عدم مشروعية إعادة العبادة من دون سبب داع
Tidak Disyariatkannya Mengulangi Ibadah Tanpa Sebab yang Mendasari
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Tidak Disyariatkannya Mengulangi Ibadah Tanpa Sebab yang Mendasari ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
هل إذا نوى الشخص إعادة أي فريضة يجب عليه إعادتها ؟؟؟ في حج هذا العام أديت فريضة الحج ولله الحمد ولكن في طواف الوداع قد يكون نقض وضوئي بسبب كثرة الإفرازات التي أعاني منها .. والآن يراود ذهني إعادة هذه الفريضة ولكني لا أريد أن أنوي إعادتها ولكن في قرارة نفسي أنه إذا سنحت لي الفرصة سأعيدها ..فهل وجبت الآن علي الإعادة ؟
Apakah jika seseorang berniat mengulangi suatu ibadah fardhu maka ia wajib mengulanginya? Pada musim haji tahun ini, saya telah melaksanakan ibadah haji – alhamdulillah – namun pada saat thawaf wada’ mungkin wudhu saya batal karena banyaknya cairan yang saya alami. Sekarang terlintas dalam pikiran saya untuk mengulangi ibadah haji ini, meskipun saya tidak berniat secara resmi untuk mengulanginya, tetapi dalam hati saya jika ada kesempatan maka saya akan mengulanginya. Apakah sekarang saya wajib mengulanginya?
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فمن أدى الفريضة سواء كانت صلاة أو حجا أو غيرها على الوجه المطلوب شرعا فقد برئت ذمته ولا يلزمه إعادتها حتى ولو نوى إعادتها، بل إن إعادة العبادة من دون سبب داع إلى ذلك يعتبر أمرا غير مشروع، بل صرح غير واحد من أهل العلم بأنه ممنوع، وفي هذا يقول صاحب الكفاف:
Barangsiapa telah menunaikan ibadah fardhu, baik itu shalat, haji, atau lainnya sesuai dengan tuntunan syariat, maka gugurlah kewajiban dari dirinya dan ia tidak wajib mengulanginya, meskipun ia berniat untuk mengulanginya. Bahkan, mengulangi ibadah tanpa sebab yang mendasari dianggap sebagai perbuatan yang tidak disyariatkan, bahkan sebagian ulama menegaskan bahwa hal itu terlarang. Dalam hal ini, penulis kitab Al-Kafaf berkata:
وصرح الأشياخ بامتناع * إعادة الشك لغير داع.
Para masyayikh menegaskan larangan mengulang ibadah karena keraguan tanpa sebab yang mendasari.
ثم إن طواف الوداع ليس ركنا من أركان الحج، فمن حج ولم يطف أصلا للوداع فحجه صحيح ولم يلزمه إعادته؛ إلا أنه يلزمه دم عند الجمهور لتركه واجبا من واجبات الحج.
Perlu diketahui, thawaf wada’ bukanlah rukun haji. Maka barangsiapa berhaji tanpa melakukan thawaf wada’ sama sekali, hajinya tetap sah dan tidak wajib mengulanginya. Namun, ia wajib membayar dam menurut mayoritas ulama karena meninggalkan salah satu kewajiban haji.
وما دامت الأخت السائلة قد بدأت طوافها على طهارة -كما يفهم من السؤال- فإن شكها في نقض الوضوء لا يضر لأن اليقين لا يزول بالشك، فمن كان على طهارة وشك في الحدث ولم يستيقن فهو على طهارة،
Selama penanya memulai thawaf dalam keadaan suci – sebagaimana yang dipahami dari pertanyaan – maka keraguannya terhadap batalnya wudhu tidak berpengaruh, karena keyakinan tidak hilang dengan keraguan. Barangsiapa berada dalam keadaan suci lalu ragu apakah ia berhadats dan tidak yakin, maka ia tetap dihukumi suci.
وكذلك لو استيقنت من خروج تلك الإفرازات وكانت تعاني منها باستمرار فطوافها صحيح أيضا لأنها في حكم صاحب السلس، فلتحذر الأخت السائلة من أن تفتح على نفسها باب الوسواس فإنه بلاء يترك صاحبه كأنه لا عقل له، وانظري للأهمية الفتوى الأخرى هنا ، والفتوى المرتبطة بها.
Demikian pula jika ia yakin keluarnya cairan tersebut dan ia mengalaminya secara terus-menerus, maka thawafnya tetap sah karena statusnya seperti orang yang memiliki penyakit beser. Hendaknya penanya berhati-hati agar tidak membuka pintu waswas bagi dirinya, karena itu adalah bala yang membuat penderitanya seakan-akan tidak berakal. Lihat untuk penjelasan lebih lanjut Fatwa lain disini dan fatwa terkait lainnya.
والله أعلم.
Wallahu a’lam.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply