Shalahuddin al Ayyubi, Sejarah Hidupnya (2)



Shalahuddin al Ayyubi, Sejarah Hidupnya (Bagian Kedua)

Oleh : DR. Ali Muhammad ash Shallabiy

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Shalahuddin al Ayyubi, Sejarah Hidupnya ini masuk dalam Kategori Tarikh dan Sejarah Palestina

Seluruh Rangkaian Serial ini dapat anda baca di link ini

ثانياً: ولادة صلاح الدين:

Bagian Kedua : Kelahiran Shalahuddin al Ayyubi

ولد صلاح الدين الأيوبي عام ٥٣٢هـ/١١٣٧م في قلعة تكريت، وهي بلدة قديمة أقرب إلى بغداد منها إلى الموصل، وقد قامت في طرفها الأعلى قلعةٌ حصينةٌ راكبة على دجلة، بناها ملوك الفرس منذ القدم على حجرٍ عظيم، وجعلوها مخازن للذخيرة، ومرصداً لمراقبة العدو، ثم افتتحها المسلمون في السنة السادسة عشرة من الهجرة أيام عمر بن الخطاب، رضي الله عنه. 

Shalahuddin al Ayyubi lahir pada tahun 532 H/1137 M di Benteng Tikrit, sebuah kota kuno yang lebih dekat ke Baghdad dibandingkan Mosul. Di bagian tertinggi kota itu terdapat sebuah benteng yang kokoh yang terletak di atas Sungai Tigris. Benteng ini dibangun oleh raja-raja Persia sejak zaman dahulu di atas batu besar, dan mereka menjadikannya sebagai gudang senjata serta tempat pengawasan untuk mengamati musuh. Benteng ini kemudian dibuka oleh kaum Muslim pada tahun keenam belas Hijriyah, pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu.

Istana Tikrit saat ini
Istana Tikrit saat ini

ومن عجائب القدر: أنَّ ولادة صلاح الدين كانت في اليوم الذي أمر فيه «مجاهد لدين بهروز» والي بغداد نجم الدين أيوب، وأخاه شيركوه بمغادرة مدينة تكريت بسبب قتل عم صلاح الدين أحد قواد القلعة، وذلك من أجل امرأة اذاها القائد في شرفها، فانتقم «شيركوه» للشرف، والمروءة حين استغاثت به، فقتله،

Salah satu keajaiban takdir adalah bahwa kelahiran Shalahuddin terjadi pada hari ketika “Mujahid Lidin Behruz,” gubernur Baghdad, memerintahkan Najmuddin Ayyub dan saudaranya Syirkuh untuk meninggalkan Kota Tikrit karena paman Shalahuddin membunuh salah satu komandan benteng. Hal itu terjadi karena seorang perempuan yang kehormatannya dilanggar oleh komandan tersebut, dan Syirkuh membalaskan kehormatan wanita itu dengan membunuh komandan tersebut setelah perempuan tersebut memohon bantuan kepada Syirkuh.

ولكن بهروز في حيرة من نفسه هل بيقيهما عنده؟ أم يأمر بمغادرتهما، فإن أبقاهما؛ يخشى عليهما من انتقام القواد أن يصيبهما الأذى، فلم يجد بُدَّاً سوى أن يأمرهما بالمغادرة، فجاء بهما مظهراً الخوف عليهما، وطلب إليهما أن يخرجا في ليلتهما من تكريت، فخرج الرجلان يقصدان (الموصل) وقد حملا أسرتيهما، وفي رحل نجم الدين يوسف ابنه الطفل المولود صلاح.

Namun, Behruz merasa bingung apakah harus membiarkan mereka tetap tinggal atau memerintahkan mereka untuk pergi. Jika mereka dibiarkan tinggal, ia khawatir para komandan akan membalas dendam dan menyakiti keluarga Najmudin dan Syirkuh. Maka, ia tidak punya pilihan selain memerintahkan mereka pergi. Behruz berpura-pura khawatir atas keselamatan mereka dan meminta mereka meninggalkan Tikrit pada malam itu. Akhirnya, kedua pria itu pergi menuju Mosul dengan membawa keluarga mereka, termasuk putra Najmuddin Yusuf yang baru lahir, yaitu Shalahuddin.

ويذكر صاحب وفيات الأعيان: أنَّ أيوب قد تشاءم بمولوده الجديد صلاح الدين، وقد همَّ أيوب بقتل ولده عندما كان يصيح؛ وهو طفل؛ وهم خارجون من المدينة، 

Disebutkan oleh penulis Wafayat al A’yan, bahwa Ayyub merasa tidak beruntung dengan kelahiran putranya, Shalahuddin, dan ia bahkan berpikir untuk membunuh putranya yang masih bayi itu karena tangisannya saat mereka meninggalkan kota.

ولكن أحد أتباعه حذَّره من هذا العمل قائلاً: يا مولاي! قد رأيتُ ما حدث عندك من الطِّيرة، والتشاؤم بهذا الصبي، وأيُّ شيءٍ له من الذنب؟ وبم استحقَّ ذلك منك، وهو لا ينفع، ولا يضرُّ، ولا يغني شيئاً، وهذا الذي جرى عليك قضاءٌ من الله سبحانه، وقدر، ثم ما يدريك أن يكون هذا الطفل ملكاً عظيم الصِّيت، جليل المقدار، ولعلَّ الله جاعل له شأناً، فاستبقه، فهو طفل، ليس له ذنب، ولا يعرف ما أنت فيه من الكدر، والغمِّ. 

Namun, salah seorang pengikutnya memperingatkan Ayyub agar tidak melakukan hal itu, dengan berkata: “Wahai tuanku! Saya melihat bahwa Anda merasa cemas dan pesimis terhadap bayi ini. Apa dosa bayi ini ? Mengapa dia pantas menerima hal itu dari Anda, padahal dia tidak bisa mendatangkan manfaat, bahaya, atau apa pun ? Apa yang terjadi adalah takdir dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapa tahu, mungkin anak ini akan menjadi raja besar yang terkenal dan memiliki kedudukan mulia. Mungkin Allah telah menetapkan nasib yang besar baginya, maka biarkanlah dia hidup. Dia hanyalah bayi yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa tentang kesedihan dan kekhawatiran yang Anda alami.”

ولقد أثرت هذه الكلمات في نفس أيوب، وسرعان ما رجع إلى الحقِّ، وثاب إلى الرُّشد، واتَّبع طريق الإسلام الصحيح.

Kata-kata ini memengaruhi hati Ayyub, dan dengan cepat ia kembali kepada kebenaran, menyadari kesalahannya, serta mengikuti jalan Islam yang benar.

Bersambung ke seri berikutnya In sya Allah

Sumber Utama : aljazeera



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.