حكم الشرع في الضرائب والجمارك
Hukum Syariat tentang Pajak dan Bea Cukai (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Hukum Syariat tentang Pajak dan Bea Cukai ini termasuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah
ومِن ثَمَّ فإنه قد ثبتَ في مال المسلم الغني حقٌّ غير الزكاة، لا سيما في ظل احتياج المجتمع إلى هذه الأموال، وهذا هو المعنى الحقيقي للتكافل والتضامن الاجتماعي.
Dengan demikian, telah tetap adanya hak selain zakat dalam harta seorang muslim yang kaya, terutama ketika masyarakat membutuhkan harta tersebut. Inilah makna hakiki dari prinsip ta’āwun (saling menolong) dan solidaritas sosial.
فالتضامن الاجتماعي فريضة، فإن من حق المجتمع على الفرد التعاون على إقامة مصالح الدولة كافة، ولجماعة المسلمين حق في مال الفرد؛ لأنه لم يكسب ماله إلا بها، وهي التي ساهمت من قريب ومن بعيد، وعن قصد وغير قصد، في تكوين ثروة الغني، وهي التي بدونها لا تتم معيشته كإنسان في المدينة.
Solidaritas sosial adalah kewajiban. Masyarakat memiliki hak atas individu agar turut bekerja sama dalam menegakkan kepentingan negara secara menyeluruh. Kaum muslimin memiliki hak dalam harta setiap individu, sebab ia tidak memperoleh hartanya kecuali dengan keberadaan masyarakat itu, baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari ataupun tidak, masyarakatlah yang berperan dalam terbentuknya kekayaan orang kaya. Tanpa masyarakat, kehidupannya sebagai manusia dalam komunitas tidak akan sempurna.
فإذا كان في الدولة الإسلامية محتاجون لم تكفهم الزكاة، أو كانت مصلحة الجماعة وتأمينها عسكريًّا أو اقتصاديًّا تتطلب مالًا لتحقيقها، أو كان دِين الله ودعوته وتبليغ رسالته يحتاج إلى مال لإقامة ذلك، فإن الواجب الذي يحتمه الإسلام أن يُفْرَض في أموال الأغنياء ما يحقِّق هذه الأمور؛ لأن تحقيقها واجب على ولاة الأمر في المسلمين، ولا يتم هذا الواجب إلا بالمال، ولا مال بغير فرض الضرائب، وما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب.
Apabila dalam negara Islam terdapat orang-orang yang membutuhkan sementara zakat tidak mencukupi, atau kepentingan umat dan penjagaannya secara militer maupun ekonomi membutuhkan dana, atau agama Allah, dakwah, serta penyampaian risalah-Nya membutuhkan dana untuk menegakkannya, maka kewajiban yang ditetapkan Islam adalah memungut harta dari orang-orang kaya demi merealisasikan hal tersebut. Sebab, merealisasikannya adalah kewajiban para pemimpin umat, dan kewajiban itu tidak dapat terlaksana kecuali dengan harta, sementara harta tidak akan terhimpun kecuali melalui penetapan pajak. Kaidahnya: sesuatu yang menjadi sarana pelaksanaan kewajiban, hukumnya juga wajib.
وكذلك فإن من القواعد الفقهية الكلية المقررة عند العلماء: أنه “يُتَحَمَّلُ الضرر الخاص لدفع الضرر العام”، وأنه “يجب تحمل الضرر الأدنى لدفع ضرر أعلى وأشد”. انظر: “الأشباه والنظائر” لابن نجيم الحنفي (ص: 87).
Demikian pula, di antara kaidah fiqh universal yang disepakati para ulama adalah : “Menanggung mudarat kecil untuk mencegah mudarat yang lebih besar.” dan “Harus menanggung mudarat yang lebih ringan untuk mencegah mudarat yang lebih besar dan lebih berat.” Lihat: al-Asybah wa an-Nazāir karya Ibnu Nujaym al-Hanafi (hlm. 87). 1
ولا ريب أن هذه القواعد الفقهية لا يؤدِّي إعمالها إلى إباحة الضرائب فحسب، بل يُحتم فَرْضها وأخْذها؛ تحقيقًا لمصالح الأمة والدولة، ودرءًا للمفاسد والأضرار والأخطار عنها.
Tidak diragukan lagi bahwa penerapan kaidah-kaidah fiqh tersebut tidak hanya menjadikan pajak boleh, tetapi justru mewajibkan penetapan dan pemungutannya demi merealisasikan kemaslahatan umat dan negara serta mencegah kerusakan, bahaya, dan ancaman terhadapnya.
يقول الإمام ابن حزم في “المحلى” (٦/ ١٥٦): [وفُرِضَ على الأغنياء من أهل كل بلد أن يقوموا بفقرائهم، ويُجْبِرهم السلطان على ذلك إن لم تقم الزكوات بهم] اهـ.
Imam Ibn Hazm dalam al-Muḥallā (6/156) berkata: “Wajib atas orang-orang kaya dari setiap negeri untuk menanggung orang-orang fakir di negeri mereka, dan penguasa berhak memaksa mereka jika zakat tidak mencukupi.”
ومن القواعد المقررة أيضًا: أن “الضرورة تُقَدَّر بقدرها”؛ فيجب ألا يتجاوز بالضرورة القدر الضروري، وأن يراعَى في وضعها وطُرْق تحصيلها ما يخفف وقعها على الأفراد.
Di antara kaidah lain yang juga ditetapkan adalah: “Darurat itu diukur sesuai kadarnya.” Maka tidak boleh melampaui batas kebutuhan darurat, dan harus diperhatikan dalam penetapan maupun cara pemungutannya agar tidak memberatkan individu.
فالأساس في الضرائب هو تكوين مال للدولة تستعين به على القيام بواجباتها، والوفاء بالتزاماتها، فالأموال التي تجبى من الضرائب تنفق في المرافق العامة التي يعود نفعها على أفراد المجتمع كافة، كالدفاع والأمن والقضاء والتعليم والصحة والنقل والمواصلات والري والصرف، وغيرها من المصالح التي يستفيد منها عامة المواطنين من رعايا الدولة، من قريب أو من بعيد.
Pada dasarnya, pajak adalah sumber dana bagi negara untuk melaksanakan kewajiban dan memenuhi tanggungannya. Harta yang dihimpun dari pajak dibelanjakan pada sarana umum yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat, seperti pertahanan, keamanan, peradilan, pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, irigasi, sanitasi, serta berbagai kepentingan publik lainnya yang dirasakan manfaatnya oleh warga negara, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : Daar al Ifta
Leave a Reply