Apakah Pemulihan Pasar Gaza Akan Bertahan Setelah Gencatan Senjata?
Oleh : Iyad al-Qathrawi
Salah satu dampak dari gencatan senjata adalah mulai menggeliatnya kembali ekonomi Gaza, termasuk Pemulihan Pasar Gaza yang diharapkan bisa terus bertahan
rezaervani.com – 17 Oktober 2025 – Gaza – Dua tahun setelah perang Israel di Jalur Gaza, pasar-pasar di wilayah itu kini menunjukkan perubahan ekonomi yang nyata menyusul pengumuman kesepakatan gencatan senjata. Perubahan ini tampak dari turunnya harga barang-barang yang sebelumnya melonjak hingga lebih dari 8.000 persen.
Sebagai contoh, harga satu kilogram gula turun tajam dalam beberapa hari terakhir, dari 500 syikal menjadi 5 syikal. Harga satu karung tepung turun dari 600 syikal menjadi 45 syikal, harga satu kilogram beras turun dari 100 syikal menjadi 17 syikal, dan harga kacang lentil dari 80 syikal menjadi 9 syikal. Sementara itu, harga sampo turun menjadi 8 syikal setelah sebelumnya mencapai 70 syikal. (Satu dolar Amerika setara dengan 3,3 syikal).
Perbaikan harga ini berkaitan langsung dengan harapan akan masuknya kembali barang-barang setelah gencatan senjata, serta peningkatan jumlah truk yang akan diizinkan masuk setiap hari — sekitar 400 truk pada tahap awal, dengan jumlah yang diharapkan terus meningkat secara bertahap.
Meskipun angka tersebut belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan warga Gaza, hal ini merupakan lonjakan besar dibanding masa perang, ketika jumlah truk yang diizinkan masuk hanya sekitar 70 truk per hari dalam kondisi terbaik.
Masuknya pasokan yang diantisipasi ini telah memicu “penjualan cepat” oleh para pedagang untuk menghabiskan stok sebelum harga turun lebih jauh. Hal inilah yang menjelaskan meningkatnya aktivitas pasar meski kondisi likuiditas umum masih lemah.
Namun, meski ada sedikit kelonggaran ekonomi, perbaikan ini tidak diperkirakan akan bertahan lama kecuali jika arus masuk truk dapat dijaga secara konsisten. Pasar Gaza masih menghadapi berbagai distorsi mendalam, termasuk ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, perbedaan kondisi antara wilayah utara dan selatan, serta lemahnya daya beli masyarakat meskipun harga telah menurun.
Peningkatan Daya Beli
Ekonom Ahmad Abu Qamar menegaskan bahwa pasar Gaza mengalami disfungsi ekonomi selama dua tahun perang dan kehilangan dinamika alaminya akibat berbagai faktor seperti ketakutan, penutupan wilayah, kelangkaan barang, serta praktik monopoli oleh sebagian pedagang.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera Net, ia mengatakan bahwa pasar Gaza selama ini lebih dipengaruhi oleh berita daripada oleh kenyataan di lapangan. Karena itu, penurunan harga saat ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama berakhirnya perang, yang memungkinkan roda kehidupan kembali berputar normal melalui masuknya barang-barang dan turunnya harga.
Ia menambahkan, “Jika kita bandingkan harga selama perang dan setelahnya, kita akan melihat penurunan dramatis pada banyak barang kebutuhan pokok yang sebelumnya mencapai harga tidak masuk akal. Namun, meskipun demikian, harga-harga itu masih lebih tinggi sekitar 30% hingga 50% dibanding harga normal, karena situasi belum sepenuhnya stabil.”
Ia juga menekankan pentingnya penurunan harga ini, terutama bagi daya beli warga Gaza, yang kini meningkat dari kondisi hampir nol menjadi tingkat penyesuaian relatif. Meski angka kemiskinan dan pengangguran tetap tinggi, kondisi ini telah membantu mengurangi ancaman kelaparan. Selain itu, pasar kini juga mengalami pergeseran signifikan dari transaksi tunai menuju transaksi elektronik melalui aplikasi perbankan, yang membantu mengatasi masalah kekurangan uang tunai.
Tanda-Tanda Pemulihan Ekonomi
Selama melakukan kunjungan ke sejumlah pasar, koresponden Al Jazeera Net mencatat peningkatan aktivitas masyarakat yang mulai berdatangan untuk membeli kebutuhan mereka setelah lama tidak berbelanja. Rak-rak toko kembali penuh dengan barang-barang yang sebelumnya langka atau bahkan hilang selama perang.
Pasar juga mulai menawarkan berbagai jenis produk dan perlengkapan baru yang sebelumnya tidak tersedia, dengan harga yang jauh lebih rendah dibanding masa perang.
