Bacaan Syadzah, Bukti Mu’jizat Al Quran dari Sisi Bahasa
Catatan Belajar Oleh : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Bacaan Syadzah, Bukti Mu’jizat Al Quran dari Sisi Bahasa ini Masuk dalam Kategori Ilmu Qiroat
w
Dalam bait Thayyibatun Nasyr, Imam Ibnul Jazariy rahimahullahu Ta’ala menyebutkan salah satu syarat sebuah Qiroat dapat diterima dalam jajaran Qiroaat Shahihah adalah sesuai dengan wajh Nahwu (Bahasa Arab)
فَكُلُّ مَا وَافَقَ وَجْهَ نَحْوِ
Munculnya syarat ini salah satunya dikarenakan Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya. Suatu lafazh bisa memiliki banyak sekali bentuk. Dan bentuk tersebut bisa muncul dari perspektif Nahwu maupun Sharaf.
Contoh kecil dari perspektif nahwu misalnya pada ucapan
الْحَمْدُ
Jumhur membaca dengan mendhommahkan huruf Dal. Al Farra’ mengatakan :
اجتمع القراء على رفع (الحمد)
Para Quro bersepakat merofa’kan Alhamdu. Dan ini adalah bacaan yang ma’tsur dan terpilih di kalangan Arab.
Disamping bacaan tersebut ada bentuk lain untuk lafazh Alhamdu, seperti misalnya,
الْحَمْدُ لُلَّهِ
Dengan mendhommahkan lam pada lafazh Allah (Lihat rujukan lengkap misalnya di Kitab Bahrul Muhith atau Kitab Al Ibaanah ‘an Ma’aaniyal Qirooaat). Meriwayat bacaan dengan cara ini misalnya Ibraahim dari Abi Ablah. Disebutkan bahwa ini adalah bentuk bacaan dari sebagian Bani Rabii’ah.
Ada pula yang membaca dengan Alhamdillillah, Alhamdalillah dan lainnya, akan tetapi bacaan tersebut tidaklah masuk dalam kategori bacaan yang fasih di kalangan Bangsa Arab, meskipun dikenal dan dapat ditemukan akarnya. Sebagaimana tidak pula diriwayatkan bacaan dalam bentuk tersebut dari Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, sehingga masuk dia dalam kategori syadzah, sebagaimana persyaratan ketiga untuk Qiroah Shahihah yang ditetapkan oleh Imam Ibnul Jazariy :
وَصَحَّ إسْناداً هُوَ الْقُـرآنُ
—
Dari perspektif Sharaf misalnya, sebuah kata dalam berada di lebih dari satu wazan.
Misalnya bentuk Al Mudho’af Al Muta’adiy yang tidak mengandung huruf halqi, dikatakan bisa masuk ke wazan Nashara – نَصَرَ (Bab Pertama dalam Al Amtsilah At Tahsrifiyah) atau ke wazan ضَرَبَ (Bab Kedua dalam Al Amtsilah At Tashirifyah). (Lihat rujukan lebih jauh misalnya di Kitab Al Af’aal fi Al Quranil Kariim)
Contoh di Surah Muhammad ayat 4 :
فَشُدُّوا الْوَثَاقَ
شُدُّ dalam penggalan ayat itu bisa ada di dua wazan :
شَدَّ – يَشُدُّ
dan
شَدَّ – يَشِدُّ
Sehingga bisa saja dibaca dengan mengkasrahkan syin saat shighot Fi’il Amr.
Akan tetapi bacaan yang kedua ini syadz adanya, meskipun dikenal di kalangan Arab.
Dari paparan ringkas ini kita bisa melihat bahwa dari sisi pilihan bacaan, Al Quran adalah Mu’jizat, karena beberapa alasan :
- Bacaan Al Quran terpilih dari bacaan yang ma’tsur dan dikenal fasih di kalangan Arab. Sangat tidak mungkin Rasulullah shalallahu alaihi wa salam mengutip begitu banyak bentuk yang fasih dan mengumpulkannya dalam banyak ayat di Al Quranul Kariim
- Konsistensi juga keselarasan pola dan makna bentuk kata di Al Quran kemudian dapat dikelompokkan secara rapih dalam disiplin Ilmu Sharaf, dan sekali lagi – ini mustahil dilakukan dalam waktu singkat oleh satu orang.
Maka Sungguh Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (Surah An Nisaa ayat 82)
Allahummarhamnaa bil Quraan.
Allahu Ta’ala ‘A’lam
Leave a Reply