Setelah 11 Hari, Militer AS Umumkan Identitas Pejabat Al-Qaeda yang Dibunuh Dekat Idlib
Identitas Pejabat Al-Qaeda yang dibunuh akhirnya diumumkan oleh Militer Amerika Serikat
rezaervani.com – 1 Oktober 2021 – Situs Military Times melaporkan bahwa Komando Pusat Militer Amerika Serikat mengumumkan bahwa pejabat senior Al-Qaeda yang tewas dalam serangan udara AS di dekat Idlib pada 20 September lalu adalah Salem Abu Ahmad, yang bertanggung jawab atas perencanaan, pendanaan, dan persetujuan operasi serangan Al-Qaeda.
Situs tersebut menambahkan — mengutip juru bicara Komando Pusat — bahwa tidak ada indikasi adanya korban di kalangan sipil akibat serangan itu.
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa “serangan ini termasuk dalam rangkaian operasi Amerika untuk melemahkan jaringan teroris internasional dan menargetkan para pemimpin teroris yang berupaya menyerang Amerika Serikat, kepentingannya, serta sekutunya di luar negeri.”
Pada 20 September lalu, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) mengumumkan bahwa militer Amerika melancarkan serangan udara menggunakan pesawat tak berawak di dekat kota Idlib, Suriah utara, yang menargetkan salah satu pemimpin senior Al-Qaeda, tanpa menyebutkan namanya saat itu.
Surat kabar The New York Times mengungkapkan bahwa pasukan Amerika menggunakan senjata rahasia dalam operasi tersebut, yaitu rudal “Ninja Hellfire.”
Surat kabar itu menjelaskan bahwa hulu ledak peledak pada rudal tersebut telah diganti dengan bilah logam panjang yang digunakan untuk menyerang target secara presisi sekaligus meminimalkan risiko terhadap warga sipil di sekitarnya.
Menurut laporan yang disusun oleh pengamat PBB, Front al-Nusra di Suriah masih menjadi salah satu cabang Al-Qaeda yang paling kuat dan terbesar di dunia. Para pejuangnya disebut menggunakan ancaman, kekerasan, dan iming-iming materi untuk merekrut kelompok-kelompok bersenjata kecil.
Front al-Nusra masih tercantum dalam daftar organisasi teroris internasional meskipun pada musim panas 2015 mereka mengumumkan pemutusan hubungan dengan Al-Qaeda dan mengganti namanya menjadi Front Fath al-Sham. Kelompok ini kemudian menjadi komponen utama dalam organisasi Hay’at Tahrir al-Sham yang terbentuk setelah penggabungan Front Fath al-Sham dengan beberapa faksi Islam lainnya pada awal 2017.
Sumber: Al Jazeera + Kantor Berita + Pers Amerika