Desa Mulabbis, Batu Fondasi Proyek Permukiman Zionis di Palestina (1)



قرية ملبّس حجر الأساس لمشروع الاستيطان الصهيوني في فلسطين.. لماذا؟

Desa Mulabbis, Batu Fondasi Proyek Permukiman Zionis di Palestina (Bagian Pertama)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Desa Mulabbis, Batu Fondasi Proyek Permukiman Zionis di Palestina ini termasuk dalam Kategori Tarikh Islam

تُعتبر قرية ملبّس المهجّرة قضاء مدينة يافا المحتلة، أوّل قرية فلسطينية استولى عليها المستوطنون الصهاينة إبان العهد العثماني وتحديداً قبل ١٤٤ سنة، وأقاموا عليها أول مستعمرة إسرائيلية في فلسطين، أطلقوا عليها اسم “بتاح تكفا” أي (مفتاح الأمل)، والتي يدلّ اسمها على أنها بداية لتأسيس مستوطنات إسرائيلية مشابهة.

Desa Mulabbis yang terusir di distrik Kota Yafa yang diduduki, dianggap sebagai desa Palestina pertama yang dikuasai para pemukim Zionis pada masa Utsmani, tepatnya 144 tahun yang lalu. Di atasnya mereka mendirikan koloni Israel pertama di Palestina yang mereka namai “Petah Tikva” (Kunci Harapan), sebuah nama yang menunjukkan bahwa itu merupakan awal pendirian permukiman-permukiman Israel serupa.

كان ذلك عام ١٨٧٨م وذلك بعد قيام مجموعة صهيونية متطرفة من مدينة القدس بالاستيلاء على قطعة أرض تبلغ مساحتها ٣٣٧٥ دونماً في قرية ملبّس ليبدأ الزحف الاستيطاني الإسرائيلي آنذاك دون توقف، إلى أن تحولت إلى ملجأ للمستوطنين ثم مستوطنة زراعية “موشاف” ثم مدينة إسرائيلية معترف بها.

Hal itu terjadi pada tahun 1878 M, setelah sekelompok Zionis ekstrem dari Kota Yerusalem merebut sebidang tanah seluas 3.375 dunam di Desa Mulabbis. Sejak saat itu laju kolonisasi Israel berlangsung tanpa henti, hingga kawasan tersebut berubah menjadi tempat perlindungan para pemukim, kemudian menjadi permukiman pertanian “moshav”, dan akhirnya menjadi sebuah kota Israel yang diakui.

وأكد الدكتور نهاد الشيخ خليل أستاذ التاريخ في الجامعة الإسلامية بغزة على أن قرية مُلبّس تعتبر موقعاً أثريّاً مهماً، حيث تقع على تلٍ منخفض الارتفاع ٣٧ متراً فوق سطح البحر، وهي على الحافة الجنوبية من نهر اليركون (العوجا)، على بعد ١.٢٥ كم عنه، ما جعلها من أكثر المناطق خصوبة وأهمية استراتيجية في الساحل الفلسطيني.

Dr. Nihad al-Syaikh Khalil, Guru Besar Sejarah di Universitas Islam Gaza, menegaskan bahwa Desa Mulabbis merupakan sebuah situs arkeologis penting. Desa ini terletak di atas bukit rendah dengan ketinggian 37 meter di atas permukaan laut, berada di tepi selatan Sungai Yarkon (al-‘Auja), berjarak sekitar 1,25 km darinya. Letak ini menjadikannya salah satu kawasan paling subur dan strategis di pesisir Palestina.

واستعرض الشيخ خليل  نمط الحياة الاقتصادية وبعض الخصائص الاجتماعية التي كانت سائدة في هذه القرية عبر العصور، استناداً للحفريات التي عُثر عليها خلال أعمال التنقيب الحديثة، وهي خصائص تميّز هذه القرية والعديد من القرى والمناطق المحيطة بها في محيط مدينتي يافا والرملة.

