Permukiman Israel: Wajah Lain dari Proses Pendudukan (1)



المستوطنات الإسرائيلية الوجه الآخر لعملية الاحتلال

Permukiman Israel: Wajah Lain dari Proses Pendudukan (Bagian Pertama)

Oleh : Nabil Al-Sahli

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Permukiman Israel: Wajah Lain dari Proses Pendudukan ini termasuk dalam Kategori Sejarah Palestina

تركز الحديث خلال الأشهر القليلة الماضية على قضية المستوطنات الإسرائيلية في الأراضي الفلسطينية، وأهمية تفكيكها باعتباره أحد رموز ومعالم الاحتلال.

Dalam beberapa bulan terakhir, pembicaraan berfokus pada isu permukiman Israel di tanah Palestina, serta pentingnya pembongkarannya karena dianggap sebagai salah satu simbol dan tanda pendudukan.

وفي ظل مطالبة إدارة باراك أوباما بتجميد الاستيطان الإسرائيلي في الضفة الغربية، ورفض حكومة نتنياهو لذلك، برزت ضرورة ملحة لتوضيح فكرة وفلسفة الاستيطان الإسرائيلي في فلسطين في سياقها التاريخي، إذ يعتبر الاستيطان الإسرائيلي الوجه الآخر لعلمية الاحتلال، المكمل لتهويد الأرض الفلسطينية وتفريغها من سكانها العرب.

Dengan adanya tuntutan pemerintahan Barack Obama untuk membekukan pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat, yang ditolak oleh pemerintahan Netanyahu, muncul kebutuhan mendesak untuk menjelaskan ide dan filosofi permukiman Israel di Palestina dalam konteks sejarahnya. Permukiman Israel dianggap sebagai wajah lain dari proses pendudukan, yang melengkapi upaya men-Yahudi-kan tanah Palestina dan mengosongkannya dari penduduk Arab.

وترى الأدبيات الصهيونية في المستوطنات مرتكزًا أساسيًّا لإستراتيجية السيطرة الديموغرافية والسيطرة على الأرض، ناهيك عن كونها الحزام الأمني والاقتصادي للمجتمع الصهيوني.

Literatur Zionis memandang permukiman sebagai landasan utama strategi pengendalian demografi dan penguasaan tanah, di samping perannya sebagai sabuk keamanan dan ekonomi bagi masyarakat Zionis.

وترمي تلك المستوطنات إلى توطين أكبر عدد من المهاجرين اليهود في الأراضي الفلسطينية للإخلال بالميزان الديموغرافي لصالح التهويد في نهاية المطاف.

Permukiman tersebut bertujuan untuk menempatkan sebanyak mungkin imigran Yahudi di tanah Palestina, dengan maksud merusak keseimbangan demografis demi kepentingan Yahudisasi pada akhirnya.

وقد تم إخضاع النشاط الاستيطاني الإسرائيلي لمنهاج تدريجي في عملية توسع غير محدد برقعة واضحة دل عليها بشكل جلي تصريح بن غوريون “حدود إسرائيل ستعينها الأجيال القادمة”.

Aktivitas permukiman Israel dijalankan secara bertahap dalam proses ekspansi yang tidak memiliki batas wilayah yang jelas, sebagaimana ditegaskan oleh pernyataan Ben-Gurion: “Batas Israel akan ditentukan oleh generasi mendatang.”

فكرة الاستيطان

Gagasan Permukiman

تشير الدراسات التاريخية إلى أن فكرة الاستيطان في فلسطين بدأت تلوح في الأفق، بعد ظهور حركة الإصلاح الديني على يد مارتن لوثر في أوروبا، حيث بدأ أصحاب المذهب البروتستانتي الجديد ترويج فكرة تقضي بأن اليهود ليسوا جزءا من النسيج الحضاري الغربي، لهم ما لهم من الحقوق وعليهم ما عليهم من الواجبات، وإنما هم شعب الله المختار، وطنهم المقدس فلسطين، ويجب أن يعودوا إليه.

