Ayyatuhaa dan Ayyuhaa : Kaidah Penulisannya dalam Mushaf (2)



أيتها وأيها : قواعد رسمها في المصاحف

Ayyatuhaa dan Ayyuhaa : Kaidah Penulisannya dalam Mushaf (Bagian Kedua)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Ayyatuhaa dan Ayyuhaa : Kaidah Penulisannya dalam Mushaf ini masuk dalam Kategori Ilmu Rasm dan Dhabth

Huruf Yaa Nida

ذَكَرَ أَبُو دَاوُد أَنَّ (يا) الَّتي لِلنِّداءِ حُذِفَ أَلِفُها دائِماً.

Abu Dāwūd menyebutkan bahwa lafaz (يا) yang digunakan untuk panggilan, huruf alif-nya selalu dihapus.

وتُكتَبُ مع ما بَعدَها كَلِمَةً واحِدَةً: ﴿ يَاأَيُّهَا ﴾ حيثُ ما وَقَع،

Dan lafaz tersebut ditulis bersama dengan kata setelahnya menjadi satu kata, yaitu

﴿ يَاأَيُّهَا ﴾

di manapun ia ditemukan.

وأُخِذَت من الإطلاق ولم يُنَصّ عليها.

Hal ini ditetapkan berdasarkan kebiasaan penulisan, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit. 1

قال الشاطبي في باب الحذف في كلماتٍ يُحمل عليها أشباهها:

Asy-Syāṭibī berkata dalam bab penghapusan huruf (ḥadzf), pada kata-kata yang berlaku padanya lafaz-lafaz lain yang serupa dengannya: 2

ومَادَك في كَلِمَاتٍ حذف كُلَّهُم *** وأَجمِل على الشَّكلِ كُلَّ بابٍ مُغَيَّرا

“Dan sepertimu (lafaz ini) termasuk dalam kata-kata yang semuanya dihapus, dan mereka membuat aturan seragam dalam setiap bab yang berbeda-beda.”

(لَكِنْ) (أُوْلَئِكَ) و(النَّبِيِّ) و(ذَلِكَ) (هَـ)
(يـَ) و(السَّلَمِ) مع (النَّبِيِّ) ثُمَّ قَدَّرا

Contohnya adalah lafaz: (لكن), (أولئك), (النبي), (ذلك), (ها), juga (يَـ) dan (السلم) bersama (النبي), yang semuanya ditetapkan dengan kaidah serupa.

قال الحَرَزِيُّ في مورد الظَّمآن:

Al-Ḥarazī dalam Mawrid aẓ-Ẓam’ān berkata:

وما أتى شَبِيهُها أَو نِداءا *** كقَولِه: (هَـــــتَيْنِ) (يَـــــــنِساءَ)

“Dan setiap lafaz yang menyerupainya atau berbentuk panggilan, seperti firman Allah: (هَـــــتَيْنِ) dan (يَـــــــنِساءَ)

ذَكَرَ المَازِرِيُّ في شَرْحِ البَيْتِ: ١٥١ أَنَّ النَّاظِمَ أَخْبَرَ عَنْ شُيُوخِ النَّقْلِ بِحَذْفِ أَلِفِ كُلِّ لَفْظٍ دَالٍّ عَلَى تَنْبِيهٍ أَوْ نِدَاءٍ: ﴿يَاأَيَّتُهَا﴾

Al-Māzirī menyebutkan dalam syarah bait ke-151 3 bahwa penyair (nazhim) mengabarkan dari guru-guru periwayatan tentang penghapusan huruf alif pada setiap lafaz yang menunjukkan makna tanbīh (pemberitahuan/peringatan) atau panggilan, sebagaimana pada lafaz :

“يَاأَيَّتُهَا”.

وقد رأيتُ في المصحفِ الحُسينيِّ، ومُصحفِ طوبِ قابي، ومُصحفِ مكتبةِ باريس برقم: (٥١٢٢)، هذا الموضع: الفجر: ٢٦ يُحذَفُ ألفُ النداءِ الذي بعد الياءِ: ﴿يَأَيَّتُهَا﴾، وهو في يوسف: ٧٠ بإثباتِ الألفِ الذي في آخرِها بعد الهاءِ: ﴿أَيَّتُهَا﴾.

Aku telah melihat pada Mushaf al-Ḥusainī, Mushaf Ṭūb Qābī (Topkapi), dan Mushaf Perpustakaan Paris no. 5112 : pada posisi (Surah Al-Fajr: 26) ditulis dengan menghapus alif panggilan (alif an-nidā’) setelah huruf yā’, sehingga menjadi

يَأَيَّتُهَا

Adapun pada (Surah Yūsuf: 70) ditetapkan alif yang berada di akhir setelah hā’ , yaitu

أَيَّتُهَا

Ayat yang dimaksud :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

Wahai jiwa yang tenang. (Surah Al-Fajr ayat 27)

ثُمَّ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَارِقُونَ

Kemudian berserulah seseorang: “Wahai kafilah, sesungguhnya kalian adalah para pencuri.” (Surah Yūsuf ayat 70)

وَرَأَيْتُ في مُصْحَفِ الرِّياضِ مَوْضِعَ يُوسُفَ: ٧٠ بإثْبَاتِ الأَلِفِ الَّذي في آخِرِها: ﴿أَيَّتُهَا﴾، ومَوْضِعَ الفَجْرِ: ٢٧، ووَرَقَتُهُ مَفْقُودَةٌ مِنَ المُصْحَفِ.

Aku juga melihat pada Mushaf Riyadh: pada tempat (Surah Yūsuf ayat 70) alif yang berada di akhir lafaz itu ditetapkan, yaitu

أَيَّتُهَا

Adapun pada tempat (Surah Al-Fajr ayat 27), halaman yang memuatnya hilang dari mushaf tersebut.

عَدَدُ المُواضِعِ: مَوْضِعانِ فَقَطْ؛ يُوسُفُ: ٧٠، والفَجْرُ: ٢٧، ومَوْضِعُ الفَجْرِ مُنادى فَقَطْ.

Jumlah kemunculannya ada dua saja: (Surah Yūsuf ayat 70) dan (Surah Al-Fajr ayat 27); dan pada tempat Al-Fajr, bentuknya adalah lafaz panggilan (munādā) saja.

Alhamdulillah selesai rangkaian artikel 2 (Dua) Seri

Baca dengan tampilan lebih nyaman di rezandroid : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid

Catatan Kaki

  1. Mukhtaṣar at-Tabyīn li Abī Dāwūd, jilid 4, hlm. 826 dan 833.
  2. ‘Aqīlat Aṭrāb al-Qaṣā’id karya asy-Syāṭibī, pada kata ke-13: lafaz “كُلُّهُم” diberi tanda dalam manzhumah dengan dua kemungkinan—kasrah atau ḍammah pada huruf mim’; sedangkan lafaz “فَرْد” ditandai dengan kasrah pada huruf rā’.
  3. Dalīl al-Ḥayrān karya al-Mārgīnī (syarḥ atas Mawrid al-Ẓam’ān karya al-Ḥarrāz), hlm. 111–112.


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.