Syaikh Khalil memaparkan pola kehidupan ekonomi dan sejumlah karakteristik sosial yang pernah dominan di desa ini sepanjang masa. Paparan tersebut didasarkan pada temuan-temuan penggalian yang diperoleh dari ekskavasi modern. Ciri-ciri ini membedakan desa Mulabbis sekaligus banyak desa dan wilayah di sekitarnya dalam lingkup Kota Yafa dan Ramla.

Syaikh Khalil, Profesor Sejarah Dari Universitas Gaza
Syaikh Khalil, Profesor Sejarah Dari Universitas Gaza

وأشار إلى أن قرية ملبّس كانت مأهولةً على امتداد التاريخ المعروف لكونها تقع في منطقةٍ شديدة الخصوبة، حيث يرويها نهر العوجا، وهي أيضاً قريبة من خطوط الاتصالات الرئيسية في فلسطين، إلا أنها لم تسكن بشكل متواصل عبر الأزمان بسبب التغييرات السياسية والاقتصادية، كانتشار مرض الملاريا.

Ia menambahkan bahwa Desa Mulabbis dihuni sepanjang sejarah yang dikenal karena terletak di kawasan yang sangat subur, dialiri Sungai al-‘Auja, serta dekat dengan jalur komunikasi utama di Palestina. Namun desa ini tidak selalu dihuni secara terus menerus sepanjang zaman akibat perubahan politik dan ekonomi, seperti merebaknya penyakit malaria.

وأوضح الشيخ خليل أنه في السنوات الأخيرة، نفذت هيئة الآثار الإسرائيلية عدّة حفريات في تل مُلبّس، تحضيراً لبناء مستعمرة “ليف هاسافيونيم Lev ha-Savyonim” على أراضي القرية التي تم تهجير سكانها الأصليين.

Syaikh Khalil menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Otoritas Purbakala Israel melakukan sejumlah penggalian di Bukit Mulabbis sebagai persiapan pembangunan koloni “Lev ha-Savyonim” di atas tanah desa yang penduduk aslinya telah diusir.

وحذر الأكاديمي الفلسطيني من أن أبحاث وتقارير المؤرّخين والآثاريين الصهاينة، ومن سبقهم من المستشرقين الأوروبيين عن هذه القرية وغيرها من القرى الفلسطينية المهجرة كانت مدفوعةً وموجّهةً بدوافع أيديولوجية استعمارية مركّبة نفياً وإثباتاً.

Akademisi Palestina tersebut memperingatkan bahwa penelitian dan laporan para sejarawan serta arkeolog Zionis, juga para orientalis Eropa sebelumnya, tentang desa ini dan desa-desa Palestina lainnya yang terusir, didorong serta diarahkan oleh motif ideologis kolonial yang kompleks, baik dalam bentuk penafian maupun pembenaran.

وأشار إلى الأسماء التوراتية والعبرية التي أطلقها هؤلاء الباحثون على مختلف الأماكن، وعلى طريقة تحقيب ووصف الفترات الزمنية خلال القرون السابقة والتي يظهر فيها الوجود العربي كفترة مؤقتة وقصيرة وسط فترات فارسية ورومانية وبيزنطية وإسلامية وصليبية ومملوكية وعثمانية مهمّشين الاستمرارية التاريخية لوجود أهل البلاد قبل أن يشوّش الاستعمار الغربي الحديث هذه الاستمرارية.

Ia menunjuk pada nama-nama Taurat dan Ibrani yang dilekatkan para peneliti itu pada berbagai tempat, serta cara mereka membagi dan menggambarkan periode sejarah dalam berabad-abad lamanya. Dalam pembagian tersebut, keberadaan Arab hanya ditampilkan sebagai periode singkat dan sementara di tengah era Persia, Romawi, Bizantium, Islam, Salibis, Mamluk, dan Utsmani. Dengan begitu, kontinuitas sejarah penduduk asli menjadi terpinggirkan, sebelum kemudian semakin dikacaukan oleh kolonialisme Barat modern.

