الآيات القرآنية في رؤية الله في الآخرة
Ayat-Ayat Al Quran tentang Melihat Allah di Akhirat (Bagian Ketiga)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Ayat Al Quran tentang Melihat Allah di Akhirat ini masuk dalam Kategori Aqidah
الآيةُ الثالثةُ التي استدلَّ بها نُفاةُ الرؤية
Ayat Ketiga: (Surah al An’am ayat 103)
{لا تدركه الأبصار وهو يدرك الأبصار وهو اللطيف الخبير} (الأنعام:١٠٣)
Pandangan mata tidak dapat mencapai-Nya, tetapi Dia dapat mencapai segala pandangan mata. Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Surah al An’am ayat 103).
قالوا: ونفيُ الإدراكِ هو نفيٌ للرؤية، وليس كذلك، فإنَّ الإدراكَ هو الإحاطةُ، ولا يلزمُ من رؤيتِهِ سبحانه الإحاطةُ به، فنفيُ الإدراكِ لا يلزمُ منه نفيُ الرؤيةِ، فاللهُ يُرى ولا يُدركُ لعظمتِهِ سبحانه.
Mereka beralasan: penafian “idrak” (mencapai) berarti penafian melihat. Namun tidaklah demikian, karena “idrak” bermakna meliputi. Melihat Allah tidaklah berarti meliputi-Nya. Maka penafian “idrak” tidak berarti penafian ru’yah. Allah dapat dilihat, tetapi tidak dapat diliputi karena keagungan-Nya Subhanahu wa Ta’ala.
الآيةُ الرابعةُ: الأعراف (١٤٣)
Ayat Keempat: (Surah al A’raf ayat 143)
{قال رب أرني أنظر إليك قال لن تراني} (الأعراف:١٤٣)
Ia berkata: “Wahai Rabbku, tampakkanlah (Diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.” Allah berfirman: “Engkau sekali-kali tidak akan melihat-Ku (di dunia ini).” (Surah al A’raf ayat 143).
وحملوا “لن” النافيةَ على الإطلاقِ أي: في الدنيا والآخرة، وهو خلافُ ما تقتضيهِ قاعدةُ الجمعِ بين النصوصِ، إذ لا يجوزُ أن نعملَ نصًا ونهملَ آخر. وتطبيقُ هذه القاعدةِ على هذه الآيةِ أن نحملَ هذا النصَّ على نفيِ الرؤيةِ في الدنيا، ونحملَ النصوصَ المصرحةَ بالرؤيةِ في الآخرة، فتستقيمُ جميعُ الآياتِ ولا تتعارضُ.
Mereka memahami kata “lan” (لن تراني) sebagai penafian mutlak, baik di dunia maupun di akhirat. Padahal itu bertentangan dengan kaidah menggabungkan dalil-dalil. Tidak boleh kita mengamalkan satu nash dan mengabaikan nash lain. Dengan menerapkan kaidah ini, ayat tersebut dipahami sebagai penafian ru’yah di dunia, sementara nash-nash lain yang menegaskan ru’yah di akhirat tetap berlaku. Dengan itu, seluruh ayat selaras dan tidak saling bertentangan.
وقولُ موسى – عليه السلام –: {تبتُ إليك وأنا أولُ المؤمنين} أي من سؤالي ما لا يحقُّ لي في الدنيا.
Ucapan Musa ‘alaihissalam: {تبتُ إليك وأنا أولُ المؤمنين} bermakna, ia bertaubat dari permintaan yang tidak patut diminta di dunia.
الآيةُ الخامسةُ: الفرقان (٢١)
Ayat Kelima: (Surah al Furqan ayat 21)
{وقال الذين لا يرجون لقاءنا لولا أنزل علينا الملائكة أو نرى ربنا لقد استكبروا في أنفسهم وعتوا عتوا كبيرا} (الفرقان:٢١)
Dan berkatalah orang-orang yang tidak mengharapkan perjumpaan dengan Kami: “Mengapa tidak diturunkan kepada kami malaikat, atau (mengapa) kami tidak melihat Rabb kami?” Sungguh mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas dengan melampaui batas yang besar. (Surah al Furqan ayat 21).
واستكبارُهم هذا لا لامتناعِ الرؤيةِ في نفسها، ولكن لطلبِهم ما لا يحلُّ لهم ولا يستحقُّونه، فاللهُ سبحانهُ إنما اختصَّ المؤمنينَ برؤيتِهِ في الآخرةِ وليس في الدنيا، فكيفَ يُعطي اللهُ الكفارَ ما حَرَمَ منه المؤمنين؟!
