Makna Mistlan bi Mitslin dalam Hadits Ribawi (2)



Estimasi Waktu Baca : 4 menit

ما معنى: مثلًا بمثل في حديث الأصناف الربوية؟ وما الحكمة من تبادل مثل بمثل؟

Apa Makna Mistlan bi Mitslin dalam Hadits tentang Barang-barang Ribawi? Dan Apa Hikmahnya Tukar Menukar dengan Ukuran/Takaran yang Sama ? (Bagian Kedua)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Makna Mistlan bi Mitslin dalam Hadits Ribawi ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

ولو أبيحت التجارة في الأثمان، مثل أن يبيع دراهم بدراهم إلى أجل، لصارت الدراهم سلعة من السلع، وخرجت عن أن تكون أثمانًا.

Jika perdagangan alat tukar itu diperbolehkan, misalnya seseorang menjual dinar atau dirham dengan dinar atau dirham lainnya secara tempo (dengan penundaan), niscaya dinar dan dirham itu akan berubah menjadi komoditas seperti barang dagangan lainnya. Ia akan keluar dari fungsinya sebagai alat tukar.

فَحُرِّمَ فيها ربا الفضل؛ لأنه يفضي إلى ربا النَّسَاء، وربا النَّسَاء فيها يضر، وإن اختلفت بالصفات؛ لأنه يخرجها عن أن تكون أثمانًا.

Maka diharamkanlah riba fadhl dalam alat tukar tersebut, karena hal itu akan mengantarkan kepada riba nasi’ah. Padahal riba nasi’ah dalam alat tukar itu sangat berbahaya, meskipun terdapat perbedaan sifat pada keduanya, sebab hal itu tetap akan mengeluarkannya dari fungsi dasarnya sebagai alat tukar (atsman).

وإذا وقعت فيها التجارة قصدت صفاتها، فيقصد كل واحد ادخار ما يرتفع ثمنه في وقت، كما يصنعون بالدراهم إذا كانت نقودًا ينقون خيارها، وكما يصنعون بالفلوس أحيانًا.

Apabila alat tukar seperti dinar dan dirham diperjualbelikan sebagai komoditas, maka yang akan diperhatikan adalah sifat-sifat bendanya, bukan lagi fungsinya sebagai alat tukar. Setiap orang akan berlomba-lomba menyimpan bagian yang mereka anggap akan meningkat nilainya di waktu tertentu. Sebagaimana yang biasa mereka lakukan terhadap dinar dan dirham saat masih berfungsi sebagai uang, mereka memilih-milih bagian yang terbaik (mutu tinggi), begitu pula yang terkadang mereka lakukan terhadap fulus (uang logam yang nilainya kecil).

وهذا كله مما نُهي عنه في الأثمان، فالأثمان المتساوية متى جعل بعضها أفضل من بعض، حصل الفساد، بل لا بد ألا تقصد لأعيانها، بل يقصد التوسل بها إلى السلع.

Semua ini termasuk perkara yang dilarang dalam hal alat tukar. Karena apabila alat tukar yang nilai nominalnya sama dibuat seakan-akan sebagian lebih unggul dari sebagian yang lain, niscaya akan terjadi kerusakan (kezaliman dan ketidakadilan dalam transaksi). Justru alat tukar itu harus dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan barang atau jasa lainnya, bukan untuk diperjualbelikan karena zat (fisik) atau sifatnya.

وأما الأصناف الأربعة، فالناس محتاجون إلى القوت، كالأصناف الأربعة، وكما يشابهها من المكيلات، فمن تمام مصلحة الناس، أن لا يتجر في بيع بعضها ببعض؛ لأنه متى اتجر في ذلك، خزنها الناس، ومنعوا المحتاج منها، فيفضي إلى أن يعز الطعام على الناس، ويتضررون بتقليل الانتفاع به.

Adapun empat jenis barang ribawi pokok—gandum halus, gandum kasar (syair), kurma, dan garam—manusia sangat membutuhkannya sebagai bahan pokok pangan. Begitu pula barang-barang lain yang semisal dengannya dari kelompok barang takaran (mukayyaf). Maka demi menjaga kemaslahatan manusia, dilarang memperdagangkan barang-barang tersebut satu sama lain secara tidak adil. Sebab jika hal itu diperjualbelikan sesama mereka sebagai komoditas (bukan alat tukar), maka orang-orang akan cenderung menyimpan dan menimbun barang tersebut. Mereka akan mencegah orang-orang yang benar-benar membutuhkan dari mendapatkan barang itu. Akibatnya, bahan makanan akan menjadi langka di tengah masyarakat dan mereka akan sangat dirugikan karena sulitnya memperoleh bahan pangan yang mereka perlukan.

