Cara Melakukan Hajr di Tempat Tidur dan Hikmahnya



كيفية الهجر في الفراش والحكمة منه

Cara Melakukan Hajr (Menjauhi) Istri di Tempat Tidur dan Hikmahnya

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Cara Melakukan Hajr di Tempat Tidur dan Hikmahnya ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

كيف يفعل الرجل إذا أراد أن يهجر زوجته في الفراش إذا كان هو لا يصبر أن يهجرها وهو لا يريد أن يفعل شيئا حراما، فهل إذا أنزل بيده دون النظر إلى الحرام كأن يتخيل زوجته فقط، أفيدوني في أفضل طريقة، وما هي الحكمة من الهجر في الفراش؟

Bagaimana seharusnya seorang suami bersikap jika ingin menghajr istrinya di tempat tidur, namun ia sendiri merasa tidak tahan untuk menjauhinya, dan ia tidak ingin melakukan sesuatu yang haram? Apakah boleh ia mengeluarkan mani dengan tangannya sendiri tanpa melihat hal-hal haram, cukup dengan membayangkan istrinya saja? Tolong jelaskan cara terbaik dalam hal ini. Dan apa hikmah dari Hajr di tempat tidur?

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فأولاً لا بد من العلم أن الهجر ليس هو الخطوة الأولى لعلاج النشوز، بل يسبقه الوعظ، ولا يكون إلا مع تحقق النشوز، وليس عند ظهور أماراته، فعند ظهور أمارات النشوز يبدأ بالوعظ، قال النووي في المنهاج: فلو ظهرت أمارات نشوزها وعظها، فإن تحقق نشوز ولم يتكرر وعظ وهجر في المضجع. انتهى.

Pertama-tama perlu diketahui bahwa Hajr bukanlah langkah pertama dalam menangani nusyuz (pembangkangan istri). Langkah pertama adalah memberi nasihat. Hajr hanya dilakukan jika nusyuz telah benar-benar terjadi, bukan sekadar gejala atau tanda-tandanya. Jika tanda-tanda nusyuz mulai tampak, maka mulailah dengan nasihat. Imam Nawawi dalam *al-Minhaj* berkata: “Jika tampak tanda-tanda nusyuz, maka ia dinasihati. Jika nusyuz benar-benar terjadi dan tidak cukup hanya dengan nasihat, maka ia diHajr di tempat tidur.”

والحكمة من الهجر هي رد المرأة عن النشوز وتأديبها، فإن لم يرجُ من الهجر حصول التأديب والزجر عن النشوز فلا يشرع، ثم هو حق للزوج فله تركه أصلاً، مع العلم أن هجر الزوجة قيل في معناه أنه ترك الوطء 

Hikmah dari Hajr adalah untuk membuat istri kembali dari pembangkangan dan mendidiknya. Jika suami tidak berharap Hajr bisa memberi efek pendidikan atau mencegah nusyuz, maka Hajr tidak disyariatkan. Hajr juga merupakan hak suami, sehingga boleh saja ia tidak melakukannya. Tentang makna Hajr, sebagian ulama mengatakan: meninggalkan hubungan seksual.

وقيل أيضاً أن يهجر فراشها فلا يضاجعها فيه، وقيل: هو أن يقول لها هجراً أي إغلاظاً في القول. وهذان القولان الأخيران لا يلزم منهما ترك الوطء بل قال بعضهم أن لا يكلمها في حال مضاجعته إياها، وقيل: يهجرها بترك مضاجعتها وجماعها لوقت غلبة شهوتها وحاجتها لا في وقت حاجته إليها.

Ada juga yang mengatakan: meninggalkan tempat tidur dan tidak tidur bersamanya. Ada pula yang mengatakan: berkata kasar dan keras. Dua pendapat terakhir tidak mesti berarti meninggalkan hubungan seksual; bahkan sebagian ulama mengatakan: tetap menggaulinya tapi tidak berbicara dengannya. Ada juga yang mengatakan: menghajr dengan tidak menyetubuhinya pada waktu ia sedang sangat membutuhkan dan berhasrat, bukan pada waktu suami yang membutuhkannya.

وعلى كل حال فليس للزوج أن يفرغ شهوته عن طريق العادة السرية ولو كان على حالة لا يجوز له فيها وطء زوجته مثل أن تكون حائضاً أو محرمة.

Bagaimanapun keadaannya, suami tidak dibolehkan melampiaskan syahwatnya dengan cara onani (masturbasi), sekalipun ia dalam kondisi tidak diperbolehkan menggauli istrinya, seperti saat istri sedang haid atau dalam keadaan ihram.

والله أعلم.

Wallahu a’lam

Sumber: IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.