Kesombongan mereka bukanlah karena mustahilnya ru’yah pada zatnya, melainkan karena mereka meminta sesuatu yang tidak halal bagi mereka dan tidak pantas untuk mereka. Allah hanya mengkhususkan orang-orang beriman dengan karunia melihat-Nya di akhirat, bukan di dunia. Maka bagaimana mungkin Allah memberi karunia itu kepada orang kafir, padahal Dia menghalangi karunia itu dari orang beriman di dunia?!
ثم إنَّ الكفارَ طلبوا رؤيةَ اللهِ كشرطٍ للإيمانِ، وهو شرطٌ يُخالفُ مقتضى التكليفِ الذي هو الإيمانُ بالغيبِ. وأمرَ اللهُ عبادَهُ أن يؤمنوا به غيبًا، وطلبُهم مشاهدتَه إلغاءٌ لهذا التكليفِ. فكانَ تعنّتُهم وطلبُهم ما ليسَ لهم دليلَ استكبارِهم وعتوِّهم وغضبِ اللهِ عليهم.
Selain itu, orang-orang kafir menjadikan ru’yah sebagai syarat keimanan mereka. Padahal syarat itu bertentangan dengan esensi taklif, yaitu iman kepada perkara ghaib. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk beriman kepada-Nya secara ghaib. Permintaan mereka untuk melihat Allah adalah pembatalan terhadap taklif itu. Maka sikap keras kepala dan tuntutan mereka terhadap sesuatu yang bukan hak mereka adalah bukti kesombongan dan kedurhakaan mereka, sehingga mereka berhak mendapat murka Allah.
الخاتمة
Penutup
بهذا الاستعراضِ لآياتِ الكتابِ العزيزِ في إثباتِ الرؤيةِ وذكرِ حُجَّةِ مَن نفاها، يتبيَّنُ بما لا يدعُ مجالًا للشكِّ أنَّ الحقَّ مع مَن أثبتها، وهي عقيدةٌ أجمعَ عليها الصحابةُ الكرامُ وتواترت بها الأحاديثُ النبويةُ.
Dengan menelaah seluruh ayat Al Quran tentang penetapan ru’yah, serta menyebutkan hujjah orang yang menolaknya, maka tampaklah tanpa keraguan bahwa kebenaran berada pada pihak yang menetapkan ru’yah. Inilah akidah yang disepakati oleh para sahabat mulia dan diriwayatkan secara mutawatir dalam hadits-hadits Nabi.
ويبقى السؤالُ لمَن نفى الرؤيةَ يومَ القيامةِ: كيفَ أنَّ اللهَ يكشفُ كلَّ الحقائقِ في ذلكَ اليومِ، فيرى الناسُ الملائكةَ والجنةَ والنارَ والحسابَ والميزانَ والصراطَ وكلَّ ما أخبرَ اللهُ عنه، وتبقى أعظمُ الحقائقِ خافيةً لا تُرى؟!
Tinggallah sebuah pertanyaan bagi mereka yang menolak ru’yah di Hari Kiamat: bagaimana mungkin Allah menyingkap seluruh hakikat pada hari itu—manusia dapat melihat malaikat, surga, neraka, hisab, mizan, shirath, dan semua yang Allah kabarkan—namun justru hakikat terbesar, yaitu melihat Allah, tetap tersembunyi dan tidak terlihat?!
إنَّ حرمانَ المؤمنينَ من رؤيةِ اللهِ سبحانه – وفقَ رأيِ مَن نفى الرؤيةَ – هو أعظمُ عذابٍ لهم، ومهما أُعطوا من ملذّاتٍ وطيّباتٍ لن يكونَ نعيمُهم كاملًا ما لم يَكمُلْ برؤيتِهِ سبحانه. فلطالما اشتاقَ المُشتاقونَ لرؤيتِهِ، ولطالما صبروا على مشقّاتِ الدنيا وصعوباتِ الحياةِ طلبًا للقائه، فكيفَ يُحرَمونَ من أعظمِ ما أرادوا وتمنَّوا!!
Sesungguhnya menghalangi orang beriman dari melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala—menurut pendapat yang menolak ru’yah—adalah siksaan terbesar bagi mereka. Sebanyak apa pun kenikmatan dan kelezatan yang mereka dapatkan, tidak akan sempurna kecuali dengan melihat Allah. Betapa banyak orang beriman merindukan ru’yah itu, betapa mereka bersabar menanggung beratnya dunia dan kesulitan hidup demi mengharap perjumpaan dengan-Nya. Maka bagaimana mungkin mereka dihalangi dari anugerah terbesar yang mereka rindukan dan dambakan?!
Alhamdulillah, selesai rangkaian artikel 3 (Tiga) Seri
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply