الآيات القرآنية في رؤية الله في الآخرة
Ayat-Ayat Al Quran tentang Melihat Allah di Akhirat (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Ayat Al Quran tentang Melihat Allah di Akhirat ini masuk dalam Kategori Aqidah
والآيةُ الثانيةُ: يونس (٢٦)
Ayat Kedua: (Surah Yunus ayat 26)
{للذين أحسنوا الحسنى وزيادة} (يونس:٢٦)
Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahan. (Surah Yunus ayat 26).
قال أهلُ التفسيرِ: الزيادةُ النظرُ إلى وجهِ الله، ويؤيِّدُ هذا التفسيرَ ما رواهُ مسلمٌ عن صهيبٍ الروميِّ – رضيَ اللهُ عنه – أنَّ رسولَ اللهِ – صلى اللهُ عليه وسلم – تلا هذه الآية: {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ}.
Para ahli tafsir menjelaskan: yang dimaksud “tambahan” adalah memandang Wajah Allah. Penafsiran ini diperkuat oleh riwayat Muslim dari Shuhaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat: {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ}.
وقال: (إذا دخلَ أهلُ الجنةِ الجنَّةَ، وأهلُ النارِ النارَ، نادى مُنادٍ: يا أهلَ الجنةِ، إنَّ لكم عندَ اللهِ موعدًا يُريدُ أن يُنجزَكموه. فيقولون: وما هو؟ ألم يُثقِّلْ موازينَنا، ويُبيِّضْ وجوهَنا، ويُدخِلْنا الجنةَ، ويُزحزِحْنا عنِ النارِ؟ قال: فيكشفُ لهمُ الحجابَ، فينظرون إليه، فواللهِ ما أعطاهُمُ اللهُ شيئًا أحبَّ إليهم من النظرِ إليه، ولا أقرَّ لأعينِهم).
Beliau bersabda: “Apabila penghuni surga telah masuk surga, dan penghuni neraka telah masuk neraka, seorang penyeru berseru: ‘Wahai penghuni surga, sesungguhnya kalian memiliki janji di sisi Allah yang hendak Dia tunaikan.’ Mereka bertanya: ‘Apakah itu? Bukankah Allah telah memberatkan timbangan kami, memutihkan wajah kami, memasukkan kami ke surga, dan menjauhkan kami dari neraka?’ Maka hijab pun disingkapkan, lalu mereka memandang kepada-Nya. Demi Allah, tidak ada sesuatu yang Allah berikan kepada mereka yang lebih mereka cintai daripada memandang kepada-Nya, dan tidak ada yang lebih menyejukkan mata mereka.” (Hadits Riwayat Imam Muslim).
والآيةُ الثالثةُ: القيامة (٢٣)
Ayat Ketiga: (Surah al Qiyamah ayat 23)
{وجوه يومئذ ناضرة إلى ربها ناظرة} (القيامة:٢٣)
Pada hari itu wajah-wajah (orang beriman) berseri-seri; kepada Rabbnya mereka memandang. (Surah al Qiyamah ayat 23).
وهي واضحةُ الدلالةِ؛ فالمؤمنون يومَ القيامةِ وجوهُهم نضرةٌ مسرورةٌ تنظرُ إلى وجهِ اللهِ سبحانهُ، فيزيدُها ذلك نضارةً وسرورًا.
Ayat ini sangat jelas maknanya: pada Hari Kiamat, wajah orang-orang beriman berseri-seri karena mereka memandang Wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala; dan pandangan itu menambah keceriaan serta kebahagiaan mereka.
والآيةُ الرابعةُ: المطففين (١٥)
Ayat Keempat: (Surah al Mutaffifin ayat 15)
{كلا إنهم عن ربهم يومئذ لمحجوبون} (المطففين:١٥)
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka (orang kafir) benar-benar pada hari itu tertutup (terhalang) dari (melihat) Rabb mereka. (Surah al Mutaffifin ayat 15).
وهي أيضًا واضحةُ الدلالةِ؛ إذْ أخبرَ سبحانهُ أنَّ الكفّارَ محجوبونَ عن رؤيتِهِ، ممّا يدلُّ بمفهومِ المخالفةِ على أنَّ المؤمنين غيرُ محجوبين.
Ayat ini pun jelas dalilnya: Allah mengabarkan bahwa orang-orang kafir terhalang dari melihat-Nya; maka dengan mafhum mukhalafah, orang-orang beriman tidak terhalang dari melihat-Nya.
حُجَجُ مَن نَفَى رُؤيَتَهُ سبحانه
Hujjah Pihak yang Menafikan Ru’yah (Melihat Allah)
وفي المقابلِ كان للقائلينَ بنفيِ الرؤيةِ بعضُ الظواهرِ التي استشهدوا بها، وذلكَ في خمسِ آياتٍ:
Di sisi lain, kelompok yang menafikan ru’yah mengemukakan sejumlah dalil lahiriah dari lima ayat Al Quran berikut.
{وإذ قلتم يا موسى لن نؤمن لك حتى نرى الله جهرة فأخذتكم الصاعقة وأنتم تنظرون} (البقرة ٥٥)
Dan (ingatlah) ketika kalian berkata: “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.” Maka kalian disambar halilintar, sedang kalian menyaksikan. (Surah al Baqarah ayat 55).
{فقد سألوا موسى أكبر من ذلك فقالوا أرنا الله جهرة فأخذتهم الصاعقة بظلمهم} (النساء ١٥٣)
Sungguh mereka telah meminta kepada Musa perkara yang lebih besar dari itu; mereka berkata: “Perlihatkan Allah kepada kami dengan nyata.” Maka mereka disambar halilintar karena kezalimannya. (Surah an Nisa ayat 153).
حيثُ قالوا: إنَّ معاقبةَ اللهِ لبني إسرائيلَ بإرسالِ الصاعقةِ عليهم دليلٌ على عِظَمِ ما طلبوا من سؤالِهم رؤيتَه، ولو لم تكنْ رؤيتُه مستحيلةً بل ومحرّمةً لما كانَ لعقابِهم وجهٌ.
Mereka beralasan: hukuman Allah kepada Bani Israil dengan mengirimkan halilintar menunjukkan betapa besar dan tercelanya permintaan mereka untuk melihat Allah; seandainya melihat Allah tidak mustahil bahkan tidak terlarang, tentu tidak ada alasan untuk menghukum mereka.
وهو استدلالٌ مَنقوضٌ بدليلِ أنَّ موسى – عليهِ السلام – سأل ربَّهُ الرؤيةَ فلم يُرسِلِ اللهُ عليهِ صاعقةً ولم يُعاقِبْه، بل بيَّنَ له أنَّهُ لن يراهُ في هذه الدنيا بسببِ ضعفِهِ عن تحمُّلِ ذلك، وضربَ لهُ مثلًا بالجبلِ على عظمتِه كيفَ لمّا تجلّى لهُ تناثرَ واضمحلَّ.
Namun istidlal ini tertolak. Buktinya, Nabi Musa ‘alaihissalam sendiri pernah memohon agar dapat melihat Rabbnya; Allah tidak menimpakan halilintar kepadanya dan tidak menghukumnya, melainkan menjelaskan bahwa di dunia ini ia tidak akan mampu melihat-Nya karena kelemahan manusiawinya, serta memberikan perumpamaan gunung yang hancur saat Allah menampakkan diri kepadanya.
فدلَّ ذلكَ على أنَّ العقوبةَ التي لحقتْ ببني إسرائيلَ ليست جرّاءَ سؤالِهم رؤيتَهُ سبحانه، وإنّما لأنّهم سألوها وقد علموا امتناعَها في الدنيا بما حدثَ لموسى ممّا بلغَهم إيّاه، وزيادةً على ذلكَ فقد كان سؤالُهم بمثابةِ شرطٍ يتوقّفُ عليهِ إيمانُهم: {لن نؤمن لك حتى نرى الله جهرة}، وهو ما استدعى عقوبتَهم وزجرَهم بأشدِّ العقوباتِ.
Maka jelaslah, hukuman atas Bani Israil bukan karena semata-mata mereka meminta ru’yah, melainkan karena mereka memintanya padahal mereka telah mengetahui kemustahilan ru’yah di dunia (berdasarkan berita tentang peristiwa Musa) dan mereka menjadikannya sebagai syarat iman: “Kami tidak akan beriman kepadamu sampai kami melihat Allah dengan nyata.” Sikap itulah yang menyebabkan mereka layak mendapat hukuman dan teguran paling keras.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply