Syarh ar Risalah at Tadmuriyyah (Bagian 12)
Oleh : Prof. DR. Muhammad Ibnu Abdir Rahman Al Khumais
Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Semua Syarh ar Risalah at Tadmuriyyah kami tempatkan dibawah kategori Syarh Tadmuriyah DR. Al Khumais
w
والله سبحانه وتعالى بعث رسله بإثبات مفصّل، ونفيٍ مجمل، فأثبتوا له الصفات على وجه التفصيل، ونفوا عنه ما لا يصلح له من التشبيه والتمثيل، كما قال تعالى :
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul-Nya dengan membawa itsbat (penetapan) yang terperinci dan nafi (penafian) yang bersifat umum. Para rasul menetapkan sifat-sifat bagi Allah secara rinci, dan menafikan dari-Nya segala hal yang tidak layak bagi-Nya, seperti menyerupakan (tasybih) atau menyamakan (tamtsil) Allah dengan makhluk. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :
{فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً} [مريم: ٦٥] ،
“Maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang setara dengan Dia?” (Surah Maryam ayat 65)
قال أهل اللغة:
Para ahli bahasa menjelaskan bahwa ayat
{هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً}
“Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang setara dengan Dia?”
أي نظيراً يستحق مثل اسمه، ويقال: مسامياً يساميه. وهذا معنى ما يُروى عن ابن عباس: هل تعلم له مثلاً أو شبيهاً.
bermakna : adakah sesuatu yang serupa atau sebanding dengan-Nya, yang berhak memiliki nama seperti nama-Nya? Ada pula yang mengatakan bahwa maknanya adalah sesuatu yang setara atau sebanding dengannya dalam kedudukan dan kemuliaan. Ini juga merupakan makna dari riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas, bahwa maksud ayat tersebut adalah: “Apakah kamu mengetahui sesuatu yang semisal atau menyerupai-Nya?”
وقال تعالى :
Allah Ta’ala berfirman:
{لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ*وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ} [الإخلاص: ٣ـ٤] ،
“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Surah Al Ikhlas ayat 3 – 4)
وقال تعالى :
Dan Allah Ta’ala berfirman
{فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَاداً وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة: ٢٢]
“Maka janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Surah Al Baqarah ayat 22)
وقال تعالى :
Dan Firman Allah Ta’ala
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبّاً لِلَّه} [البقرة: ١٦٥] .
“Di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, kecintaan mereka kepada Allah jauh lebih besar.” (Surah Al Baqarah ayat 165)
وقال تعالى :
Allah Ta’ala berfirman:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ*بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [الأنعام: ١٠٠ـ ١٠١] ،
“Dan mereka menjadikan jin sebagai sekutu-sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakan mereka. Dan mereka secara dusta mengada-adakan untuk-Nya anak-anak laki-laki dan perempuan tanpa ilmu. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka sifatkan. Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Bagaimana mungkin Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Surah Al An’am ayat 100–101)
وقال تعالى :
Dan Firman Allah Ta’ala :
{َتبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيراً*الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْك} [الفرقان: ١ـ٢] ،
“Maha Berkah Dia yang telah menurunkan Al Furqan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam. Dialah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya.” (Surah Al Furqan ayat 1–2)
وقال تعالى :
Dan Firman Allah Ta’ala :
{فَاسْتَفْتِهِمْ أَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُونَ*أَمْ خَلَقْنَا الْمَلائِكَةَ إِنَاثاً وَهُمْ شَاهِدُونَ*أَلا إِنَّهُمْ مِنْ إِفْكِهِمْ لَيَقُولُونَ*وَلَدَ اللَّهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ*أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ*مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ*أَفَلا تَذَكَّرُونَ*أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ*فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ*وَجَعَلُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَباً وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ*سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ*إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ} [الصافات: ١٤٩ـ١٦٠.]
“Maka tanyakanlah kepada mereka (orang-orang musyrik): Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan, sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki? Ataukah Kami menciptakan para malaikat berupa perempuan, sedangkan mereka menyaksikan (nya)? Ingatlah, sesungguhnya mereka karena kebohongannya benar-benar mengatakan: Allah mempunyai anak. Dan sungguh, mereka adalah para pendusta. Apakah Allah memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki? Ada apa dengan kalian, bagaimana kalian menetapkan (sesuatu)? Maka tidakkah kalian mengambil pelajaran? Ataukah kalian mempunyai bukti yang nyata? Maka bawalah kitab kalian jika kalian orang-orang yang benar. Dan mereka mengadakan hubungan antara Allah dan jin (dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai anak perempuan dari kalangan jin). Sungguh, jin mengetahui bahwa mereka pasti akan diseret (ke neraka). Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan. Kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlis.”(Surah Ash- haffaat ayat 149–160)
إلى قوله :
Hingga FirmanNya :
{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ*وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ*وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الصافات: ١٨.ـ١٨٢] ،
“Mahasuci Rabbmu, Rabb Yang Maha Perkasa, dari apa yang mereka sifatkan. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (Surah Ash Shaffat ayat 180–182)
فسبَّح نفسه عما يصفه المفترون المشركون، وسلّم على المرسلين؛ لسلامة ما قالوه من الإفك والشرك، وحمد نفسه إذ هو سبحانه المستحق للحمد بما له من الأسماء والصفات وبديع المخلوقات.
Maka Allah mensucikan diri-Nya dari apa yang disifatkan oleh para pembohong dan orang-orang musyrik. Dia menyampaikan salam kepada para rasul karena ucapan mereka terbebas dari kebohongan dan kesyirikan. Allah juga memuji diri-Nya sendiri, karena Dia, Subhanahu wa Ta’ala, adalah satu-satunya yang berhak menerima pujian atas nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan keindahan ciptaan-Nya.
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Leave a Reply