مخططات “التنظيم” الإسرائيلية: الأداة الكامنة لدمج الأراضي الفلسطينية المحتلة في إسرائيل
Rencana “Tanzhim” Israel: Alat Tersembunyi untuk Mengintegrasikan Tanah Palestina yang Diduduki ke dalam Israel (Bagian Kedua Puluh)
Penulis: Ali al-Jarbawi dan Rami Abdul Hadi
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Rencana “Tanzhim” Israel ini masuk dalam Kategori Sejarah Palestina
المخطط الهيكلي لقرية طلوزة
Rencana Tata Ruang Desa Taluzah
لتوضيح أبعاد ومخاطر تمرير السلطة المحتلة للمخططات الهيكلية للقرى الفلسطينية، قررنا عرض وضع قرية طلوزة، والتي تم اختيارها عشوائياً (بسحب القرعة) من مجموعة القرى التي قام مجلس التنظيم الأعلى بالتصديق النهائي على مخططاتها الهيكلية.
Untuk menjelaskan dimensi dan bahaya dari disahkannya rencana tata ruang desa-desa Palestina oleh otoritas pendudukan, kami memilih untuk menampilkan kondisi Desa Taluzah, yang dipilih secara acak (melalui undian) dari kelompok desa yang rencana tata ruangnya telah disahkan secara final oleh Dewan Perencanaan Tertinggi.
تقع قرية طلوزة على بعد 6 كلم تقريباً إلى الشمال الشرقي من مدينة نابلس، وبمحاذاة الطريق المؤدية منها إلى الأغوار الشمالية. وتبلغ مساحة الأراضي الزراعية التابعة للقرية نحو 58 كيلومتراً مربعاً (58 ألف دونم). وبينما وصل عدد أهالي طلوزة، وفقاً لإحصاء سنة 1961، إلى 1667 نسمة، بلغ عدد المقيمين فيها 2182 نسمة عند إجراء الإحصاء السكاني من قبل السلطة المحتلة أواخر سنة 1967. وبناء على الحسابات الديموغرافية الخاصة بالأراضي الفلسطينية المحتلة، يقدر عدد أهالي طلوزة المقيمين فيها الآن بنحو 4000 نسمة. وعند دراستنا للناحية العمرانية في القرية، وجدنا أن مبانيها تنتشر حالياً على مساحة 600 دونم، وأن الانتشار العمراني للقرية يتجه بصورة رئيسية نحو الشمال والشرق، وخصوصاً على جانبي الطريق المؤدي إلى منطقة عين الباذان.
Desa Taluzah terletak sekitar 6 km di timur laut Kota Nablus, di sepanjang jalan menuju Lembah Yordan bagian utara. Luas lahan pertanian desa ini sekitar 58 km² (58.000 dunam). Menurut sensus tahun 1961, jumlah penduduk Taluzah mencapai 1.667 jiwa, sementara menurut sensus yang dilakukan otoritas pendudukan pada akhir tahun 1967, jumlah penduduk yang tinggal di sana adalah 2.182 jiwa. Berdasarkan perhitungan demografi khusus wilayah Palestina yang diduduki, jumlah penduduk Taluzah yang tinggal di desa ini saat ini diperkirakan sekitar 4.000 jiwa. Dari sisi tata ruang, bangunan desa kini menempati area seluas 600 dunam, dengan pola pertumbuhan utama ke arah utara dan timur, terutama di sepanjang jalan menuju daerah ‘Ain al-Badhan.
لكن لا بد من الإشارة، قبل الخوض في تفاصيل حالة طلوزة، إلى أن التخطيط الهيكلي لأي تجمع سكاني يعتمد أساساً على دراسة الواقع القائم ضمن المعطيات المؤثرة فيه من النواحي العمرانية والاجتماعية والاقتصادية. ويهدف ذلك إلى تحديد المشكلات التي تواجه التجمع السكاني في قيد الدراسة، ووضع الحلول التي تتوافق مع طبيعة المجتمع وعاداته وتقاليده، وتتلاءم مع متطلبات وتطلعات تنميته المستقبلية. وعلى هذا الأساس، فإن التخطيط الهيكلي السليم يجب أن يستند إلى دراسة مسحية دقيقة لكل جوانب الحياة داخل التجمع السكاني، وذلك كي يبنى المخطط على أسس سليمة وملائمة لاستشراف وتحديد اتجاه مسار التطور المستقبلي ومواصفاته.
Namun perlu dicatat, sebelum membahas detail kasus Taluzah, bahwa perencanaan tata ruang untuk setiap komunitas penduduk pada dasarnya harus bertumpu pada kajian kondisi nyata yang memengaruhinya dari aspek tata ruang, sosial, dan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi komunitas tersebut dan merumuskan solusi yang sesuai dengan sifat masyarakat, tradisi, serta kebutuhan dan harapan perkembangannya di masa depan. Dengan dasar itu, perencanaan tata ruang yang baik harus dibangun atas kajian lapangan yang cermat terhadap seluruh aspek kehidupan dalam komunitas, agar rencana tersebut berdiri di atas landasan yang sehat dan mampu mengarahkan perkembangan masa depan secara tepat.
وبالأخذ في الاعتبار طبيعة قرية طلوزة الريفية، واشتغال معظم أهلها بالزراعة وارتباطهم العضوي بها، فإن إعداد مخطط هيكلي سليم ومطابق لتوقعات التطور المستقبلي يجب أن ينطلق من مراعاة عدة عوامل بنيوية أساسية:
Dengan mempertimbangkan sifat Desa Taluzah yang bersifat pedesaan, di mana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan memiliki keterikatan erat dengannya, maka penyusunan rencana tata ruang yang baik dan sesuai dengan proyeksi perkembangan masa depan harus memperhatikan beberapa faktor struktural utama.
