Washington Mengecam Kekerasan di Sudan dan Seruan untuk Tidak Mengakui Pemerintah Paralel
Meningkatnya eskalasi kudeta di Sudan menyita perhatian dunia. Pembentukan Pemerintahan Paralel Sudan oleh RSF direspon oleh Washington
rezaervani.com – 30 Oktober 2025 – Reaksi regional dan internasional meningkat setelah pasukan Rapid Support Forces (RSF) mengumumkan pembentukan pemerintahan paralel di Sudan, di tengah peringatan akan memburuknya krisis politik dan keamanan di negara tersebut.
Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika dalam pernyataannya menegaskan bahwa pengumuman RSF mengenai pembentukan apa yang disebut “pemerintah paralel” di Sudan sama sekali tidak dapat diterima, serta menyerukan kepada komunitas internasional untuk tidak mengakuinya.
Dewan tersebut juga menekankan bahwa pihak mana pun yang memberikan dukungan militer atau finansial kepada pihak-pihak yang bertikai di Sudan akan dimintai pertanggungjawaban dan harus menghadapi konsekuensi, seraya mengutuk segala bentuk intervensi asing yang memperburuk dan memperpanjang konflik.
Sementara itu, Penasihat Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk urusan Afrika menyatakan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya kekerasan yang mengerikan di kota El-Fasher, Darfur Utara, dan menyerukan kepada pimpinan RSF untuk menindak para pelaku kejahatan tersebut serta segera menghentikan serangan.
Penasihat tersebut menegaskan bahwa Amerika Serikat mengecam semua pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional di El-Fasher, dan menekankan bahwa penargetan warga sipil secara sengaja serta tindakan balas dendam tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun.
Situasi Memburuk
Kota El-Fasher dalam beberapa hari terakhir dilanda peningkatan kekerasan serius antara pasukan tentara dan RSF, di tengah memburuknya kondisi kemanusiaan dan gelombang pengungsian besar-besaran warga sipil, tanpa adanya tanda-tanda gencatan senjata atau dimulainya kembali proses politik.
Pada Rabu kemarin, pemimpin RSF di Sudan, Mohamed Hamdan Dagalo (Hemeti), mengumumkan pembentukan komite penyelidikan terhadap peristiwa yang terjadi di El-Fasher beberapa hari terakhir, tanpa mengakui tanggung jawab pasukannya atas peristiwa tersebut.
Sementara itu, pemerintah Sudan menggelar konferensi pers menuduh RSF melakukan “kekejaman sistematis” terhadap warga sipil di El-Fasher, serta menyerukan kepada komunitas internasional untuk menetapkan RSF sebagai “organisasi teroris” dan menuntut pertanggungjawaban para pelakunya.
Tuduhan ini muncul di tengah laporan lokal dan internasional yang mendokumentasikan pembunuhan massal, eksekusi terhadap korban luka dan pasien di rumah sakit, serta pembunuhan pekerja lembaga amal. Komisi Bantuan Kemanusiaan menyebutkan bahwa lebih dari dua ribu warga sipil —termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia— tewas hanya dalam dua hari.
PBB juga mengecam pelanggaran tersebut, terutama setelah laporan yang menyebutkan eksekusi terhadap 460 orang terluka, pasien, dan pendamping mereka di rumah sakit Saudi di El-Fasher. Sementara itu, organisasi Human Rights Watch menegaskan bahwa rekaman video menunjukkan pasukan RSF melakukan eksekusi di lapangan dan menyerang warga sipil saat mereka berusaha melarikan diri dari kota.
Sumber: Al Jazeera