Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi (1)



شبهات المستشرقين حول السنة النبوية القائلين بها، أدلتهم، تفنيدها. دراسة نقدية

Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi : Argumen Pendukung Mereka, Dalil-Dalil Mereka, dan Penolakannya. (Sebuah Studi Kritis) [Bagian Pertama]

Peneliti: Sami Manshur Muhammad Saif

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Makalah Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi masuk dalam Kategori Ilmu Hadits

مقدمة

Pendahuluan

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، وبعد:

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya seluruhnya. Amma ba’du:

لقد تعرضت السنة النبوية الشريفة للطعن والشبهات من الخافين والحاقدين منذ العصور الأولى للإسلام، حيث ظهرت فرق وطوائف منحرفة أنكرت السنة والاحتجاج بها، ففهم من أنكر السنة النبوية صراحةً ودعا إلى نبذها بالكليّة، زعمًا منهم أنه لا حاجة إليها، وأن في القرآن الكريم ما يغني عنها، وفريق آخر رأى الحجية في نوعٍ منها دون غيره، وكلا الأمرين بلا شك انحراف عن جادة الطريق.

Sejak masa-masa awal Islam, sunnah Nabi yang mulia telah menjadi sasaran tuduhan dan syubhat dari kalangan yang jahil dan dengki. Muncullah kelompok-kelompok dan golongan-golongan menyimpang yang mengingkari sunnah dan menjadikan alasan-alasan untuk menolaknya. Di antara mereka ada yang secara terang-terangan menolak sunnah secara total, dengan alasan bahwa umat tidak lagi membutuhkan sunnah karena Al-Qur’an telah mencukupi. Ada pula yang hanya menerima sebagian sunnah dan menolak sebagian lainnya. Kedua sikap ini jelas merupakan penyimpangan dari jalan yang lurus.

ولقد كان أول من تعرض لهذا المذاهب المنحرفة وردّ على أصحابها وخصّص ببيانهم هو الإمام الشافعي رحمه الله تعالى، حيث عقد فصلاً خاصًا في كتابه “الأم” ذكر فيه مناظرة بينه وبين بعض من يرون ردّ السنة كلها، كما عقد في كتابه “الرسالة” فصلاً طويلاً في حجية خبر الآحاد.

Orang pertama yang secara serius menghadapi aliran-aliran menyimpang tersebut dan membantah pengikut-pengikutnya secara khusus adalah Imam asy-Syafi’i rahimahullah. Dalam kitabnya al-Umm, beliau mengadakan bab khusus yang berisi dialog antara dirinya dan sebagian orang yang menolak sunnah secara keseluruhan. Beliau juga membuat bab panjang dalam kitab ar-Risalah yang membahas tentang keabsahan hadits ahad.

وقد كانت تلك الطوائف التي أنكرت السنة جملة وطعنت فيها أن تفرغ، حتى ظهرت فئة من المستشرقين الذين لم يألوا جهداً في محاولة القضاء على الإسلام وهدم أصوله وأركانه، ولقد بحث هؤلاء المستشرقون في كل جوانب الإسلام، فلم يغب عنهم أهمية السنة النبوية من حيث أنها المصدر التشريعي الثاني بعد القرآن الكريم، وفيها توضيحه وبيانه، ولذا تناولوها بالطعن والتشويه وتلفيق الشبهات حولها.

Kelompok-kelompok yang menolak sunnah secara total dan mencelanya tidak berhenti sampai di situ. Muncul pula kelompok orientalis yang bersungguh-sungguh berupaya menghancurkan Islam dan meruntuhkan fondasi serta pilar-pilarnya. Para orientalis ini meneliti seluruh aspek ajaran Islam, dan mereka tidak melewatkan pentingnya sunnah Nabi sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an, yang berisi penjelasan dan perincian dari Al-Qur’an. Karena itulah mereka menyerangnya dengan berbagai bentuk tuduhan, distorsi, dan fabrikasi syubhat terhadapnya.

وخلال الفترة ما بين النصف الثاني من القرن التاسع عشر حتى الربع الأول من القرن العشرين، كان الاستشراق في ذروته لأنه كان مدعوماً من قبل الحكومات الغربية التي كانت توفر له الأسباب المعينة على دراسة العلوم الإسلامية حتى يتمكن الاحتلال الغربي في البلاد الإسلامية، فيبحث هؤلاء، في كل ما يتصل بالإسلام من تاريخ وفقه وتفسير وحديث وأدب وحضارة حتى تمكنت غزاة تلك البحوث العالم الإسلامي في مؤسساته الفكرية والتربوية ومناهج التعليم، ونجح كثير من هؤلاء المستشرقين في التأثير على عقول بعض المسلمين.

Pada paruh kedua abad ke-19 hingga seperempat awal abad ke-20, gerakan orientalisme mencapai puncaknya karena didukung oleh pemerintah-pemerintah Barat yang menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan dalam studi tentang ilmu-ilmu Islam. Tujuannya adalah agar penjajahan Barat dapat lebih mengokohkan kekuasaannya di negeri-negeri Islam. Para orientalis ini meneliti semua hal yang berkaitan dengan Islam: sejarah, fikih, tafsir, hadits, sastra, dan peradaban, hingga hasil-hasil penelitian mereka menyusup ke institusi-institusi pemikiran, pendidikan, dan kurikulum pembelajaran di dunia Islam. Banyak dari mereka berhasil memengaruhi pemikiran sebagian kaum muslimin.

فانخدعوا بكتاباتهم ودراساتهم حول الإسلام، وممّا منهم أنها قامت على الموضوعية والحياد والإنصاف والتجرد في البحث العلمي.

Sebagian kaum muslimin tertipu oleh tulisan dan kajian para orientalis tentang Islam, karena mengira bahwa tulisan-tulisan tersebut disusun secara objektif, netral, adil, dan berdasarkan prinsip ilmiah murni.1

ومن أهم هؤلاء الطاعنين في السنة النبوية الشريفة المستشرقان “جولد زيهر” و”جوزيف شاخت” بل يكاد يتفق أساتذة الاستشراق على أن أهم الكتابات الاستشراقية في السنة النبوية المطعونة تمت على يدي هذين الرجلين، ونتائج دراسات هذين المستشرقين -مع الأسف- هي المعتمدة اليوم في الأوساط الغربية، وفي الجامعات الأوروبية والأمريكية، وأقسام الشرق الأوسط في الغرب

Di antara tokoh utama yang mencela sunnah Nabi yang mulia adalah dua orientalis: Goldziher2 dan Joseph Schact 3. Bahkan hampir semua guru besar studi orientalisme sepakat bahwa karya orientalis yang paling berpengaruh dalam meragukan sunnah Nabi berasal dari kedua tokoh ini. Sayangnya, hasil kajian dua orientalis ini kini menjadi rujukan utama di kalangan akademisi Barat, termasuk di universitas-universitas Eropa dan Amerika, serta departemen studi Timur Tengah di dunia Barat 4

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Alukah

Catatan Kaki

  1. Lihat: Syubhat-syubhat para orientalis dan di antara tokoh kontemporer mereka yang menulis tentang sunnah adalah Ahmad Muhammad Yasin (hlm. 35). Di antara rujukan terhadap pendapat orientalis adalah karya Joseph Schacht dan Goldziher, serta sebagian orientalis lainnya seperti Abdullah al-Khatib (hlm. 2).
  2. Ignaz Goldziher (1847–1921), orientalis Yahudi Hungaria, belajar di Budapest, Wina, Leipzig, serta melakukan perjalanan ke Suriah, Palestina, dan Mesir untuk bertemu dengan sejumlah ulama al-Azhar. Ia juga pernah menjadi dosen di Universitas Budapest (Hongaria) dan menguasai banyak bahasa termasuk Latin, Inggris, Prancis, serta mendalami Islam, fikih Islam, dan sastra Arab. Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Lihat: *al-I‘lām*, Khairuddin az-Zirikli (1/184).
  3. Joseph Schacht (1902–1969), orientalis asal Jerman dari kota Ratibor (sekarang Rybnk di Polandia), terkenal karena sikap kerasnya terhadap otoritas hadits. Ia pindah ke Jerman Barat dan kemudian ke Inggris sebelum wafat. Ia pernah menjadi profesor di Universitas Oxford dan terkenal dengan pemikiran bahwa hukum Islam tidak bersumber dari Nabi, tapi dari praktik para hakim abad kedua hijriah. Lihat: *Mawsu‘at al-Mustasyriqīn*, ‘Abd al-Rahman Badawi, hlm. 405. Lihat pula tokoh-tokoh yang dipengaruhi oleh Goldziher dan Schacht seperti Abdullah al-Khatib (hlm. 2).
  4. Lihat: Kelemahan-kelemahan karya orientalis terkait sunnah Nabi, Khalid bin Mansur ad-Durays, jawaban terhadap orientalis: Abdullah al-Khatib, hlm. 2.


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.