Tuhan Kristen, Satu atau Tiga ? (Bagian 1)



الإله عند النصارى واحد أم ثلاثة

Tuhan Kristen, Satu atau Tiga ? (Bagian Pertama)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Tuhan Kristen – Satu atau Tiga ? ini masuk dalam Kategori Artikel Aqidah Islamiyah dan Kristologi

أشاد القرآن الكريم بالعقل ، وجعله مناط التكليف، وأصبح من القواعد الثابتة في شرعنا أن من لا عقل له، لا تكليف عليه .

Al Quran memberikan pujian terhadap akal dan menjadikannya sebagai dasar menetapkan pembebanan (taklif). Dalam syariat kita, salah satu prinsip yang tetap adalah bahwa orang yang tidak memiliki akal, tidak dibebani kewajiban.

وأمر الله الناس أن يعملوا عقولهم، فأمر بالنظر والتفكر والتدبر في آياته، حتى يخلص الإنسان من خلال ذلك إلى الحق الذي بعث الله به أنبياءه ورسله، قال تعالى :

Allah memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya, mengajak mereka untuk melihat, berpikir, dan merenungi ayat-ayat-Nya, sehingga manusia dapat menemukan kebenaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya. Allah berfirman:

 قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (سـبأ : ٤٦)

“Katakanlah: Sesungguhnya aku hanya memberi nasihat kepadamu dengan satu perkara, yaitu: hendaklah kamu bangun menghadap Allah dengan berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad); tidak ada pada temanmu (Muhammad) sedikitpun penyakit gila. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagimu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (Surah Sabaa ayat 46)

وعير سبحانه الكفار بتركهم تعقل وتفهم وحيه، فشبههم بالبهائم، فقال سبحانه :

Allah juga mencela orang-orang kafir yang tidak menggunakan akal mereka untuk memahami wahyu-Nya, bahkan menyerupakan mereka dengan binatang. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لا يَسْمَعُ إلا دُعَاءً وَنِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَعْقِلُونَ (البقرة : ١٧١)

Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (Surah al Baqarah ayat 171)

وقال أيضاً :

Allah Ta’ala juga berfirman :

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لا يَعْقِلُونَ ( الأنفال : ٢٢)

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (Surah al Anfaal ayat 22)

والآيات في هذا الباب كثيرة . ومن قرأ القرآن بتدبر وتفهم علم قيمة العقل ومنزلته في دين الله عز وجل .

Ayat-ayat yang membahas hal ini sangat banyak. Barang siapa yang membaca Al Quran dengan penuh perhatian dan pemahaman, ia akan menyadari pentingnya akal dan kedudukannya dalam agama Allah Azza wa Jalla.

فأين هذا من النقيض الذي يدعوا إليه النصارى من إهمال العقل أو على الأقل تهميشه وتحييده،لاسيما في العقائد المبتدعة الدخيلة على دين الله الذي بُعث به عيسى عليه السلام .

Namun, betapa bertentangannya hal ini dengan apa yang diajarkan oleh Nasrani, yang mengabaikan atau paling tidak menyingkirkan akal, terutama dalam hal-hal yang terkait dengan akidah-akidah baru yang disusupkan ke dalam agama Allah yang diutus melalui Nabi Isa ‘alaihis salam.

وحتى لا يكون كلامنا افتراء نخطه دون أن نقدم بينة عليه، نذكر شاهدين من كلام النصارى أنفسهم في دعوتهم إهمال العقل عند النظر في عقائدهم وأفكارهم ، يقول القديس أنسليم :

Agar pernyataan kita tidak tampak sebagai tuduhan tanpa bukti, kami akan menyebutkan dua contoh dari perkataan kaum Nasrani sendiri dalam ajakan mereka untuk mengabaikan akal saat memandang akidah-akidah dan gagasan-gagasan mereka. Saint Anselm berkata

” يجب أن تعتقد أولا ما يعرض على قلبك بدون نظر ، ثم اجتهد بعد ذلك في فهم ما اعتقدت ” أ.هـ – عن كتاب مقارنة الأديان لشلبي ( ج ٢/٢٢٣ )

“Haruslah engkau percaya terlebih dahulu pada apa yang ditawarkan hatimu tanpa berpikir, kemudian berusahalah setelah itu untuk memahami apa yang telah kau percayai.” (dikutip dari buku Perbandingan Agama karya Shalabi, Jilid 2, halaman 223).

