الباب الثاني في كفالة عبد المطلب للنبي كفالة عبد المطلب رسول الله صلى الله عليه وسلم ومعرفته بشأنه
Pemeliharaan Abdul Muthalib terhadap Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Pengetahuannya tentang Kedudukannya (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel tentang Nabi dalam Pengasuhan Abdul Muthalib ini masuk dalam Kategori Sirah Nabawiyah
وروى البلاذري عن الزهري ومحمد بن السائب أن عبد المطلب كان إذا أتي بالطعام أجلس رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى جنبه وربما أقعده على فخذه فيؤثره بأطيب طعامه ، وكان رقيقا عليه برا به ، فربما أتي بالطعام وليس رسول الله صلى الله عليه وسلم حاضرا فلا يمس شيئا منه حتى يؤتى به .
Al-Baladzuri meriwayatkan dari al-Zuhri dan Muhammad bin al-Saib bahwa ketika Abdul Muthalib didatangkan makanan, ia selalu mendudukkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di sampingnya, bahkan terkadang di pangkuannya, lalu memberinya bagian makanan yang terbaik. Ia begitu lembut dan penuh kasih kepadanya. Jika makanan datang sementara Rasulullah tidak hadir, ia tidak akan menyentuhnya sedikit pun hingga beliau dibawa ke sana.
وكان يفرش له في ظل الكعبة ويجلس بنوه حول فراشه إلى خروجه فإذا خرج قاموا على رأسه مع عبيده إجلالا له وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأتي وهو غلام جفر فيجلس على الفراش فيأخذه أعمامه ليؤخروه فيقول عبد المطلب : دعوا ابني ما تريدون منه ؟ إن له لشأنا . ويقبل رأسه ويمسح صدره ويسر بكلامه وما يرى منه .
Abdul Muthalib biasa membentangkan tikar baginya di bawah naungan Ka‘bah. Anak-anaknya duduk di sekeliling tikar itu hingga ia keluar. Ketika ia keluar, mereka berdiri di sisinya bersama para pembantunya sebagai bentuk penghormatan. Nabi Muhammad kecil pun datang dan duduk di atas tikar itu. Paman-pamannya berusaha menariknya turun, namun Abdul Muthalib berkata: “Biarkan cucuku, apa yang kalian inginkan darinya? Sesungguhnya ia memiliki urusan besar.” Lalu ia mencium kepala Nabi, mengusap dadanya, dan berbahagia dengan ucapan serta tanda-tanda yang terlihat darinya.
وروى أبو نعيم عن محمد بن عمر الأسلمي عن شيوخه قالوا : بينا عبد المطلب يوما في الحجر وعنده أسقف نجران وهو يحادثه ويقول : إنا نجد صفة نبي بقي من ولد إسماعيل ، هذا البلد مولده ومن صفته كذا وكذا . وأتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فنظر إليه الأسقف وإلى عينيه وإلى ظهره وإلى قدميه فقال : هو هذا ، ما هذا منك ؟ قال : هذا ابني . قال الأسقف : لا ، ما نجد أباه حيا . قال : هو ابن ابني وقد مات أبوه وأمه حبلى به . قال : صدقت . قال عبد المطلب لبنيه :
Abu Nu‘aim meriwayatkan dari Muhammad bin Umar al-Aslami dari para gurunya, mereka berkata: “Suatu hari Abdul Muthalib berada di Hijr (dekat Ka‘bah) bersama seorang uskup dari Najran. Sang uskup berkata kepadanya: ‘Kami mendapati dalam kitab kami sifat seorang nabi terakhir dari keturunan Ismail. Kota ini adalah tempat kelahirannya, dan sifat-sifatnya begini dan begitu.’ Lalu datanglah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sang uskup menatap beliau, matanya, punggungnya, dan kakinya, lalu berkata: ‘Dialah orang itu. Siapakah dia bagimu?’ Abdul Muthalib menjawab: ‘Dia putraku.’ Sang uskup berkata: ‘Tidak, sebab kami mendapati bahwa ayahnya tidak hidup.’ Abdul Muthalib menjawab: ‘Ia adalah cucuku. Ayahnya telah meninggal sementara ibunya sedang mengandungnya.’ Sang uskup berkata: ‘Engkau benar.’ Maka Abdul Muthalib pun berkata kepada anak-anaknya: ‘Jagalah baik-baik anak saudara kalian. Tidakkah kalian dengar apa yang dikatakan tentangnya?’”
