Tidak Setiap Kritikan ke Penguasa Dianggap Pemberontakan



ليس كل انتقاد لولاة الأمور يعد خروجا عليهم

Tidak Setiap Kritikan ke Penguasa Dianggap Pemberontakan

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Tidak Setiap Kritikan ke Penguasa Dianggap Pemberontakan ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

كما تعلمون أصبحت وسائل الاتصال والمواقع الاجتماعية منتشرة بين الناس، وتصل أحيانا رسائل تعليق على موقف رئيس دولة أو حاكم من دولة أخرى، ومساندته لجهة، ومعارضته لجهة.

Sebagaimana kalian ketahui, sarana komunikasi dan media sosial kini telah tersebar luas di tengah masyarakat. Terkadang muncul pesan komentar tentang sikap seorang presiden atau penguasa dari negara lain, sikapnya yang mendukung pihak tertentu dan menentang pihak lain.

وقد قمت مرة بمشاركة رسالة تعلق على أحدهم، وكيف أنه يتصرف بأمور تخدم المسلمين، وبنفس الوقت فهو يبيح قتل مسلمين آخرين في بلد آخر ويجاهر بذلك. كانت الرسالة تقول له بما معناه: “خاف على الملك. سيزول بإذن الله”

Suatu kali saya ikut membagikan sebuah pesan yang berkomentar tentang salah seorang dari mereka, bahwa ia melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi kaum muslimin, namun di saat yang sama ia menghalalkan pembunuhan terhadap muslim di negeri lain dan menampakkan hal itu secara terang-terangan. Pesan tersebut mengatakan kepadanya kurang lebih: “Takutlah engkau terhadap kekuasaanmu, ia akan sirna dengan izin Allah.”

ثم فكرت أن هذه الرسالة يمكن أن تثير فتنة، فبعد ساعات أزلتها ومنعت مشاركتها من صفحتي. هل يعتبر ذلك نوعا من الخروج على الحاكم الذي هو حرام شرعا؟ 

Kemudian saya berpikir bahwa pesan ini bisa menimbulkan fitnah, maka beberapa jam kemudian saya menghapusnya dan melarang pembagiannya dari laman saya. Apakah hal itu dianggap sebagai bentuk pemberontakan terhadap penguasa yang hukumnya haram ?

دعوت ربي أن يقبل توبتي، وأني لن أنشر أي شيء عن أي حاكم في بلد مستقر ما دام شعبه آمنا، ويعبد الله، وفيه من الأمور ما فيه من أمان المسلمين على دينهم. فهل هذا كاف؟

Saya telah berdoa kepada Rabbku agar menerima taubatku, dan saya bertekad untuk tidak lagi menulis apapun tentang penguasa di negeri yang stabil selama rakyatnya aman, beribadah kepada Allah, dan kaum muslimin mendapatkan jaminan keamanan dalam agamanya. Apakah hal ini sudah cukup?

ثم نزلت على موقعي دعاء أن يهدينا الله ويهدي ولاة أمرنا، ويغفر لنا تقصيرنا وخطأنا دون أن أذكر اسم الحاكم ومن المقصود؛ لأني ألغيت المنشور السابق. 

Kemudian saya menuliskan di laman saya sebuah doa agar Allah memberikan hidayah kepada kami dan kepada para pemimpin kami, serta mengampuni kekurangan dan kesalahan kami, tanpa menyebutkan nama penguasa dan siapa yang dimaksud, karena saya sudah menghapus tulisan sebelumnya.

هل آثم على ما فعلت إذا كان قد شاهده أحد وأخذ به أو علّق عليه؟ وهل علي فعل أي شيء آخر، مع العلم أني مغتربة في هذا البلد، ولي أصدقاء يمكن أن يكونوا شاهدوا المنشور قبل حذفه من نفس هذا البلد

Apakah saya berdosa atas perbuatan itu jika ada orang yang melihatnya lalu mempercayainya atau memberi komentar? Apakah saya harus melakukan hal lain? Saya tinggal di negeri ini dalam keadaan sebagai orang asing, dan saya memiliki teman yang mungkin telah melihat tulisan tersebut sebelum saya hapus.

. أرجوكم أجيبوني. وادعوا لي أن يغفر الله لي خطئي، ما علمت منه وما لم أعلم، وأن يجنبنا الفتن ما ظهر منها وما بطن. وجزاكم الله خيراً.

Tolong jawab pertanyaan saya. Doakanlah agar Allah mengampuni kesalahanku, baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui, serta melindungi kami dari fitnah, yang tampak maupun yang tersembunyi. Jazakumullahu khairan.

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du:

فليس في ما قالته السائلة خروج على الحاكم! وقد صدقت في ما قالت؛ فما من مُلك إلا وسيزول، أو يزول عنه صاحبه. والخروج على ولاة الأمور يسميه الفقهاء بغيًا، وقد سبق لنا بيان الشروط التي يصدق بها هذا الوصف على فئة من الناس، وذلك في الفتوى الأخرى هنا .

Apa yang dikatakan penanya bukanlah bentuk pemberontakan terhadap penguasa! Bahkan benar apa yang ia katakan; tidak ada kekuasaan kecuali akan sirna, atau pemiliknya akan kehilangan kekuasaannya. Adapun pemberontakan terhadap para penguasa disebut oleh para fuqaha sebagai baghy (pembangkangan bersenjata). Kami telah menjelaskan syarat-syarat yang membuat suatu kelompok disebut demikian dalam fatwa lain disini :

كما سبق لنا التنبيه على أن انتقاد الأوضاع الفاسدة وبيان الحق وإنكار المنكر الظاهر، لا يعد بغيا ولا خروجًا على السلطان, وذلك في الفتوىالأخرى هنا

Kami juga telah menjelaskan bahwa mengkritik kondisi rusak, menjelaskan kebenaran, dan mengingkari kemungkaran yang tampak, tidak termasuk baghy dan bukan pula pemberontakan terhadap penguasa. Hal ini telah dijelaskan dalam fatwa lain disini :

وأما التشهير بالحاكم المسلم لمجرد الذم والعيب، فباب من أبواب الفتنة، ولذلك فالأصل فيه المنع، إلا إذا قصِد من ذلك تحصيل مصلحة عامة، وترتب عليه تقليل الشر والفساد، أو زيادة الخير والصلاح؛ وراجعي الفتوى الأخرى هنا

Adapun menjelekkan penguasa muslim semata-mata untuk mencela dan merendahkannya, maka itu termasuk pintu fitnah. Karena itu hukum asalnya adalah dilarang, kecuali jika dimaksudkan untuk meraih kemaslahatan umum, dan dari situ akan muncul berkurangnya keburukan dan kerusakan, atau bertambahnya kebaikan dan perbaikan. Lihat fatwa lain disini

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber : IslamWeb

kritik penguasa | fiqih politik | hukum pemberontakan | kritik sosial | baghy



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.