أولاً، أن الريفيين عامة، والفلاحين الفلسطينيين تحديداً، يتميزون بالتمسك بملكية الأرض، والاحتفاظ بها للاستعمالات الزراعية والعمرانية الخاصة. ويلاحظ بصورة عامة أن سوق الأراضي في الريف الفلسطيني تتسم بالركود مقارنة معه في المدن، وذلك لأن الفلاح الفلسطيني لا يلجأ إلى بيع أرضه إلا في أقصى الحالات الطارئة.
Pertama, masyarakat pedesaan pada umumnya, dan petani Palestina khususnya, dikenal sangat menjaga kepemilikan tanah serta mempertahankannya untuk keperluan pertanian maupun pembangunan pribadi. Secara umum, pasar tanah di pedesaan Palestina cenderung stagnan dibandingkan dengan kota, karena petani Palestina hanya menjual tanahnya dalam keadaan darurat.
وثانياً، ونظراً إلى محدودية بيع الأراضي في القرى الفلسطينية، فإن عملية البناء لتلبية حاجات التوسع الأسري غالباً ما تتم على الأراضي التي تملكها الأسرة، ولو كانت هذه الأراضي بعيدة عن منطقة الكثافة السكانية والخدمات العامة.
Kedua, karena terbatasnya jual-beli tanah di desa-desa Palestina, maka pembangunan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi keluarga biasanya dilakukan di atas tanah milik keluarga, meskipun tanah itu jauh dari pusat kepadatan penduduk atau layanan umum.
وثالثاً، باستثناء منطقة مركز القرية، وهي منطقة البناء القديم على الأسس التقليدية، فإن الريفيين ينزعون في العادة إلى إحاطة مبانيهم السكنية الجديدة بمساحات أرض كبيرة نسبياً، بهدف استغلالها لأغراض الاقتصاد المنزلي. وتؤدي هذه النزعة إلى استمرار وجود فراغات واسعة من الأراضي داخل القرى لا يحبذ استخدامها لأغراض البناء السكني.
Ketiga, kecuali di pusat desa yang merupakan kawasan bangunan lama dengan pola tradisional, masyarakat desa biasanya membangun rumah baru dengan pekarangan yang relatif luas, agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan ekonomi rumah tangga. Hal ini mengakibatkan tetap adanya lahan kosong yang luas di dalam desa yang kurang disukai untuk dijadikan bangunan hunian.
ورابعاً، إن إمكان توسع البناء الريفي عمودياً قليل، بمعنى أن الفلاحين يفضلون إبراز استقلالهم ببناء بيوت بعضها مستقل عن بعض. ولذلك، فإن التوسع العمراني في القرى لا بد من أن يأخذ بعداً أفقياً أكثر منه عمودياً.
Keempat, potensi perluasan bangunan pedesaan secara vertikal sangat terbatas; para petani lebih suka menunjukkan kemandiriannya dengan membangun rumah yang terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, ekspansi pembangunan di desa lebih bersifat horizontal daripada vertikal.
وأخيراً يجدر الانتباه إلى أن توزيع ملكية الأرض في القرى الفلسطينية يرتبط، إلى حد كبير، بالتركيبة الاجتماعية والتقسيم الحمولي. فغالباً ما تتركز الأراضي التابعة لحمولة معينة في منطقة واحدة، وعليه فإن أراضي القرى غالباً ما تكون مقسومة مناطقياً بين الحمائل. وعلى هذا الأساس، ينبغي لخبراء التخطيط مراعاة هذه المسألة عند إعداد المخططات الهيكلية للقرى، لتمكين أكبر قطاع من المواطنين (ملاكين كبار وصغار وتجمعات حمولية) من الاستفادة من أراضيهم لأغراض البناء الآني والمستقبلي. فحتى لو كان النمو العمراني الحالي لقرية ما يسير في اتجاه معين، فإن ذلك لا يشكل بالضرورة دليلاً قاطعاً على اتجاه المسار العمراني المستقبلي؛ فقد يعبر الاتجاه الحالي للعمران عن القدرة المادية لأبناء حمولة معينة على البناء حالياً. لكن هذا، طبعاً، لا يستثني على الإطلاق إمكانات أبناء الحمائل الأخرى في البناء المستقبلي على أراضيهم.
Terakhir, perlu dicatat bahwa distribusi kepemilikan tanah di desa Palestina sangat terkait dengan struktur sosial dan pembagian berdasarkan kabilah (hamulah). Tanah milik satu kabilah biasanya terkonsentrasi di wilayah tertentu, sehingga tanah desa sering terbagi-bagi secara geografis antar-kabilah. Karena itu, para ahli perencanaan harus memperhatikan faktor ini saat menyusun rencana tata ruang desa, agar sektor masyarakat yang lebih luas (pemilik besar, kecil, dan kelompok kabilah) dapat memanfaatkan tanah mereka untuk pembangunan saat ini maupun di masa depan. Sebab meskipun pertumbuhan permukiman saat ini di sebuah desa mengarah ke satu arah tertentu, hal itu tidak selalu mencerminkan arah perkembangan jangka panjang; bisa jadi arah saat ini hanya menunjukkan kemampuan finansial kabilah tertentu untuk membangun sekarang, namun tentu saja hal ini tidak meniadakan kemungkinan kabilah lain membangun di tanah mereka pada masa depan.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber: Majalah ad Dirasaat Al Filisthiniyyah Edisi Musim Semi Tahun 1990
Leave a Reply