وهذا هو في بيع بعضها ببعض إلى أجل، فإنه متى بيعت الحنطة بالحنطة إلى أجل، أو التمر بالتمر، أو الشعير بالشعير، ونحوه، شحت الأنفس ببيعها حالَّة، طمعًا في الربح إذا بيعت إلى أجل، وإذا لم تبع حالَّة، تضرر الناس، بل حينئذ لا تباع إلا بزيادة فيها، فيضر الناس.

Hal yang sama juga berlaku jika barang-barang tersebut diperjualbelikan sesama mereka secara tempo (dengan penundaan). Jika gandum ditukar dengan gandum lainnya secara tempo, atau kurma dengan kurma lainnya, atau syair dengan syair lainnya, maka jiwa-jiwa manusia akan menjadi kikir untuk menjualnya secara tunai. Mereka berharap memperoleh keuntungan lebih besar jika menjual secara tempo. Jika tidak ada yang menjual secara tunai, masyarakat akan sangat dirugikan, karena barang itu tidak tersedia secara langsung kecuali dengan tambahan harga yang memberatkan. Dan ini tentu sangat membahayakan orang-orang yang membutuhkan.

بخلاف بيعها بالدراهم، فإن من عنده صنف منها، هو محتاج إلى الصنف الآخر، فيحتاج أن يبيعه بالدراهم ليشتري به الصنف الآخر، أو يبيعه بذلك الصنف بلا ربح.

Berbeda halnya jika barang-barang tersebut dijual dengan dinar atau dirham (alat tukar). Orang yang memiliki suatu jenis barang namun membutuhkan barang jenis lain, pasti akan terdorong untuk menjualnya dengan dinar atau dirham agar bisa membeli barang lain yang ia butuhkan. Atau ia akan menukarnya langsung dengan barang lain tanpa berharap mendapatkan keuntungan (tambahan) dari transaksi tersebut.

وعلى التقديرين يحتاج إلى بيعه حالًّا، بخلاف ما لو أمكنه التأخر، فإنه يمكنه أن يبيعه بفضل، ويحتاج أن يشتري الصنف الآخر بفضل؛ لأن صاحب ذلك الصنف يربي عليه، كما أربى هو على غيره، فيتضرر هذا، ويتضرر هذا من تأخر هذا، ومن تأخر هذا.

Dan pada kedua keadaan tersebut, ia tetap membutuhkan untuk menjual barangnya secara tunai (langsung). Berbeda halnya jika memungkinkan baginya untuk menunda penjualan, maka niscaya ia akan menjualnya dengan meminta tambahan (riba). Dan ia pun akan membutuhkan barang jenis lain dengan tambahan, karena pemilik barang jenis lain itu pun akan mengambil riba darinya, sebagaimana ia telah mengambil riba dari orang lain. Akhirnya, yang satu dirugikan oleh penundaan dari pihak yang lain, dan sebaliknya, keduanya sama-sama menanggung kerugian.

فكان في التجارة فيها ضررًا عامًّا، فنهي عن بيع بعضها ببعض نَساء، وهذا من ربا النسيئة، وهو أصل الربا، وهو ما ثبت تحريمه بالنص، والإجماع.

Maka dalam perdagangan semacam ini terdapat mudharat (bahaya) yang bersifat umum. Karena itu, dilarang menjual sebagian barang-barang tersebut dengan sebagian lainnya secara tidak tunai (tempo). Inilah yang disebut dengan riba nasi’ah, yaitu pokok dari segala bentuk riba. Dan keharamannya telah ditetapkan berdasarkan dalil nash yang jelas dan ijma’ (kesepakatan para ulama).

فربا النسيئة يكون في الصنف الواحد، وفي الصنفين اللذين مقصودهما واحد، كالدراهم مع الدنانير، وكالأصناف الأربعة التي هي قوت الناس.

Riba nasi’ah ini dapat terjadi pada satu jenis barang yang sama, maupun pada dua jenis barang berbeda yang maksud penggunaannya adalah satu (sama), seperti dinar dengan dirham, dan juga pada empat jenis barang pokok yang menjadi kebutuhan pangan utama manusia.

وأما ربا الفضل فإذا باع حنطة بحنطةٍ خيرٍ منها، مِدًّا بمِدَّين، كان هذا تجارة فيها، ومن سوَّغ التجارة فيها نقدًا، طلبت النفوس التجارة فيها نَساء، كما تقدم في النقدين.

