Hukum Memandang Wanita



النظر إلى النساء وأحكامه

Hukum Memandang Wanita

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Hukum Memandang Wanita ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

ما حكم النظر إلى النساء

Apa hukum memandang wanita?

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, amma ba‘du:

فإن النساء إذا كن زوجات جاز النظر إليهن على كل حالٍ، فإن كل واحد من الزوجين يجوز له أن ينظر إلى سائر جسد الآخر، لقول النبي صلى الله عليه وسلم: 

Jika wanita yang dipandang adalah istri sendiri, maka boleh memandangnya dalam segala keadaan. Setiap dari pasangan suami istri diperbolehkan melihat seluruh tubuh pasangannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“احفظ عورتك إلاَّ من زوجتك” كما في المسند والسنن.

“Jagalah auratmu kecuali dari istrimu.” (Hadits dalam Musnad Ahmad dan Sunan).

وإن كانت النساء محارم جاز النظر إلى وجوههن وأطرافهن. وإن كن غير ذلك فلا يجوز النظر إليهن، لقول الله تعالى: 

Jika wanita tersebut adalah mahram, maka boleh memandang wajah dan anggota tubuh yang biasa tampak seperti tangan dan kaki. Namun jika bukan mahram, maka tidak boleh memandang mereka. Allah Ta‘ala berfirman :

(قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون) [النور: ٣٠].

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Surah an-Nur ayat 30).

ولقول النبي صلى الله عليه وسلم: 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“لا تتبع النظرة النظرة، فإن لك الأولى وليست لك الآخرة” كما في السنن عن علي رضي الله تعالى عنه، 

“Jangan mengikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Karena yang pertama untukmu, tapi yang kedua bukan.” (Hadits dalam Sunan, dari Ali radhiyallahu ‘anhu).

والمقصود هنا بالنظرة الأولى نظرة الفجأة كما هو مبين في حديث جرير رضي الله عنه، قال:

Yang dimaksud dengan pandangan pertama adalah pandangan yang tidak disengaja, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Jarīr radhiyallahu ‘anhu:

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن نظر الفجأة فقال: “اصرف بصرك” كما في صحيح مسلم.

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan tak sengaja, maka beliau bersabda: ‘Palingkan pandanganmu.’” (Hadits Riwayat Imam Muslim).

واستثنى أهل العلم من ذلك من لا تشتهى من النساء عادة، كالعجوز الفانية، والبنت الصغيرة جداً لأمن الفتنة بالنظر إليهما.

Para ulama mengecualikan wanita yang tidak membangkitkan syahwat secara umum, seperti wanita tua renta dan anak kecil, karena aman dari fitnah saat memandang mereka.

وتستثنى أيضاً حالات الضرورات ككشف الطبيب على المرأة التي لا تجد طبيبة تكشف عليها، وليست في حالة تحتمل التأخير إلى وجود طبيبة. وكنظر الرجل إلى المرأة ليتحمل الشهادة لها أو عليها.

Dikecualikan pula kondisi darurat seperti dokter laki-laki memeriksa wanita yang tidak tersedia dokter perempuan dan kondisinya tidak bisa ditunda. Termasuk juga laki-laki yang melihat wanita dalam rangka menjadi saksi untuk atau atas dirinya.

واعلم أن إطلاق النظر إلى ما حرم الله جد خطير، والنظر المحرم بريد القلب إلى الزنا، بل إنه زناً كما في الحديث الصحيح:

Ketahuilah bahwa membebaskan pandangan kepada hal-hal yang diharamkan adalah perkara yang sangat berbahaya. Pandangan haram adalah jalan menuju zina dalam hati, bahkan dianggap sebagai bentuk zina. Dalam hadits shahih disebutkan:

“إن العين تزني، وزناها النظر”. كما في الصحيحين.

“Mata itu berzina dan zinanya adalah pandangan.” (Hadits dalam Shahih Bukhari dan Muslim).

وغض البصر علامة قوة إيمان العبد وسبب في زيادته، كما في المستدرك عن حذيفة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: 

Menundukkan pandangan adalah tanda kuatnya iman seorang hamba dan sebab bertambahnya iman tersebut. Dalam Al-Mustadrak dari Hudzaifah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“النظرة سهم من سهام إبليس مسمومة، فمن تركها من خوف الله تعالى أثابه الله عز وجل إيماناً يجد حلاوته في قلبه”.

“Pandangan adalah salah satu panah beracun dari panah-panah Iblis. Barang siapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya keimanan yang manisnya terasa di dalam hati.”

فعلى المسلم أن يشكر الله تعالى على نعمة البصر، وأعظم بها من نعمة، فيصرفها في طاعة الله تعالى، ويبتعد عن معصية الله تعالى بها.

Seorang Muslim seharusnya bersyukur kepada Allah atas nikmat penglihatan — dan sungguh besar nikmat itu — dengan menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah, dan menjauhkannya dari maksiat kepada Allah.

والله أعلم.

Wallahu a‘lam.

Sumber: IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.