I’rab “Maa” dalam “Maa Ba’udhatan” (al Baqarah ayat 26)
Catatan Oleh : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel I’rab “Maa” dalam “Maa Ba’udhatan” masuk dalam Kategori I’rab
Dalam Surah al-Baqarah, ayat ke-26, kata “مَّا” memiliki beberapa interpretasi berbeda yang kembali menunjukkan kekayaan dan fleksibilitas bahasa Arab, khususnya dalam penggunaan Qur’an. Berikut adalah penjelasan dari tiga interpretasi tersebut:
- Sebagai Kata Tambahan untuk Penekanan (زائدة للتأكيد):
- Fungsi Gramatikal: Dalam konteks ini, “مَّا” digunakan sebagai kata tambahan untuk memberikan penekanan. Ini adalah fitur stylistik dalam bahasa Arab yang digunakan untuk menekankan suatu poin atau konsep tanpa mengubah makna dasar frasa atau kalimat.
- Penggunaan: Ini sering terjadi dalam teks-teks retoris atau poetik, seperti Qur’an, di mana penekanan dapat menambah kekuatan atau urgensi pada pesan yang disampaikan.
- Sebagai Sifat yang Menambah Ketidakspesifikan pada “مثلا” (صفة تزيد النكرة شياعا):
- Fungsi Gramatikal: Di sini, “مَّا” berfungsi sebagai sifat yang membuat “مثلا” menjadi lebih tidak spesifik. Ini menunjukkan contoh umum atau tidak spesifik, semacam penggunaan yang sama dengan “siapa saja” atau “apa saja” dalam bahasa Indonesia.
- Contoh: Contoh penggunaan serupa dalam bahasa sehari-hari bisa seperti “ائتني برجل ما” yang berarti “bawa kepadaku seorang laki-laki mana saja,” yang menunjukkan ketidakspesifikan.
- Disebutkan oleh Al-Farra’, Tha’lab, dan Az-Zajjaj sebagai Bentuk Tidak Tentu yang Diikuti oleh Deskripsi, dengan Posisi Akusatif sebagai Pengganti dari “مثلا” (نكرة موصوفة, محلها النصب على البدل من مثلا):
- Fungsi Gramatikal: Menurut pandangan ini, “مَّا” memungkinkan kata “مثلا” yang menyertainya dianggap sebagai deskripsi umum dalam bentuk akusatif, menggantikan “مثلا” dalam fungsinya dalam kalimat.
- Analisis: Ini memberi “مَّا” peran lebih dari sekadar penekanan; ini berfungsi untuk menjelaskan “مثلا” sebagai suatu entitas yang tidak tentu namun dalam konteks yang lebih luas atau lebih umum.
Ketiga interpretasi ini menunjukkan cara berbeda para mufassir (ahli tafsir) dan ahli gramatika memahami dan menjelaskan fungsi kata-kata dalam ayat, yang semuanya berkontribusi pada pemahaman lebih mendalam terhadap teks dan menyoroti bagaimana bahasa Arab digunakan untuk menyampaikan pesan secara efektif dan nuansa dalam Qur’an.
Diolah dari Kitab at Tafshil fii I’rabi Aayati at Tanzil
Leave a Reply