ويقول القس وهيب الله عطا :

Pendeta Wahibullah Atho juga berkata :

” إن التجسيد قضية فيها تناقض مع العقل والمنطق والحس والمادة والمصطلحات الفلسفية ، لكننا نصدق ونؤمن أن هذا ممكن حتى ولو لم يكن معقولاً ” ( نفس المصدر ٢ / ١٢٤ ) .

“Inkarnasi adalah perkara yang bertentangan dengan akal, logika, indera, materi, dan istilah-istilah filsafat, namun kami percaya dan beriman bahwa hal ini mungkin terjadi meskipun tidak masuk akal.” (Sumber yang sama, halaman 124).

فاعجب لهؤلاء كيف يريدون من الناس أن يهملوا عقولهم التي ميزهم الله بها على سائر الحيوانات، لتسلم لهم خرافاتهم – وما أدخلوه في دين الله عز وجل – من أن تنالها معاول النقد، وهذا والله هو ما جرأ العلمانيون والملاحدة على النيل من الدين النصراني الذي دخل – بسبب تحريف أهله له – دهاليز الخرافة والدجل .

Sungguh mengherankan bagaimana mereka ingin agar orang-orang mengabaikan akal mereka yang telah Allah berikan kepada mereka, yang membedakan mereka dari binatang, agar mereka dapat menerima takhayul dan hal-hal yang mereka masukkan ke dalam agama Allah. Inilah yang membuat para sekularis dan ateis berani menyerang agama Nasrani yang, karena telah diubah oleh pengikutnya, masuk ke dalam lorong-lorong takhayul dan penipuan.

ولعل من أوضح ما يمكن الاستشهاد به على ضلال عقائدهم، ومصادمتها لقضايا عقلية صحيحة متفق عليها عند جميع العقلاء، ما اخترعوه من الشرك بالله عز وجل حيث نسبوا له ابناً وادعوا أنه إله مع الله سبحانه وتعالى،ثم أضافوا إلى قائمة آلهتهم روح القدس فأصبح لدى النصارى ثلاثة آلهة هي : الآب ” الله ” والابن ” عيسى ” وروح القدس ، وهذا هو الثالوث الذي يعتقدون ألوهيته ، ويسمونه توحيداً .

Contoh yang paling jelas dari kesesatan akidah mereka dan pertentangannya dengan prinsip-prinsip logis yang diakui oleh semua orang yang berakal adalah syirik yang mereka ciptakan terhadap Allah, dengan mengklaim bahwa Allah memiliki anak dan menganggapnya sebagai tuhan bersama Allah, lalu menambahkan Roh Kudus sehingga menjadi tiga tuhan: Bapa (Allah), Anak (Isa), dan Roh Kudus. Ini adalah trinitas yang mereka yakini sebagai keilahian, yang mereka sebut sebagai tauhid.

وبهذا التثليث أبطل النصارى التوحيد الذي جاء به المرسلون ومنهم عيسى عليه السلام وحولوه إلى شرك ، ومن العجب أن يدعوا بعد هذا أنهم ما زالوا على التوحيد ، وأن الثلاثة واحد والواحد ثلاثة ، في معادلة يستحيل على كل ذي عقل فهمها فضلا عن التسليم بها ، فقد غلطوا – كما يقول ابن تيمية – في أول مسألة من الحساب الذي يعلمه كل أحد!! وهو قولهم الواحد ثلاثة .

Dengan keyakinan trinitas ini, kaum Nasrani merusak ajaran tauhid yang dibawa oleh para rasul, termasuk Isa AS, dan mengubahnya menjadi syirik. Ajaibnya, mereka masih mengklaim bahwa mereka berpegang pada tauhid, bahwa tiga adalah satu dan satu adalah tiga, dalam persamaan yang mustahil dipahami oleh akal, apalagi diterima. Mereka keliru, sebagaimana dikatakan oleh Ibn Taimiyyah, pada pelajaran matematika yang paling dasar, yaitu bahwa satu tidak bisa menjadi tiga.

