Pengertian Isti’arah (1) : Majaz Lughawiy
Pengertian Isti’arah adalah artikel dalam Kategori Balaghah
Isti’arah dalam ilmu balaghah merupakan bagian dari majâz. Oleh karena itu, sebelum mengetahui lebih jauh pengertian isti’arah, lebih baiknya mengetahui terlebih dahulu pengertian dari majâz. Kata majâz berasal dari kata jâza yang memiliki arti kata yang dialihkan dari makna asalnya, kemudian majâz diartikan sebagai penggunaan makna pada selain tempatnya, hal ini berlaku karena adanya hubungan dan disertai qarînah (korelasi) yang mencegah dari makna aslinya.
Majaz terbagi menjadi dua, yaitu majaz lughawiy dan majâz ‘aqliy. Berikut penjelasannya :
- Majâz lughawiy adalah lafadz yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena ada hubungan disertai qarînah yang menghalangi pemberian makna hakiki (sebenarnya). Hubungan antara makna hakiki dan majâzi itu kadang karena adanya keserupaan dan kadang selain itu. Sementara qarînahnya itu dapat berupa lafzhiyah atau hâliyah. Jika persesuaian itu merupakan penyerupaan, maka disebut isti’ârah, dan jika bukan penyerupaan, maka disebut majaz mursal.
Contoh ayat-ayat al-Qur‟an yang mengandung majâz lughawiy adalah sebagai berikut :
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Surah al A’raaf ayat 31)
Pada ayat di atas yang memiliki bentuk majâz lugawiy adalah lafadz masjid, yaitu mungungkapkan mahal (tempat), sedangkan yang dimaksud dengan masjid di sini adalah hâl yaitu shalat. Ayat ini merupakan contoh majaz mursal mahalliyah.
Contoh lainnya :
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. (Surah Maryam ayat 4)
Pada ayat di atas, lafadz ra’su (kepala) diserupakan dengan bahan bakar, kemudian musyabbah bihnya dibuang dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khususnya, yaitu lafadz isyta’ala (menyala). Ini merupakan contoh majaz isti’ârah makniyah. Qarînahnya adalah kata isyta’ala (menyala) yang disandarkan kepada ra’su (kepala).
Bersambung in sya Allah
Leave a Reply