Banyak warga yang ditemui Al Jazeera Net tampak optimis, menegaskan bahwa meningkatnya aktivitas jual-beli dan ketersediaan barang merupakan tanda awal kebangkitan pasar lokal. Mereka mengungkapkan rasa lega karena pasar kembali hidup, berharap agar kelonggaran ekonomi ini terus berlanjut dan perbatasan tetap dibuka secara permanen untuk mempermudah masuknya bahan-bahan pokok dan barang dagangan.
Warga bernama Mu’taz Rabah mengatakan kepada Al Jazeera Net: “Pemandangan hari ini memberikan harapan dan optimisme. Harga-harga turun drastis setelah ketersediaan barang membaik, terutama bahan makanan dan produk pembersih.”
Ia menambahkan, “Sudah berbulan-bulan kami tidak melihat keragaman barang seperti ini. Sekarang orang-orang berbelanja dengan lebih percaya diri, dan ada perasaan bahwa kehidupan perlahan mulai kembali meskipun kami masih menghadapi kondisi sulit akibat perang.”
Sementara itu, warga bernama Mahmud Shalih memiliki pandangan berbeda. Ia menilai bahwa perbaikan kondisi pasar masih bersifat relatif dan belum mencerminkan pemulihan ekonomi yang nyata.
Ia mengatakan kepada Al Jazeera Net: “Benar bahwa sebagian harga telah turun, tetapi daya beli masyarakat sudah sangat melemah. Sebagian besar keluarga kehilangan sumber pendapatannya selama perang, dan kini prioritas mereka hanya tertuju pada kebutuhan paling mendasar.”
Ia menambahkan, “Ketersediaan barang di pasar tidak serta-merta berarti kondisi kehidupan sudah membaik. Banyak keluarga hanya mampu membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan karena kondisi ekonomi yang sulit dan minimnya kesempatan kerja.”
Kerugian Besar
Sementara itu, pemilik pusat perbelanjaan Abu Dalal Mall, Fadl Abu Dalal, menilai bahwa kelanjutan pembukaan perbatasan dan kemudahan masuknya barang akan membantu menstabilkan harga dan menggerakkan roda perdagangan. Ia menegaskan bahwa warga Gaza kini menantikan fase baru pemulihan ekonomi setelah bertahun-tahun hidup dalam pengepungan dan peperangan.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Net, ia menjelaskan bahwa penurunan harga di pasar akhir-akhir ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah barang yang masuk melalui perbatasan serta membaiknya arus distribusi, yang menghasilkan kelimpahan pasokan dan menurunkan biaya transportasi serta penyimpanan — semuanya berdampak positif bagi konsumen.
Ia juga mengungkapkan bahwa pusat perbelanjaannya pernah menjadi sasaran serangan udara dan sebagian besar bangunannya hancur, sementara banyak barang dagangan terbakar. Selain itu, penutupan panjang selama dua tahun perang telah menyebabkan kerugian besar baginya.
Sebaliknya, sejumlah pedagang mengeluhkan kerugian besar setelah harga barang turun tajam pasca gencatan senjata. Mereka mengatakan bahwa selama masa agresi, mereka membeli barang dengan harga tinggi karena kelangkaan dan sulitnya proses masuk melalui perbatasan, kemudian menyimpannya dalam jumlah besar — namun kini terpaksa menjualnya dengan harga jauh lebih rendah.
Di sisi lain, Syalabi al-Lahham, salah satu pemilik usaha daging dan pusat perbelanjaan, menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan arus pasokan barang-barang pokok serta mempermudah proses distribusi agar harga terus menurun.
Ia mengatakan kepada Al Jazeera Net: “Sektor daging dan bahan pangan sangat bergantung pada kelancaran pasokan. Setiap keterlambatan masuknya barang dapat menyebabkan kekurangan stok dan kenaikan harga, yang pada akhirnya membebani konsumen dan berdampak negatif pada aktivitas perdagangan.”
Ketenteraman
Penurunan harga telah menimbulkan rasa lega dan ketenangan psikologis yang langsung dirasakan masyarakat, hingga mereka mulai merasakan bahwa keadaan mulai berubah ke arah yang lebih baik bagi mereka.
Dalam konteks ini, A’idah Shalih, dosen psikologi kesehatan di Universitas al-Aqsa, menuturkan bahwa tersedianya barang-barang kebutuhan pokok dengan harga normal menciptakan rasa kekuatan dan kemandirian. Masyarakat dapat kembali merencanakan, memilih, dan berbelanja dengan kebebasan yang lebih besar, yang memulihkan rasa martabat dan kendali diri mereka — elemen penting dalam menjaga keseimbangan psikologis.
Ia mengatakan kepada Al Jazeera Net: “Perubahan ini sangat penting karena membantu mengurangi kecemasan berkepanjangan yang menyertai masa perang dan blokade, memperbaiki suasana umum, dan meningkatkan rasa optimisme.”
Sumber: Al Jazeera