Pembangunan Negara Yahudi, 1897–1948: Alat Militer (14)



بناء الدولة اليهودية، ١٨٩٧ـ١٩٤٨: الأداة العسكرية

Pembangunan Negara Yahudi, 1897–1948: Alat Militer (Bagian Keempat Belas)

Oleh : Walid Khalidi

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Pembangunan Negara Yahudi, 1897–1948: Alat Militer ini termasuk dalam Kategori Sejarah Palestina

سابعاً: المرحلة السادسة
من استلام حزب العمال الحكم في بريطانيا إلى قرار التقسيم
(تموز/يوليو 1945 – تشرين الثاني/نوفمبر 1947)

Ketujuh: Tahap Keenam
Dari Naiknya Partai Buruh ke Kekuasaan di Inggris hingga Keputusan Pembagian
(Juli 1945 – November 1947)

قدر آخر الإحصاءات الرسمية البريطانية عدد سكان فلسطين في أواخر سنة 1946 بـ 1.912.000 نسمة، وعدد اليهود منهم بـ 608.000 نسمة، أي بنسبة 31.8%.[92] بينما قدرت إحصاءات الصندوق القومي اليهودي مجمل عدد السكان، في آذار/مارس 1948، بـ 2.011.000 نسمة، وعدد اليهود منهم بـ 660.000 نسمة، أي بنسبة 32.81%. وقدرت إحصاءات الصندوق هذه، أيضاً، مساحة الأراضي التي في حيازة اليهود بعيد قرار التقسيم بـ 1.821.000 دونم من مجموع 27 مليون دونم، أي ما نسبته 6.7% من مساحة فلسطين.[93]

Menurut statistik resmi Inggris terakhir, jumlah penduduk Palestina pada akhir tahun 1946 mencapai 1.912.000 jiwa, dengan jumlah Yahudi di antaranya 608.000 jiwa, atau 31,8%.1 Sementara itu, statistik Dana Nasional Yahudi (Jewish National Fund) memperkirakan jumlah penduduk keseluruhan pada Maret 1948 sebanyak 2.011.000 jiwa, dengan jumlah Yahudi 660.000 jiwa atau 32,81%. Statistik JNF juga memperkirakan luas tanah yang dikuasai Yahudi segera setelah keputusan pembagian adalah 1.821.000 dunam dari total 27 juta dunam, yakni 6,7% dari keseluruhan luas Palestina.2

وأنشئ ما بين سنة 1945 وإعلان الدولة العبرية 65 مستعمرة جديدة، فبلغ عدد المستعمرات عشية إعلان الدولة نحو 324 مستعمرة، منها 233 مستعمرة على أراضي الصندوق القومي.[94]

Antara tahun 1945 hingga proklamasi negara Yahudi, didirikan 65 koloni baru. Dengan demikian, pada malam proklamasi negara jumlah koloni Yahudi mencapai sekitar 324, di antaranya 233 berdiri di atas tanah milik Dana Nasional Yahudi.3

كانت هذه المرحلة هي المرحلة الأخيرة الفاصلة في مصير الانتداب والبلد قبل مرحلة الحسم العسكري التالية.

Tahap ini merupakan fase terakhir yang menentukan dalam nasib mandat Inggris dan negeri Palestina sebelum memasuki tahap penentuan melalui konfrontasi militer berikutnya.

وتبين للقيادة الصهيونية منذ استلام حزب العمال الحكم في بريطانيا أن لندن، بعكس كل التوقعات، لا تنوي فتح أبواب الهجرة على مصاريعها، أو التخلي عن جوهر سياسة الكتاب الأبيض لسنة 1939.

Sejak Partai Buruh mengambil alih pemerintahan di Inggris, menjadi jelas bagi kepemimpinan Zionis bahwa London, bertolak belakang dengan semua perkiraan, tidak berniat membuka lebar pintu imigrasi, atau melepaskan esensi kebijakan Buku Putih tahun 1939.

ووصلت هذه القيادة، بزعامة بن – غوريون، إلى قناعة مبكرة بأن لا مفر من الدخول في مجابهة مع بريطانيا بغرض إجبارها على تعديل سياستها في اتجاه “برنامج بلتمور”، أو التخلي عن الانتداب كلياً.

Kepemimpinan Zionis, di bawah pimpinan Ben-Gurion, sampai pada keyakinan sejak dini bahwa tidak ada jalan lain selain menghadapi Inggris secara langsung, untuk memaksanya mengubah kebijakan ke arah “Program Biltmore”, atau meninggalkan mandat sama sekali.

وعكست هذه القناعة اطمئنان القيادة الصهيونية إلى رجحان كفتها، وإلى نمو أداتها العسكرية إلى درجة تمكنها من السيطرة على البلد في حال انسحاب الجيش البريطاني.

Keyakinan ini mencerminkan rasa percaya diri kepemimpinan Zionis akan kekuatan mereka yang kian besar, serta perkembangan instrumen militer mereka hingga mencapai tingkat yang memungkinkan mereka menguasai negeri ini jika tentara Inggris menarik diri.

وكان “المنشقون” التصحيحيون المتمثلون في منظمتي إيتسل (الإرغون) وليحي (شتيرن) قد سبقوا القيادة إلى هذه القناعة، وباشروا منذ سنة 1944 حرباً إرهابية لا هوادة فيها ضد بريطانيا بهدف إخراجها من البلد قسراً. وشكلت “إنجازات” المنشقين في هذا المجال عنصراً ضاغطاً أساسياً على القيادة الصهيونية لتبنّي النهج ذاته.

Kaum “perpecahan” Revisionis yang terwakili dalam organisasi Etzel (Irgun) dan Lehi (Stern) telah lebih dahulu sampai pada kesimpulan ini. Sejak tahun 1944, mereka melancarkan perang teror tanpa henti terhadap Inggris dengan tujuan memaksanya keluar dari Palestina secara paksa. “Keberhasilan” para pemisah ini dalam bidang tersebut menjadi faktor penekan utama terhadap kepemimpinan Zionis untuk mengadopsi pendekatan yang sama.

إلاّ إن بن – غوريون أدرك خطورة مجابهة عسكرية مكشوفة بين الهاغاناه والجيش البريطاني، وأن معركته مع بريطانيا إن هي إلاّ معركة سياسية، بينما معركته العسكرية الحقيقية هي مع عرب فلسطين، وربما مع الدول العربية أيضاً. لذلك، وعلى الرغم من تعاون الهاغاناه مع المنشقين في عمليات مشتركة بين تشرين الثاني/نوفمبر 1945 وتموز/يوليو 1946، فقد قرر بن – غوريون الانسحاب من هذا التعاون، وخصوصاً بعد احتلال الجيش البريطاني مقر الوكالة اليهودية (حزيران/يونيو 1946)، ونسف فندق الملك داود (تموز/يوليو 1946). والتزم بن – غوريون، بعد ذلك، استراتيجيا “محدودة” قائمة على تنظيم الهجرة غير الشرعية على نطاق واسع والضغط الدبلوماسي المتواصل عبر الجالية اليهودية الأميركية والبيت الأبيض، مع استغلاله استمرار عمليات المنشقين.[95]

Namun, Ben-Gurion menyadari bahaya konfrontasi militer terbuka antara Haganah dan tentara Inggris. Baginya, pertarungan dengan Inggris hanyalah pertarungan politik, sementara pertempuran militernya yang sejati adalah melawan orang Arab Palestina, dan mungkin juga melawan negara-negara Arab. Karena itu, meskipun Haganah bekerja sama dengan kaum pemisah dalam operasi gabungan antara November 1945 hingga Juli 1946, Ben-Gurion akhirnya memutuskan menarik diri dari kerja sama itu—terutama setelah tentara Inggris menduduki markas Badan Yahudi (Juni 1946) dan setelah peledakan Hotel King David (Juli 1946). Setelah itu, Ben-Gurion berpegang pada strategi “terbatas” yang didasarkan pada penyelenggaraan imigrasi ilegal secara luas dan tekanan diplomatik berkesinambungan melalui komunitas Yahudi Amerika serta Gedung Putih, sambil tetap memanfaatkan berlanjutnya operasi kaum pemisah.4

في الوقت نفسه، عدّل بن – غوريون برنامجه السياسي وأظهر “تراجعاً” عن “برنامج بلتمور” و”قبولاً” بالتقسيم، الأمر الذي فسح لترومان نفسه مجال تبنّي التقسيم (تشرين الأول/أكتوبر 1946)، وهو ما أدى إلى إفشال جميع المحاولات البريطانية الدبلوماسية للتوفيق بين المطالب العربية والمطالب الصهيونية، أو للوصول إلى تفاهم ثنائي بين لندن وواشنطن بشأن حل للقضية الفلسطينية.[96]

Pada saat yang sama, Ben-Gurion menyesuaikan program politiknya dan menunjukkan “kemunduran” dari “Program Biltmore” serta “penerimaan” terhadap pembagian wilayah. Hal ini membuka peluang bagi Truman sendiri untuk mengadopsi gagasan pembagian (Oktober 1946), yang akhirnya menggagalkan semua upaya diplomatik Inggris untuk menengahi tuntutan Arab dan Zionis, atau mencapai kesepahaman bilateral antara London dan Washington mengenai solusi bagi masalah Palestina.5

على هذه الخلفية، أحالت بريطانيا القضية على هيئة الأمم في شباط/فبراير 1947، وأعلنت عشية قرار التقسيم نيتها الانسحاب من البلد في أيار/مايو 1948.

Dengan latar belakang ini, Inggris menyerahkan masalah Palestina kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Februari 1947, dan pada malam menjelang keputusan pembagian, mengumumkan niatnya untuk mundur dari Palestina pada Mei 1948.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Palestine Studies

Catatan Kaki

  1. Ibid., hlm. 399/979.
  2. Ibid., hlm. 400/980.
  3. Ibid., hlm. 400/981.
  4. Ibid., hlm. 401/982.
  5. Ibid., hlm. 402/983.


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.