Annan: Program Minyak untuk Pangan Tidak Cukup
rezaervani.com – 2 Desember 2000 – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan menyerukan perbaikan terhadap program minyak untuk pangan yang diawasi oleh PBB. Ia mengatakan bahwa program tersebut belum berhasil meringankan penderitaan rakyat Irak, sambil mengakui bahwa warga Irak masih hidup dalam kemiskinan yang parah.
Dalam laporan semesterannya kepada Dewan Keamanan, Annan meminta dilakukan peninjauan terhadap program tersebut karena “rakyat Irak masih hidup dalam kondisi menyedihkan, meskipun penjualan minyak telah menghasilkan dana yang lebih besar dibandingkan empat tahun lalu.”
Ia menambahkan bahwa ketiadaan aktivitas ekonomi normal telah memperburuk penyebaran kemiskinan ekstrem, mengacu pada sanksi yang diberlakukan terhadap Irak selama lebih dari sepuluh tahun.
Annan menegaskan bahwa sudah saatnya diterapkan langkah-langkah baru yang tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan pangan dan obat-obatan, tetapi juga mencakup penyediaan peralatan serta suku cadang yang diperlukan untuk membangun kembali infrastruktur Irak.
Annan mengkritik Amerika Serikat —tanpa menyebutnya secara langsung— karena menghambat pengiriman banyak barang yang telah diminta oleh Irak.
Ia menyatakan bahwa nilai peralatan yang diminta Baghdad untuk dibeli namun belum disetujui meningkat tajam hingga mencapai 2,31 miliar dolar pada akhir Oktober lalu. Hal ini, katanya, menghambat pasokan suku cadang penting untuk sektor listrik, air, transportasi, sanitasi, komunikasi, dan industri minyak.
Amerika Serikat berada di balik pencegahan sebagian besar barang-barang tersebut dengan dalih bahwa langkah itu dimaksudkan untuk mencegah Irak memperoleh peralatan yang bisa digunakan untuk tujuan militer.
Annan juga menegur Irak karena dinilai kurang memperhatikan permintaan barang-barang penting di sektor kesehatan dan pendidikan.
Ia menyebut bahwa Baghdad hanya mengajukan permintaan senilai 2 miliar dolar, atau sekitar 27 persen dari total 7,8 miliar dolar yang dialokasikan untuk wilayah tengah dan selatan Irak selama enam bulan terakhir.
Program minyak untuk pangan ini sendiri dimulai pada Desember 1996, dan mengizinkan Irak menjual sejumlah tidak terbatas minyak untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya seperti makanan dan obat-obatan.
Dalam laporannya, Annan menyatakan penyesalan mendalam atas berlanjutnya penderitaan rakyat Irak dan menyampaikan harapannya agar sanksi terhadap Irak segera dicabut. Namun, ia menekankan bahwa hal itu membutuhkan mekanisme yang tepat untuk mendorong pemerintah Irak mematuhi resolusi PBB.
Laporan tersebut tidak menyinggung keputusan Irak untuk menghentikan ekspor minyak karena PBB menolak permintaan Baghdad agar para pembeli membayar tambahan 50 sen per barel ke rekening yang tidak berada di bawah pengawasan PBB.
Para pengamat mengatakan bahwa Irak saat ini tidak membutuhkan tambahan pendapatan minyak untuk membiayai program kemanusiaannya, karena negara itu memiliki sekitar 11 miliar dolar AS dalam rekening khusus yang diawasi oleh PBB.
Sumber : al Jazeera