Fathul Qarib Al Mujib : Ath Thahaarah (6) : Penggunaan Wadah/Bejana
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Terjemah Fathul Qarib Al Mujib selengkapnya dapat dilihat di Kategori Terjemah Fathul Qarib
w
[استعمال الأواني]
Penggunaan Wadah/Bejana
{فصل} في بيان ما يحرم استعماله من الأواني وما يجوز. وبدأ بالأول فقال:
(Bab) yang berisi penjelasan tentang wadah apa yang haram digunakan dan apa yang diperbolehkan. Penulis (Abu Syuja) memulai dengan yang pertama dan berkata:
(ولا يجوز) في غير ضرورة لرجل أو امرأة (استعمال) شيء من (أواني الذهب والفضة)، لا في أكل ولا في شرب ولا غيرهما؛ وكما يحرم استعمال ما ذكر يحرم اتخاذه من غير استعمال في الأصح. ويحرم أيضا الإناء المَطْلِيّ بذهب أو فضة إن حصل من الطِلاَء شيءٌ بعرضه على النار.
(Tidak diperbolehkan) kecuali dalam keadaan darurat bagi laki-laki atau perempuan (menggunakan) apa pun dari (peralatan emas dan perak), baik untuk makan, minum, atau lainnya; dan sebagaimana haram menggunakan apa yang disebutkan, haram juga menyimpan wadah tersebut tanpa digunakan, demikian menurut pendapat yang lebih shahih. Juga diharamkan peralatan yang dilapisi dengan emas atau perak jika lapisan tersebut meninggalkan sesuatu saat dipanaskan dengan api.
(ويجوز استعمال) إناء (غيرهما) أي غير الذهب والفضة (من الأواني) النفيسة، كإناء ياقوت.
(Dan diperbolehkan menggunakan) peralatan (selainnya) yaitu selain emas dan perak (dari peralatan) yang berharga, seperti peralatan dari batu yakut.
ويحرم الإناء المضبب بضبة فضة كبيرة عرفًا لزينة؛ فإن كانت كبيرة لحاجة جاز مع الكراهة، أو صغيرة عرفا لزينة كرهت، أو لحاجة فلا تكره. أما ضبة الذهب فتحرم مطلقا، كما صححه النووي.
Diharamkan juga peralatan yang memiliki bagian yang ditambal dengan potongan perak yang besar menurut standar umum, jika diperuntukkan sebagai hiasan. Jika potongan/tambalan besar itu karena kebutuhan, maka diperbolehkan secara makruh. Kalau potongan/tambalan itu berukuran kecil menurut standar umum, jika diperuntukkan sebagai hiasan maka dimakruhkan, sementara jika karena kebutuhan maka tidak dimakruhkan. Adapun potongan emas, diharamkan secara mutlak, sebagaimana yang ditashih oleh Imam Nawawi.
Leave a Reply