Kajian sejarah menunjukkan bahwa gagasan permukiman di Palestina mulai tampak setelah munculnya gerakan reformasi agama oleh Martin Luther di Eropa. Penganut mazhab Protestan baru mulai menyebarkan ide bahwa orang Yahudi bukan bagian dari tatanan peradaban Barat, melainkan umat pilihan Tuhan dengan tanah suci mereka di Palestina, dan mereka harus kembali ke sana.

وكانت أولى الدعوات لتحقيق هذه الفكرة ما قام به التاجر الدانماركي أوليغربولي عام 1695 حين أعدّ خطةً لتوطين اليهود في فلسطين، وقام بتسليمها إلى ملوك أوروبا في ذلك الوقت.

Seruan pertama untuk mewujudkan ide ini datang dari seorang pedagang Denmark bernama Oliger Paulli pada tahun 1695, ketika ia menyusun rencana untuk menempatkan orang-orang Yahudi di Palestina dan menyerahkannya kepada raja-raja Eropa pada masa itu.

Oliger Paulli
Oliger Paulli

وفي عام 1799 كان الإمبراطور الفرنسي نابليون بونابرت أول زعيم دولة يقترح إنشاء دولة يهودية في فلسطين أثناء حملته الشهيرة على مصر وسوريا.

Pada tahun 1799, Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte menjadi pemimpin negara pertama yang mengusulkan pembentukan negara Yahudi di Palestina, saat kampanye terkenalnya ke Mesir dan Suriah.

وفي القرن التاسع عشر، اشتدت حملة الدعوات للمشروع الاستيطاني اليهودي في فلسطين، وانطلقت هذه الدعوات من أوروبا مستغلة المناخ السياسي السائد حول الأطماع الاستعمارية الأوروبية في تقسيم ممتلكات الرجل المريض (الدولة العثمانية) التي عرفت حينئذ بالمسألة الشرقية.

Pada abad ke-19, seruan untuk proyek permukiman Yahudi di Palestina semakin gencar. Seruan ini muncul dari Eropa dengan memanfaatkan iklim politik saat itu yang dipenuhi ambisi kolonial Eropa untuk membagi-bagi wilayah “orang sakit Eropa” (yakni Kekaisaran Utsmani), yang kala itu dikenal dengan istilah Masalah Timur.

وقد تولى أمر هذه الدعوات عدد من زعماء اليهود وغيرهم، أمثال اللورد شاتسبوري الذي دعا إلى حل المسألة الشرقية عن طريق استعمار اليهود لفلسطين، بدعم من الدول العظمى، ساعده في ذلك اللورد بالمرستون (1856-1784) الذي شغل عدة مناصب منها، وزير خارجية بريطانيا، ثم رئيس مجلس وزرائها حين قام بتعيين أول قنصل بريطاني في القدس عام 1838 وتكليفه بمنح الحماية الرسمية لليهود في فلسطين، كما طلب من السفير البريطاني في القسطنطينية التدخل لدى السلطان العثماني للسماح لليهود بالهجرة إلى فلسطين.

Sejumlah tokoh Yahudi maupun non-Yahudi mengemban seruan ini, di antaranya Lord Shaftesbury, yang menyerukan penyelesaian Masalah Timur melalui kolonisasi Yahudi atas Palestina dengan dukungan kekuatan besar. Ia dibantu oleh Lord Palmerston (1784–1856) yang pernah menduduki berbagai jabatan, termasuk Menteri Luar Negeri Inggris, lalu Perdana Menteri. Pada tahun 1838, Palmerston mengangkat konsul Inggris pertama di Yerusalem dan menugaskannya untuk memberikan perlindungan resmi kepada orang Yahudi di Palestina. Ia juga meminta duta besar Inggris di Konstantinopel untuk mendesak Sultan Utsmani agar mengizinkan orang Yahudi bermigrasi ke Palestina.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : al Jazeera



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.