أوهام الجاهليّة الأولى: الطيرة والتشاؤم
Waham Jahiliyah Pertama: Tathayyur dan Tasya’um (Bagian Kelima)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Waham Jahiliyah Pertama: Tathayyur dan Tasya’um ini masuk dalam Kategori Aqidah
أما عادة التطيّر من الغراب والتشاؤم من صوته فلم تتغير أبداً، كذلك التشاؤم من بعض الطيور كطائر البوم واعتقاد أنه مخبرٌ بالشرّ أو أنه ينعى للسامع نفسه، ولذلك نجد أن هذين الطائرين من الرموز الأساسيّة التي لا غنى عنها في روايات الرعب وقصصه ومنتجاته السينمائيّة.
Adapun kebiasaan merasa sial karena burung gagak dan suaranya tidak pernah berubah. Demikian pula pesimisme terhadap sebagian burung seperti burung hantu, dengan keyakinan bahwa ia membawa kabar buruk atau bahkan “mengumumkan kematian” kepada yang mendengarnya. Karena itu, dua burung ini menjadi simbol pokok yang nyaris tak tergantikan dalam kisah-kisah horor dan produksi film bergenre serupa.
وعلى الجانب الآخر فإن الشرق “أوسطه وأقصاه” زاخرٌ بصور التشاؤم ونماذجه البعيدة كلّ البعد عن العقلانيّة والنضوج الفكريّ والفطريّ، ولا يزال العلماء والمثقفون يعانون من تأثير تلك التصوّرات الباطلة على حياة الناس.
Di sisi lain, di kawasan Timur—baik Timur Tengah maupun Timur Jauh—terdapat begitu banyak bentuk dan contoh pesimisme yang jauh dari nalar serta kedewasaan pikir maupun fitrah. Para ulama dan cendekiawan masih terus dibuat repot oleh dampak gambaran-gambaran keliru ini terhadap kehidupan masyarakat.
فمن ذلك أن كثيراً من الناس يمنعون دخول النساء اللاتي أصابهنّ الحيض على المرأة التي توشك على الوضع، أو حتى على النفساء!، ولو كان دخولهنّ بقصد السلام والتحيّة؛ اعتقاداً منهم أن ذلك من أسباب قطع النسل أو موت الوليد.
Di antaranya, banyak orang melarang perempuan yang sedang haid masuk menemui ibu hamil yang hendak melahirkan, bahkan juga ibu nifas—meskipun hanya untuk memberi salam. Mereka meyakini hal itu dapat menyebabkan terputusnya keturunan atau kematian bayi.
والبعض يتشاءم جداً من رؤية القط الأسود –وليس له ذنبٌ في سواده- أو رؤية كبير السن، فإذا خرج من بيته ورأى واحداً منهما نقض عزمه وعاد إلى بيته، وبالمثل فإن بعض أصحاب المحلاّت التجارية إذا دخل عليه أعور في أوّل يومه تشاءم وأغلق المحلّ اعتقاداً منه بمجانبة التوفيق له سائر يومه وليلته!.
Sebagian orang sangat pesimis ketika melihat kucing hitam—padahal warna hitam itu bukan kesalahan si kucing—atau melihat orang lanjut usia. Jika saat keluar rumah ia melihat salah satunya, ia membatalkan niat dan pulang kembali. Demikian pula sebagian pedagang: bila di awal hari tokonya didatangi seseorang yang buta sebelah, ia merasa sial dan menutup toko, dengan keyakinan hari itu tidak akan membawa keberuntungan baginya.
ومن إرث الجاهليّة الذي لا يزال عالقاً في النفوس ما نسمعه من البعض إذا دخل عليه أحدٌ يكرهه أو طرق طارقٌ بابه أو جاءه اتصال هاتفي على غير موعد إذا به يقول وعلى الفور: “خير يا طير!” لتعيد هذه الكلمة إلى الأذهان عادة زجر الطير التي كان يمارسها العرب وإن لم يقصد القائل ذلك.
Termasuk peninggalan jahiliyah yang masih melekat di hati adalah ungkapan yang masih sering terdengar: ketika seseorang yang tidak disukai datang, atau ada yang mengetuk pintu, atau telepon masuk tiba-tiba, ia spontan berkata, “Khair ya tair!” (Semoga kebaikan, wahai burung!). Ucapan ini mengingatkan kembali pada tradisi menafsirkan pertanda dari burung yang dulu dipraktikkan orang Arab, meskipun si pengucap tidak bermaksud demikian.
