media Mesir juga menjelaskan bahwa pertemuan yang sedang berlangsung dan yang dijadwalkan akan datang dihadiri oleh Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Syekh Muhammad bin Abdurrahman Al Tsani, Kepala Intelijen Umum Mesir, Letnan Jenderal Hasan Rasyad, dan Kepala Badan Intelijen Turki, Ibrahim Kalin.
Perundingan tersebut juga mencakup kehadiran ketua delegasi Israel (yang tidak disebutkan namanya), serta Steve Witkoff dan Jared Kushner, dua utusan Presiden Amerika Serikat yang telah tiba di Syarm asy-Syaikh untuk bergabung dalam perundingan yang sedang berlangsung.
Sumber-sumber tersebut menambahkan bahwa Mesir telah memulai pembahasan mengenai daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel sesuai dengan kesepakatan pertukaran yang mungkin dicapai. Mereka juga menyebut bahwa Hamas telah meminta penjelasan mengenai mekanisme dan langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan rencana Amerika tersebut, serta jaminan agar Israel tidak kembali melakukan agresi terhadap Gaza.
Pada hari Selasa kemarin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majid al-Ansari, mengatakan bahwa perundingan di Syarm asy-Syaikh pada hari keduanya membahas secara rinci isi rencana Amerika, dan bahwa beberapa poin masih membutuhkan kesepakatan. Ia menambahkan bahwa sesi dua hari lalu berlangsung selama empat jam dan mencakup pembahasan yang “mendalam dan sensitif.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdul Athi, mengumumkan bahwa perundingan tidak langsung antara pihak Palestina dan Israel masih berlanjut di Syarm asy-Syaikh, seraya menunjukkan bahwa telah dicapai “kemajuan besar” menuju penghentian perang.
As-Sisi dan Erdogan
Media Mesir melaporkan bahwa Presiden Abdul Fattah as-Sisi pada hari ini mengundang rekannya, Presiden Amerika Serikat, untuk hadir dalam penandatanganan Kesepakatan Gaza jika perjanjian tersebut berhasil dicapai.
Kanal berita al-Qāhirah al-Ikhbāriyah (Cairo News) mengutip pernyataan as-Sisi saat menghadiri upacara wisuda angkatan baru Akademi Kepolisian:
“Saya sampaikan pesan kepada Presiden Trump untuk terus mendukung upaya mencapai kesepakatan mengenai Gaza.”
As-Sisi menambahkan bahwa Presiden Trump telah mengirim para utusannya dengan mandat yang jelas untuk bekerja guna mengakhiri perang di Gaza, seraya menegaskan bahwa Mesir berkomitmen untuk berinteraksi secara positif dengan isu Palestina. Ia berkata, “Kami terus melakukan upaya tanpa henti untuk mengakhiri perang di Gaza.”
Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat telah meminta Ankara untuk membantu “membujuk” Gerakan Hamas agar menyetujui rencananya untuk mengakhiri perang dengan Israel di Gaza.
Dalam pernyataannya kepada para wartawan selama perjalanan pulang dari Azerbaijan, sebagaimana dikutip dari siaran resmi Kepresidenan Turki pada hari Rabu, Erdogan mengatakan:
“Selama kunjungan kami ke Amerika Serikat dan dalam kontak telepon terakhir kami, kami telah menjelaskan kepada Presiden Trump bagaimana solusi dapat dicapai di Palestina. Ia secara khusus meminta kami untuk bertemu dengan Hamas dan membujuk mereka.”
Ia menambahkan, “Hamas menanggapi dengan memberi tahu kami bahwa mereka siap untuk berdamai dan berunding, dan mereka tidak mengambil posisi yang menolak,” sambil menganggap hal itu sebagai “langkah yang sangat berharga dan menunjukkan bahwa gerakan tersebut lebih maju dari Israel dalam konteks ini.”
Sejak Senin malam lalu, Syarm asy-Syaikh menjadi tuan rumah perundingan tidak langsung antara Gerakan Hamas dan Israel terkait pelaksanaan rencana Trump untuk mengakhiri perang Israel di Jalur Gaza.
Pada 29 September lalu, Trump mengumumkan sebuah rencana yang terdiri atas 20 butir, di antaranya: pembebasan sandera Israel di Gaza, penghentian tembakan, dan perlucutan senjata Hamas.
Hamas sebelumnya telah menyetujui sejumlah usulan gencatan senjata di Gaza, tetapi Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu — yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional karena melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap rakyat Palestina di Gaza — justru menunda-nunda dan terus melanjutkan perang genosida di wilayah tersebut.
Israel memperkirakan terdapat 48 tahanan Israel yang ditahan di Gaza, di antaranya 20 orang masih hidup. Sementara itu, di penjara-penjara Israel terdapat sekitar 11.100 tahanan Palestina yang mengalami penyiksaan, kelaparan, dan kelalaian medis, menurut laporan lembaga-lembaga hak asasi manusia dan media Palestina serta Israel.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel — dengan dukungan Amerika Serikat — terus melakukan pembantaian massal di Gaza, yang telah menewaskan 67.173 orang dan melukai 169.780 lainnya, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, serta menyebabkan bencana kelaparan yang menewaskan 460 warga Palestina, termasuk 154 anak-anak.
Sumber: Al Jazeera + Anadolu