Perbatasan Rafah Kembali Dibuka, 600 Truk Bantuan Masuk ke Gaza
Setelah sempat ditutup pada Selasa kemarin, Rabu ini Perlintasan Perbatasan Rafah Kembali Dibuka untuk Bantuan Kemanusiaan
rezaervani.com – 15 Oktober 2025 – Israel memutuskan membuka kembali Perlintasan Rafah dan mengizinkan masuknya 600 truk bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza pada hari Rabu, setelah pengembalian jenazah empat tawanan Israel.
Menurut laporan lembaga penyiaran Israel, pemerintah Tel Aviv memutuskan untuk melanjutkan pembukaan perlintasan antara Gaza dan Mesir, serta mencabut langkah-langkah yang sebelumnya direncanakan terhadap Hamas, termasuk pengurangan separuh jumlah truk bantuan yang masuk ke wilayah tersebut.
Sebelumnya pada Selasa, pemerintah Israel sempat memutuskan tidak akan membuka Rafah pada hari berikutnya, sebagai respons atas apa yang mereka sebut “kegagalan Hamas menyerahkan sisa jenazah tawanan Israel” yang tewas akibat serangan udara Israel selama perang.
Media Israel melaporkan bahwa kepemimpinan politik Israel awalnya berencana mengurangi secara besar-besaran bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengikuti rekomendasi lembaga keamanan. Saluran “Kan” menambahkan bahwa aparat keamanan Israel bahkan menyarankan agar pemerintah tidak membuka perlintasan Rafah sepenuhnya hingga semua jenazah tawanan Israel dikembalikan.
Sementara itu, surat kabar Maariv mengutip seorang pejabat keamanan Israel yang mengatakan bahwa “kesepakatan antara perlawanan dan Israel tidak menentukan secara pasti jumlah jenazah tawanan yang akan diserahkan pada Senin lalu.” Menurut laporan tersebut, Hamas menyerahkan empat jenazah kepada Palang Merah sesuai kesepakatan.
Sedangkan Haaretz menulis bahwa pihak Israel memperkirakan proses penyerahan jenazah akan memakan waktu beberapa minggu, dan tidak menyangka bahwa hanya empat jenazah yang akan dikembalikan. Tentara Israel menuduh Hamas masih menyimpan informasi tentang banyak tawanan yang tewas, bukan hanya empat orang itu saja.
Menurut Haaretz, kepemimpinan politik Israel belum mengungkapkan apakah penundaan penyerahan jenazah ini dianggap sebagai pelanggaran kesepakatan atau sekadar keterlambatan yang dapat dimaklumi.
Dalam laporan Yedioth Ahronoth, seorang pejabat politik Israel memperingatkan bahwa kegagalan Hamas menyerahkan seluruh jenazah tawanan “dapat menyebabkan gagalnya kesepakatan.” Israel masih meninjau apakah penundaan tersebut dianggap pelanggaran, meski Hamas menegaskan bahwa mereka mengalami kesulitan teknis dalam mengeluarkan semua jenazah.
Menurut rencana Presiden AS Donald Trump untuk gencatan senjata Gaza, pembukaan kembali Rafah dijadwalkan pada Rabu, setelah semua jenazah tawanan diserahkan ke Israel. Namun, kesepakatan tersebut juga mengakui adanya kendala teknis di lapangan, seperti kurangnya alat penggalian dan kemampuan logistik untuk mengevakuasi sisa jenazah.
Pada Senin lalu, Hamas membebaskan 20 tawanan Israel yang masih hidup dan menyerahkan empat jenazah, lalu menegaskan masih membutuhkan waktu untuk mengevakuasi 24 jenazah lainnya. Pada Selasa malam, Hamas kembali menyerahkan empat jenazah tambahan.
Sementara itu, Euro-Med Monitor untuk Hak Asasi Manusia memperingatkan bahwa bahaya kelaparan masih mengancam Jalur Gaza, di tengah berkurangnya pasokan bantuan yang menunjukkan bahwa Israel tetap menggunakan kelaparan sebagai alat genosida.
Lembaga itu menyatakan bahwa jumlah bantuan dan barang yang diizinkan masuk ke Gaza hanya sebagian kecil dari kebutuhan sebenarnya, dan mengungkapkan keprihatinan mendalam atas ancaman Israel untuk mengurangi bantuan kemanusiaan atau menutup Rafah dengan dalih belum dikembalikannya jenazah warga Israel.
Euro-Med juga mencatat bahwa Israel hanya mengizinkan masuk 173 truk bantuan selama dua hari setelah gencatan senjata mulai berlaku Jumat lalu.
Sumber: Al Jazeera