Ketidaktaatan Istri kepada Suami, Sebab dan Solusinya



عصيان المرأة لزوجها… أسبابه… وعلاجه

Ketidaktaatan Istri kepada Suami: Sebab dan Solusinya

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel tentang Ketidaktaatan Istri kepada Suami, Sebab dan Solusinya ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

زوجتي لا تطيعني مثلاً تخرج من غير علمي ودائما تطلب الطلاق؟

Istri saya tidak taat kepada saya, misalnya ia sering keluar rumah tanpa sepengetahuan saya dan selalu meminta cerai?

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فإن كان حال زوجتك على ما ذكرت من عدم طاعتها لك مع طلبها المتكرر للطلاق من غير سبب شرعي يقتضي ذلك، كسوء العشرة، أو انقطاع النفقة، فإنها بذلك تصير ناشزاً، وقد قال تعالى في حق الناشز: 

Jika keadaan istrimu seperti yang engkau sebutkan, yaitu tidak taat dan sering meminta cerai tanpa sebab syar’i seperti perlakuan buruk atau tidak dinafkahi, maka ia termasuk wanita yang nasyiz (membangkang). Allah Ta’ala berfirman tentang wanita nasyiz:

﴿وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً﴾ [النساء: ٣٤].

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan pembangkangannya, maka nasehatilah mereka, pisahkanlah mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Surah an-Nisa ayat 34)

فأبدأ مع زوجتك بما بدأ الله به، وهو الموعظة، وذلك بأن تذكرها بالله عز وجل، وما أوجب من طاعة الزوج في المعروف، ومن حرمة طلب المرأة الطلاق لغير سبب شرعي،

Maka mulailah dengan apa yang diperintahkan Allah, yaitu dengan memberi nasehat. Ingatkan ia akan Allah, kewajiban untuk menaati suami dalam hal yang ma’ruf, dan haramnya meminta cerai tanpa sebab yang sah.

ولا تنس أن تنظر في أوجه القصور منك تجاهها، ومبدأ الخلل نحوها فتصلحه، لعل الأمور تستقيم، فترجع عن نشوزها، فإن لم ترجع وتمادت في عصيانها فاهجرها في الفراش، فإن تمادت فاضربها في غير الوجه والمواضع المخوفة، ضرباً غير مبرح لا يكسر عظماً، ولا يشين جارحة،

Jangan lupa pula untuk meninjau apakah ada kekurangan dari pihakmu terhadapnya, perbaiki kekeliruan yang mungkin menjadi pemicu, agar hubungan kembali baik dan ia meninggalkan sikap nasyuz. Jika tidak berhasil, maka pisahkan tempat tidur darinya. Jika masih membangkang, boleh dipukul dengan pukulan ringan yang tidak mengenai wajah atau bagian tubuh yang berbahaya, dan tidak menyebabkan patah tulang atau luka.

فهذه سبل الإصلاح في حق الزوجة الناشز الخارجة عن الطاعة، فإن لم تُجْدِ هذه السبل فآخر العلاج الكي، فلك أن تجيبها إلى طلبها الطلاق على أن تعيد لك ما دفعت لها من مهر أو بعضه، قال تعالى: 

Inilah tahapan perbaikan terhadap istri yang nasyuz. Jika semua cara tersebut tidak membuahkan hasil, maka solusi terakhir adalah perceraian. Namun, jika ia yang meminta cerai, maka engkau boleh mengabulkannya dengan syarat ia mengembalikan mahar yang telah engkau berikan, atau sebagiannya. Allah Ta’ala berfirman :

﴿وَلا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئاً إِلَّا أَنْ يَخَافَا أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ﴾ [البقرة: ٢٢٩].

Tidak halal bagi kalian mengambil kembali sesuatu dari yang telah kalian berikan kepada istri, kecuali jika keduanya khawatir tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kalian khawatir bahwa keduanya tidak dapat menjalankan hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya dalam hal tebusan yang diberikan oleh istri. (Surah al-Baqarah ayat 229)

قال ابن العربي: فقيل (والله أعلم) أن تكون المرأة تكره الرجل حتى تخاف أن لا تقيم حدود الله بأداء ما يجب عليها له أو أكثره إليه. ويكون الزوج غير مانع لها ما يجب عليه أو أكثره، فإذا كان هذا حلت الفدية للزوج. اهـ محل الغرض منه.

Ibnu al-‘Arabi berkata: Dikatakan (dan Allah-lah yang lebih mengetahui), bahwa seorang wanita mungkin membenci suaminya hingga ia khawatir tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah dalam menunaikan hak suaminya. Sementara sang suami tidak lalai dalam menunaikan hak-haknya terhadap sang istri. Jika demikian keadaannya, maka boleh bagi suami untuk menerima tebusan (uang atau mahar yang dikembalikan) dari istri sebagai bentuk khulu’.

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber: IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.