ومن الأمثلة الحاضرة في الأذهان: التعامل مع بعض الظواهر الطبيعيّة والأعمال الاعتياديّة باعتبارها مؤشرّات على أحداثٍ خفيّة أو مستقبليّة،كالتعامل مع “طنين الأذن” وتفسيره بوجود غيبةٍ أو نميمية تستهدف صاحب الطنين، أو تفسير “الحكة في اليد اليسرى” كمؤشّر على جائحةٍ ماليّة تستأصل الموارد والمدّخرات، أو اختلاج الجفن أو رمش العين بصورة لا إراديّة واعتقاد أن ذلك فأل شر على صاحبها!.
Contoh yang mudah diingat: memperlakukan fenomena alamiah dan kebiasaan sehari-hari sebagai tanda peristiwa tersembunyi atau masa depan, seperti “telinga berdenging” yang ditafsirkan sebagai tanda ada yang menggunjing atau memfitnah, “gatal di tangan kiri” yang dianggap pertanda malapetaka finansial yang menggerus harta dan tabungan, atau kedutan kelopak mata/berkedip tanpa sadar yang diyakini sebagai isyarat kesialan bagi pemiliknya.
والبعض يعتقد أن فتح المقصّ وغلقه مراراً دون سبب وجيه أنه مؤثّر على مستوى العلاقات الأسريّة وباعثُ على الكراهية والتوتّر بين أفراده، أو يعتقد أن قيام أحد الناس بالتشبيك بين أصابعه أو كسر عودٍ في مجلس عقد النكاح أنه سببٌ في فساد الزيجة، أو يظن أن العبور فوق طفلٍ صغير سببٌ في حدوث الأمراض المستعصية لاحقاً، أو أن اللعب بالمياه والتراشق بها محدثٌ للفرقة والخلاف بين الحاضرين.
Sebagian orang meyakini bahwa membuka dan menutup gunting berulang kali tanpa alasan yang jelas dapat memengaruhi keharmonisan keluarga serta menimbulkan kebencian dan ketegangan di antara anggotanya. Ada pula yang percaya bahwa seseorang yang menyilangkan jari-jemarinya atau mematahkan sebatang ranting saat majelis akad nikah dapat menjadi sebab rusaknya pernikahan. Ada yang mengira bahwa melangkahi anak kecil akan menyebabkan timbulnya penyakit yang sulit disembuhkan di kemudian hari. Bahkan bermain air dan saling memercikkannya dianggap dapat menimbulkan perpecahan dan pertengkaran di antara orang-orang yang hadir.
ومن الغرائب أن يتشاءم البعض من سماع آيات القرآن المتضمّنة للتهديد أو التخويف والوعيد، بل وُجد من الناس من يتجنّب قراءة تلك الآيات خوفاً أن يكون من أهلها!،
Termasuk hal yang aneh, sebagian orang merasa sial ketika mendengar ayat-ayat Al Quran yang mengandung ancaman dan peringatan; bahkan ada yang menghindari membaca ayat-ayat itu karena takut termasuk golongan yang diancam.
وتبلغ الغرابة مداها من قيام بعض السذج والحمقى بالاستقسام بالقرآن!، وصورته أن يفتح المصحف بصورة عشوائيّة، فإذا وقعت عينه على آية فيها ذكر الطيّبات أو وصف الجنّة أو غيرها من الأمور المفرحة استبشر واعتبر أن ذلك فألاً طيّباً وأقدم على مراده، وإن أبصر آية فيها النذير أو ذكر النار أو نحوهما تشاءم وأحجم عما كان يريد،
Keanehan itu memuncak ketika sebagian orang yang polos dan dungu melakukan istiqsām bil-Qur’ān, yakni membuka mushaf secara acak: bila pandangannya jatuh pada ayat yang menyebut kenikmatan atau menggambarkan surga dan hal-hal yang menggembirakan, ia pun berbaik sangka dan menganggapnya pertanda baik lalu melanjutkan keinginannya; namun bila matanya tertumbuk pada ayat peringatan atau sebutan neraka dan semisalnya, ia merasa sial dan mengurungkan niatnya.
وهذا والله من الإلحاد في آي الكتاب والتعامل معها بما لم يأذن به الله، وليس ثمة فرق بينه وبين “الاستقسام بالأزلام”.
Ini—demi Allah—merupakan bentuk penyimpangan terhadap ayat-ayat Kitab dan memperlakukannya dengan cara yang tidak diizinkan Allah. Tidak ada bedanya dengan “istiqsām bil-azlām” (mengundi nasib dengan anak panah).
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply