
الحركة في الصلاة هل تنافي الطمأنينة
Apakah Gerakan Shalat Bertentangan dengan Thuma’ninah ?
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Apakah Gerakan Shalat Bertentangan dengan Thuma’ninah ? ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan
بالنسبة للطمأنينة، هل تجب في كل الصلاة؟ يعني أحيانا أقوم من السجود للركعة التالية وأطيل في الصمت حتى أستقر، وأضع يدي على الصدر، وأعدل رجلي وأشعر أنه وسواس،
Terkait dengan thuma’ninah, apakah ia wajib dalam seluruh shalat? Kadang-kadang, ketika saya bangkit dari sujud menuju rakaat berikutnya, saya memperpanjang diam hingga saya merasa stabil, meletakkan tangan di dada, merapikan kaki, dan saya merasa ini adalah waswas (bisikan keraguan).
ثم إذا بدأت بالقراءة وحركت يدي أو رجلي أشك أن هذا الأمر ينافي الطمأنينة ويجب إعادة الصلاة، أعاني من وسواس في الطمأنينة ؟
Kemudian, ketika saya mulai membaca dan menggerakkan tangan atau kaki, saya ragu apakah hal ini bertentangan dengan thuma’ninah dan apakah saya harus mengulang salat. Saya mengalami waswas dalam thuma’ninah, apa yang harus saya lakukan?
الإجابــة
Jawaban
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga, dan para shahabatnya. Amma ba’du:
فالطمأنينة واجبةٌ في الصلاة كلها، لأمر النبي صلى الله عليه وسلم المسيء في صلاته بأن يطمئن في قيامه وركوعه وسجوده،
Thuma’ninah wajib dalam seluruh bagian salat, sebagaimana perintah Nabi ﷺ kepada orang yang buruk dalam salatnya agar ia melakukan thuma’ninah dalam berdiri, rukuk, dan sujudnya.
وحد الطمأنينة في القيام هو أن يعتدل قائماً، ويقرأ ما أوجبه الله عليه من الفاتحة، وإن قرأ شيئاً بعدها فيما تُشرع فيه القراءة فحسن،
Batasan thuma’ninah dalam berdiri adalah seseorang harus berdiri dengan tegak dan membaca surat Al-Fatihah yang diwajibkan Allah atasnya. Jika ia membaca sesuatu setelahnya dalam tempat yang disyariatkan untuk membaca, maka itu lebih baik.
وحدُ الطمأنينة في الركوع، والسجود، والاعتدالين قد ضبطه بعض أهل العلم بأن يبقى وقتاً يتسع للإتيان بالذكر المشروع.
Sedangkan batasan thuma’ninah dalam rukuk, sujud, serta posisi i’tidal dari rukuk dan sujud telah dijelaskan oleh sebagian ulama, yaitu seseorang harus tinggal dalam posisi tersebut selama cukup untuk membaca dzikir yang disyariatkan.
قال محمد المختار الشنقيطي في شرح زاد المستقنع :
Syaikh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi dalam kitab Syarh Zad al-Mustaqni’ berkata:
الطمأنينة: هي الوقت الكافي الذي يصدق به تحصيل الركن، ففي القيام لا إشكال أنه سيقرأ الفاتحة فيحصِّل الطمأنينة المعتبرة، فإن وقت قراءة الفاتحة قدرٌ للطمأنينة.
“Thuma’ninah adalah waktu yang cukup untuk memastikan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan rukun. Dalam posisi berdiri, tidak ada perbedaan pendapat bahwa seseorang akan membaca Al-Fatihah, sehingga ia pasti mendapatkan thuma’ninah yang cukup, karena waktu membaca Al-Fatihah itu sendiri telah cukup sebagai ukuran thuma’ninah.”
لكن بحث العلماء في الطمأنينة في الركوع والسجود والرفع من الركوع والرفع من السجود.
Namun, para ulama membahas mengenai thuma’ninah dalam rukuk, sujud, serta i’tidal dari rukuk dan sujud.
أولها: إذا ركع، لأنه في القيام سينشغل بالقراءة، فلو ركع فإن الواجب عليه تسبيحة واحدة، فإذا ركع ثم رفع مباشرة ولو قال: سبحان ربي العظيم اختطافاً فإنه حينئذ لا يُجزيه هذا الركوع؛ لأنه لم يطمئن، وهذا هو الذي وقع من المسيء صلاته، وهو الذي من أجله نبهه النبي صلى الله عليه وسلم على صفة الصلاة؛ لأن هذا الرجل كما في الصحيحين من حديث أبي هريرة صلى ولم يحسن الصلاة، والمراد بعدم إحسانه الصلاة استعجاله فيها.
Pertama, saat seseorang rukuk, karena saat berdiri ia akan sibuk dengan bacaan. Ketika ia rukuk, kewajiban minimalnya adalah membaca tasbih sekali. Jika seseorang rukuk lalu langsung bangkit tanpa memberi jeda meskipun ia membaca Subhana Rabbiyal ‘Azhim dengan tergesa-gesa, maka rukuknya tidak sah karena ia tidak melakukan thuma’ninah. Inilah yang terjadi pada orang yang shalatnya buruk sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Abu Hurairah. Nabi ﷺ mengingatkannya tentang sifat shalat yang benar, karena orang tersebut terburu-buru dalam shalatnya sehingga tidak melakukan thuma’ninah.
فالطمأنينة إذا ركع أن ينتهي إلى الركوع الكامل، فإذا انتهى إلى الركوع الكامل يقول: سبحان ربي العظيم، وقدر قوله: سبحان ربي العظيم يعتبر تحصيلاً للطمأنينة. انتهى.
Maka, thuma’ninah dalam rukuk berarti seseorang harus mencapai posisi rukuk yang sempurna, kemudian membaca Subhana Rabbiyal ‘Azhim. Waktu yang cukup untuk membaca tasbih ini dianggap sebagai pencapaian thuma’ninah.
وضبط بعض العلماء الطمأنينة بأنها السكون وإن قل.
Sebagian ulama mendefinisikan thuma’ninah sebagai ketenangan tubuh, meskipun dalam waktu yang singkat.
وبهذا تعلمين أن أمر الطمأنينة أيسر بكثير مما تتوهمينه، فإنه لا ينافي الطمأنينة الواجبة تحريكُ اليد أو الرجل في الصلاة، فإن هذه حركة يسيرة يُعفى عنها ولا تؤثر في صحة الصلاة، وقد بينا أقسام الحركة في الصلاة، وما يؤثر في صحتها وما لا يؤثر بياناً مفصلا في الفتوى الاخرى هنا
Dari sini, kamu bisa memahami bahwa thuma’ninah itu lebih mudah daripada yang kamu bayangkan. Menggerakkan tangan atau kaki dalam shalat tidak bertentangan dengan thuma’ninah yang diwajibkan, karena gerakan kecil seperti ini dimaafkan dan tidak mempengaruhi keabsahan shalat. Kami telah menjelaskan pembagian gerakan dalam shalat, serta gerakan yang membatalkan dan yang tidak membatalkan secara rinci dalam fatwa lain di website ini
فعليكِ إذا قمت من السجود إلى الركعة الثانية أن تبادري بالقراءة فور اعتدالك قائمة، ولا تطيلي الصمت.
Oleh karena itu, ketika kamu bangkit dari sujud menuju rakaat kedua, hendaknya kamu langsung mulai membaca begitu mencapai posisi berdiri tegak, dan jangan memperpanjang diam.
ثم إذا حركت يدك أو رجلك في أثناء القيام فلا يضرك ذلك، ولا يُشرع لك إعادة الصلاة لهذا الأمر.
Kemudian, jika kamu menggerakkan tangan atau kaki saat berdiri, hal itu tidak berpengaruh apa-apa dan tidak ada anjuran untuk mengulangi shalat hanya karena hal ini.
وختاماً نذكرك بما بدأنا به من لزوم الإعراض عن الوسوسة، والاجتهاد في تحصيل العلم النافع.
Sebagai penutup, kami mengingatkanmu untuk menghindari waswas dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu yang bermanfaat.
والله أعلم.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply