براعة الاستهلال في سورة البقرة؛ عرضٌ وتحليلٌ
Keindahan Pembukaan dalam Surah Al-Baqarah: Kajian dan Analisis (Bagian Kedua Belas)
Oleh : Abdun Nashir Salamah
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Keindahan Pembukaan al Baqarah ini termasuk dalam Kategori Serial Bahasa al Quran
كما أن في قوله تعالى: ﴿يُقِيمُونَ﴾ ما يفيد حقيقة الصلاة التي يصدق عليها أنها دليل إيمانٍ وأنها اهتداءٌ بالقرآن؛ إِذْ يدلّ وصف الإقامة على الحفاظ على الصلاة بأركانها وفرائضها وسننها وآدابها، من قولهم: أقام العُودَ؛ إذا قَوَّمَه وعَدَّلَه،
Dalam firman Allah Ta‘ala: “mereka mendirikan shalat”, terdapat makna hakikat shalat yang benar-benar menjadi bukti keimanan dan bentuk petunjuk dengan Al Quran. Karena kata “mendirikan” menunjukkan bahwa mereka menjaga shalat dengan rukun, kewajiban, sunnah, dan adab-adabnya. Dalam bahasa Arab dikatakan: “Aqāma al-‘ūd” jika seseorang menegakkan dan meluruskannya 1.
مع ما تفيده أيضًا صيغة المضارع من المواظبة عليها والدوام على فعلها؛ فالصلاة المعتبرة المقصودة هي الصلاة المتقَنة الدائمة.
Selain itu, bentuk fi’il mudhari’ (kata kerja kini dan akan datang) menunjukkan konsistensi dan kesinambungan dalam menunaikannya 2. Maka shalat yang dimaksud adalah shalat yang dikerjakan secara sempurna dan terus-menerus.
وفي وقوع الصلاة بهذه الصفات تعريضٌ ببني إسرائيل في تركهم لها وإعراضهم عنها؛ إِذْ كانت مما عُهِد إليهم من الميثاق الذي أخَلُّوا به كما في قوله تعالى:
Penyebutan shalat dengan sifat-sifat tersebut juga menyiratkan sindiran terhadap Bani Israil atas sikap mereka yang meninggalkannya dan berpaling darinya, padahal shalat termasuk bagian dari perjanjian yang telah diambil dari mereka — yang kemudian mereka langgar. Sebagaimana disebut dalam firman Allah :
﴿وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ﴾ [البقرة: ٨٣]
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil: Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Lalu kalian berpaling kecuali sebagian kecil dari kalian, dan kalian pun berpaling.” (Surah al Baqarah ayat 83)
وقد تكرَّر ذِكْر الصلاة في سورة البقرة في سياقاتٍ أخرى عديدةٍ، كما في قوله تعالى:
Penyebutan tentang shalat berulang kali dalam Surah al Baqarah dalam berbagai konteks lain, seperti dalam firman-Nya :
﴿وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ﴾ [البقرة: ١١٠]،
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan apa pun kebaikan yang kalian kirimkan untuk dirimu, kalian akan menemukannya di sisi Allah. Sungguh Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.” (Surah al Baqarah ayat 110),
وقوله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ﴾ [البقرة: ١٥٣]،
dan Firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Surah al Baqarah ayat 153),
وقوله تعالى: ﴿حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ﴾ [البقرة: ٢٣٨]،
serta Firman-Nya: “Peliharalah semua shalat dan shalat tengah, dan berdirilah untuk Allah dengan khusyuk.” (Surah al Baqarah ayat 238),
وغيرها من الآيات، وفي هذا كلّه بيان أهمية الصلاة في تحقيق التقوى والاهتداء بالقرآن، كما أن فيها دليلًا على كون هذا الافتتاح بذِكْرها براعةَ استهلالٍ للسورة. وهو كذلك لجميع القرآن؛ لأن موضوع الصلاة موضوعٌ مستفيضٌ جدًّا في مكيِّ القرآن ومدنيِّه، لا سيما في ربطه بالإيمان.
semuanya menunjukkan pentingnya shalat dalam mewujudkan ketakwaan dan petunjuk dari Al Quran. Juga menjadi bukti bahwa penyebutan shalat di awal surat ini merupakan pembukaan istimewa (badi‘ al-istihlal) bagi surat ini. Dan hal itu berlaku untuk seluruh Al Quran, karena tema shalat sangat melimpah baik dalam surat Makkiyah maupun Madaniyah, khususnya dalam kaitannya dengan iman.
وأمّا المعْلَم الثالث من معالم الاهتداء القرآنيِّ فهو الوفاء بحقّ العباد والإحسان إليهم، وقد اقتصرت الآيات من ذلك على ذِكْر الإنفاق: ﴿وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ﴾ [البقرة: ٣]؛ إذ الإنفاق أعظم تجليات الوفاء بحقوق العباد، ولذلك كَثُر الأمرُ به في القرآن والحضُّ عليه، وهو يشمل هنا ما كان منه واجبًا؛ كالزكاة والنفقة على الأهل والعيال والوالدين، أو كان ندبًا يُفعل على وجه البر والإحسان
Adapun rambu ketiga dari petunjuk Al Quran adalah menunaikan hak sesama dan berbuat baik kepada mereka. Dalam ayat-ayat yang disebutkan, hal ini diringkas dengan menyebut pengeluaran harta: “dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka” (Surah al Baqarah ayat 3). Sebab, infak merupakan bentuk paling nyata dari pemenuhan hak sesama. Oleh karena itu, perintah untuk berinfak sangat banyak dalam Al Quran, dan sangat dianjurkan. Infak yang dimaksud di sini mencakup yang wajib seperti zakat dan nafkah kepada keluarga, anak-anak, dan kedua orang tua; serta yang sunnah yang dilakukan dalam rangka kebaikan dan ihsan 3.
هذا مع ما تتضمّنه الجملة -مع وجازتها- من إشارةٍ إلى موجبات الأمر بالإنفاق من خلال التنبيه على أنّ المال رزقٌ من الله: ﴿وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ﴾؛ وذلك يتطلب التصرف فيه وفق مراده سبحانه، كما قال تعالى:
Di samping itu, kalimat tersebut — meskipun ringkas — mengandung isyarat tentang alasan perintah berinfak, dengan menegaskan bahwa harta adalah rezeki dari Allah: “dari sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”. Hal ini menuntut agar harta tersebut dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya:
﴿وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ﴾ [الحديد: ٧]
“Dan infakkanlah sebagian dari harta yang telah Allah jadikan sebagai titipan padamu” (Surah al Hadid ayat 7).
كما أنّ في الجملة امتنانًا يستدعي شكرًا لله من خلال امتثال أمره بالإنفاق، مع ما يفيده أيضًا حرف الجر في قوله: ﴿مِمَّا﴾ من التبعيض الدالّ على أنّ المقصود إنفاقُ بعض المال لا إنفاق المال كلّه؛ ليقع التكليف بذلك موقعًا خفيفًا على النفس بسبب ما جُبلت عليه من الأَثَرة وحُبّ المال
Kalimat ini juga menunjukkan adanya nikmat dari Allah yang menuntut rasa syukur melalui ketaatan terhadap perintah-Nya untuk berinfak. Selain itu, penggunaan huruf jar “min” dalam kata “mimmā” menunjukkan makna sebagian — artinya, yang diperintahkan adalah menginfakkan sebagian dari harta, bukan seluruhnya. Ini dimaksudkan agar perintah tersebut terasa ringan dan tidak memberatkan jiwa manusia, mengingat manusia secara fitrah mencintai harta dan memiliki sifat egois 4.
وفي هذه المعاني كلِّها تشنيعٌ ضمنيٌّ بحال البخيل الذي ترك الإنفاق رغم هذه الموجبات!
Semua makna ini mengandung celaan tersirat terhadap orang yang bakhil — yang enggan berinfak — meskipun semua alasan dan dorongan kuat telah disebutkan!
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid
Leave a Reply