Adapun riba fadhl, apabila seseorang menjual gandum dengan gandum yang lebih baik kualitasnya, satu mud ditukar dengan dua mud, maka ini adalah bentuk perdagangan terhadap barang tersebut. Barang siapa yang membolehkan perdagangan seperti ini secara tunai, maka jiwa manusia akan terdorong untuk melakukannya secara tempo (tidak tunai), sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam kasus dua alat tukar, yaitu dinar dan dirham.

فكان يحرم ربا الفضل؛ لأنه ذريعة إلى ربا النَّساء، كما جاءت هذه العلة منصوصة عن النبي صلى الله عليه وسلم: لا تبيعوا الدرهم بالدرهمين؛ فإني أخاف عليكم الرَّماءَ، والرَّماءُ هو الرِّبا.

Maka diharamkanlah riba fadhl, karena ia menjadi jalan (sarana) yang mengantarkan kepada riba nasi’ah. Sebagaimana telah datang penjelasan tentang sebab ini secara tegas dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Jangan kalian menjual satu dirham dengan dua dirham, karena aku khawatir akan menimpa kalian ar-ramaa’.” Dan ar-ramaa’ adalah riba.

وإلا فمعلومٌ أنه مع استواء الصفات، لا يبيع أحدٌ مُدّ حنطة، أو تمر، مُدًّا بمُدٍّ، يدًا بيد، هذا لا يفعله أحد.

Padahal, sudah dimaklumi bahwa jika kedua barang sama sifatnya, tidak ada seorang pun yang akan menjual satu mud gandum atau satu mud kurma dengan satu mud lainnya secara tunai. Ini bukanlah sesuatu yang dilakukan orang.

وإنما يفعل هذا عند اختلاف الصفات، مثل أن يكون هذا جيدًا، وهذا رديئًا، أو هذا جديدًا، وهذا عتيقًا، وإذا اختلفت الصفات، فهي مقصودة.

Akan tetapi, yang mendorong seseorang untuk melakukan pertukaran seperti itu adalah karena adanya perbedaan sifat, seperti yang satu berkualitas baik dan yang lainnya berkualitas buruk, atau yang satu baru dan yang lainnya sudah lama. Dan jika terdapat perbedaan sifat, maka itulah yang menjadi tujuan utama dari transaksi tersebut.

ولما خفيت علة تحريم الربا، أباحه مثل ابن عباس حبر الأمة، ومثل ابن مسعود، فإن الحنطة الجيدة، والتمر الجيد، يقال لصاحبه: ألغِ صفات مالك الجيدة.

Ketika hikmah (illat) dari larangan riba ini tidak begitu tampak, sebagian sahabat seperti Ibnu Abbas, sang Habrul Ummah (ulama besar umat ini), dan Ibnu Mas’ud pernah membolehkan jenis transaksi ini. Sebab, menurut mereka, jika seseorang memiliki gandum atau kurma yang berkualitas tinggi, dikatakan kepadanya: “Hilangkan pertimbangan kelebihan sifat baik yang dimiliki oleh barangmu itu.”

لكن لما كان المقصود أنك لا تتجر فيها لجنسها، بل إن بعتها لجنسها فلتكن بلا ربح، ولا إلى أجل، ظهرت الحكمة، فإن التجارة في بيعها لجنسها، تفسد مقصود الأقوات على الناس.

Namun, ketika maksud syariat ini diperjelas, yaitu bahwa barang-barang pokok tersebut tidak diperjualbelikan dengan barang sejenisnya untuk kepentingan perdagangan (mencari keuntungan), melainkan jika dijual maka harus tanpa keuntungan dan tidak boleh secara tempo, maka hikmah larangannya menjadi nyata. Sebab, jika barang-barang pokok tersebut diperdagangkan dengan sesamanya demi mencari keuntungan, niscaya akan merusak tujuan asal dari keberadaan bahan pangan pokok tersebut bagi kebutuhan masyarakat.

اهـ. باختصار من تفسير آيات أشكلت.

Selesai, dengan ringkasan dari Tafsir Ayat-ayat yang Sulit Dimengerti (Tafsir Ayat Asykalat).

وراجع لمزيد فائدة، الفتوى الأخرى هنا

Dan untuk manfaat tambahan, silakan merujuk pada fatwa lain disini :

  • Hikmah dari Diharamkannya Riba Fadhl

والله أعلم.

Dan Allah Maha Mengetahui.

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.