ولنترك لأحد علمائهم مهمة إفهامنا هذا الشرك الذي يسمونه توحيدا أو تثليثاً ، يقول الأب بولس الياس اليسوعي في كتاب ” يسوع المسيح” :

Mari kita serahkan kepada salah satu ilmuwan mereka untuk menjelaskan kepada kita konsep syirik yang mereka sebut sebagai tauhid atau trinitas. Pendeta Paulus Ilyas Yesuit dalam bukunya Yesus Kristus berkata :

” من الناس من يقولون : لم يا ترى إله واحد في ثلاثة أقانيم ؟ أليس في تعدد الأقانيم انتقاص لقدر الله ؟ أليس من الأفضل أن يقال : الله أحد فحسب ؟ لكننا إذا اطلعنا على كنه الله لا يسعنا إلا القول بالتثليث ، وكنه الله محبة ( يوحنا : ٤ : ١٦ )

“Sebagian orang berkata: Mengapa harus ada Tuhan yang satu dalam tiga oknum ? Bukankah keberadaan beberapa oknum mengurangi keagungan Tuhan ? Bukankah lebih baik dikatakan bahwa Tuhan itu satu saja? Namun, jika kita menyelami hakikat Tuhan, kita tidak dapat berkata lain selain tentang Tritunggal, karena hakikat Tuhan adalah cinta kasih (Yohanes 4:16).

ولا يمكن إلا أن يكون محبة، ليكون الله سعيداً ، فالمحبة هي مصدر سعادة الله، ومن طبع المحبة أن تفيض وتنتشر على شخص آخر فيضان الماء وانتشار النور، فهي إذن تفترض شخصين على الأقل يتحابان ،

dan kasih itu harus ada agar Tuhan menjadi bahagia. Kasih adalah sumber kebahagiaan Tuhan, dan sifat alami kasih adalah melimpah dan menyebar kepada yang lain seperti air mengalir atau cahaya bersinar. Maka, kasih ini membutuhkan setidaknya dua pribadi yang saling mencintai, sekaligus memerlukan kesatuan sempurna di antara keduanya.

وتفترض مع ذلك وحدة تامة بينهما . وليكون الله سعيدا – ولا معنى لإله غير سعيد وإلا لانتفت عنه الألوهية – كان عليه أن يهب ذاته شخصا آخر يجد فيه سعادته ومنتهى رغباته ، ويكون بالتالي صورة ناطقة له ، ولذا ولد الله الابن منذ الأزل نتيجة لحبه إياه، ووهبه ذاته، ووجد فيه سعادته ومنتهى رغباته،

Agar Tuhan bahagia—karena tidak ada makna Tuhan yang tidak bahagia, sebab itu akan meniadakan sifat ketuhanannya—Tuhan harus memberikan diri-Nya kepada pribadi lain, yang di dalamnya Dia menemukan kebahagiaannya dan keinginan tertingginya. Oleh karena itu, sejak kekekalan, Tuhan melahirkan Sang Anak sebagai hasil dari kasih-Nya, dan Dia memberikan diri-Nya kepada-Nya. Dalam diri Anak, Tuhan menemukan kebahagiaannya dan keinginan tertingginya.

وبادل الابن الأب هذه المحبة ووجد فيه هو أيضا سعادته ومنتهى رغباته . وثمرة هذه المحبة المتبادلة بين الأب والابن كانت الروح القدس . هو الحب إذاً يجعل الله ثالوثاً وواحدا معاً .

Anak pun membalas kasih ini kepada Sang Bapa dan juga menemukan kebahagiaan dan keinginan tertingginya dalam diri-Nya. Buah dari kasih yang saling diberikan antara Bapa dan Anak adalah Roh Kudus. Dengan demikian, kasih inilah yang membuat Tuhan menjadi Trinitas sekaligus tetap Esa.”

— Selesai Kutipan dari Pendeta Paulus Ilyas Yesuit —

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.