وأوضح أن القرية كانت منطقة مهمة جداً في مسار (Via Maris)الذي يعبر سهول رأس العين (تل أفيك قديماً)، إضافة إلى أنها لم تبعد كثيراً عن الطرق الرئيسية التي تربط يافا بالقدس، ممّا أكسبها أهميةً كبيرةً في فترة الحكم الروماني.

Ia menjelaskan bahwa desa tersebut sangat penting dalam jalur Via Maris yang melintasi dataran Ras al-‘Ain (dulu disebut Tell Afek). Selain itu, letaknya tidak jauh dari jalan utama yang menghubungkan Yafa dengan Yerusalem, sehingga memberinya arti penting pada masa pemerintahan Romawi.

وأكد أنه كان هناك تبادل ثقافي مستمر وروابط اقتصادية بين قرية ملبّس، والجبال الوسطى، والجزء الجنوبي من فلسطين، وأنها كانت كذلك جزءاً من مساحة أوسع للتبادل وتحرّكات السكان مع روابط مع بلاد الشام وخارجها.

Ia menegaskan adanya pertukaran budaya yang terus-menerus serta hubungan ekonomi antara Desa Mulabbis dengan pegunungan tengah dan wilayah selatan Palestina. Desa ini juga merupakan bagian dari wilayah yang lebih luas untuk pertukaran dan pergerakan penduduk, dengan hubungan hingga ke Bilad al-Syam dan wilayah di luarnya.

وأوضح الشيخ خليل أن قرية ملبّس تقع بين عدة أقاليم، لكلٍّ منها ميزاتها البيئية، حيث يحدّها إلى الشرق محيطُ نهر اليركون (العوجا) الذي تتوفر به مصادر المياه بشكل كبير حيث يمكن عن طريقه إمداد المستوطنات البشرية منذ فجر التاريخ، والمحيطة بكميات كافية من الماء والأراضي الزراعية الخصبة، لكنه تأثّر قديماً بمرض الملاريا.

Syaikh Khalil menjelaskan bahwa Desa Mulabbis terletak di antara beberapa kawasan, masing-masing dengan keunggulan lingkungannya. Di sebelah timur terdapat kawasan Sungai Yarkon (al-‘Auja) yang kaya akan sumber air, yang sejak awal sejarah telah menyokong pemukiman manusia. Kawasan sekitarnya dipenuhi air dan lahan pertanian subur, meskipun dahulu sempat terpengaruh oleh malaria.

وأشار إلى أن المنطقة المركزية لهذا الإقليم قديما كان يطلق عليها اسم تلُّ أفيك (رأس العين)، الواقع على ضفاف نهر العوجا.

Ia menambahkan bahwa kawasan pusat dari wilayah ini dahulu disebut Tell Afek (Ras al-‘Ain), yang terletak di tepi Sungai al-‘Auja.

وأوضح أن الإقليم الثاني يتمثل بشمال وجنوب نهر العوجا، الذي يتكون من تلال ذات رمال حمراء غير قابلة للزراعة.

Ia juga menjelaskan bahwa wilayah kedua adalah bagian utara dan selatan Sungai al-‘Auja, yang terdiri dari bukit-bukit dengan pasir merah yang tidak dapat ditanami.

وقال الدكتور مروان قبلان، مدير مركز سيلون للدراسات والأبحاث، والباحث في تاريخ القدس وفلسطين: “في أواخر القرن التاسع عشر كان عدد سكان قرية ملبّس لا يزيد عن ١٤٠ نسمة فقط، وكانوا يعتمدون على الزراعة وكانوا يزرعون البطيخ والتبغ والمحاصيل الصيفية الأخرى”.

Dr. Marwan Qabalan, Direktur Pusat Silon untuk Studi dan Penelitian sekaligus peneliti sejarah Yerusalem dan Palestina, mengatakan: “Pada akhir abad ke-19, jumlah penduduk Desa Mulabbis tidak lebih dari 140 jiwa saja. Mereka hidup dari pertanian dengan menanam semangka, tembakau, dan tanaman musim panas lainnya.”

Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah

Sumber : Arabi21



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.