وروى البخاري في تاريخه وابن سعد والحاكم وصححه ، عن كندير بن سعيد بن حيوة ويقال حيدة ، عن أبيه ، والبيهقي عن معاوية بن حيدة قال الأول : خرجت حاجا في الجاهلية . وقال الثاني : خرجت معتمرا في الجاهلية . قالا : فإذا شيخ طويل يطوف بالبيت وهو يقول :
Al-Bukhari dalam kitab Tarikhnya, Ibnu Sa‘d, al-Hakim (dan ia menshahihkannya), meriwayatkan dari Kundair bin Sa‘id bin Haywah (ada yang menyebut Huydah), dari ayahnya; dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Mu‘awiyah bin Huydah, bahwa yang pertama berkata: “Aku keluar berhaji pada masa jahiliyah.” Sedangkan yang kedua berkata: “Aku keluar berumrah pada masa jahiliyah.” Mereka berkata: “Kami melihat seorang lelaki tua bertubuh tinggi sedang thawaf di Ka‘bah sambil berkata:
رد إلي راكبي محمدا
اردده ربي واتخذ عندي يدا
“Kembalikan kepadaku penunggangku, Muhammad
Kembalikan dia wahai Tuhanku, dan jadikan itu sebagai kebaikan di sisiku.”
فسألا عنه فقيل هذا سيد قريش عبد المطلب له إبل كثيرة فإذا ضل منها شيء بعث فيه بنيه يطلبونها فإذا غابوا بعث ابن ابنه ولم يبعثه في حاجة إلا أنجح فيها ، وقد بعثه في حاجة أعيا عنها بنوه وقد أبطأ عليه . قالا : فلم نلبث حتى جاء رسول الله صلى الله عليه وسلم بالإبل معه ، فقال له عبد المطلب : يا بني حزنت عليك حزنا لا تفارقني بعد أبدا .
Mereka bertanya: “Siapakah orang itu?” Dijawab: “Itu adalah pemimpin Quraisy, Abdul Muthalib. Ia memiliki banyak unta. Jika ada yang hilang, ia menyuruh anak-anaknya mencarinya. Jika mereka tidak berhasil, ia mengutus cucunya, Muhammad. Ia tidak pernah mengutusnya dalam suatu urusan kecuali berhasil. Kini ia mengutusnya untuk suatu urusan yang tidak mampu diselesaikan anak-anaknya, tetapi ia lama tak kembali.” Tak lama kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam datang dengan membawa unta-unta itu. Maka Abdul Muthalib berkata: “Wahai anakku, aku sangat sedih karena kehilanganmu. Jangan pernah meninggalkanku lagi selamanya.”
وروى ابن الجوزي عن أم أيمن رضي الله تعالى عنها قالت : كنت أحضن رسول الله صلى الله عليه وسلم فغفلت عنه يوما فلم أدر إلا بعبد المطلب قائما على رأسه يقول : يا بركة .
Ibnu al-Jauzi meriwayatkan dari Ummu Aiman radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku biasa mengasuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu hari aku lalai darinya, dan tiba-tiba aku melihat Abdul Muthalib berdiri di kepalanya sambil berkata: ‘Wahai Barakah!’”
قلت : لبيك . قال : أتدرين أين وجدت ابني ؟ قلت : لا أدري . قال : وجدته مع غلمان قريبا من السدرة ، لا تغفلي عنه فإن أهل الكتاب يزعمون أنه نبي هذه الأمة وأنا لا آمنهم عليه .
Aku menjawab: “Aku di sini.” Ia berkata: “Tahukah engkau di mana aku mendapati cucuku?” Aku menjawab: “Aku tidak tahu.” Ia berkata: “Aku menemukannya bersama anak-anak lain di dekat pohon sidrah. Jangan sampai engkau lalai darinya, karena ahli kitab meyakini bahwa dia adalah nabi bagi umat ini, dan aku tidak merasa aman jika ia berada di tangan mereka.”
Alhamdulillah selesai rangkaian artikel 2 (Dua) Seri
Sumber : Mausu-ah Sirah Nabawiyah
Leave a Reply