Makna Doa Memohon Kenikmatan Memandang Wajah Allah Ta’ala



معنى: اللهم إنا نسألك لذة النظر إلى وجهك في غير ضراء مضرة

Makna Doa Memohon Kenikmatan Memandang Wajah Allah Ta’ala

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Makna Doa Memohon Kenikmatan Memandang Wajah Allah Ta’ala ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

ما معنى هذا الدعاء: اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيمِ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ ؟

Apa makna doa ini: Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu yang mulia dalam keadaan tidak ditimpa kesusahan yang membahayakan dan tidak pula fitnah yang menyesatkan?

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فالحديث المسؤول عنه أخرجه أحمد، والنسائي، وفيه :

Hadits yang ditanyakan itu diriwayatkan oleh Ahmad dan an-Nasa’i, di dalamnya terdapat doa:

… وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ

Wa asʾaluka ladzdzatan-nazhari ilaa wajhika, wasy-syawqa ila liqaa-ika fī ghayri dharaa-a mudhirrah wa laa fitnatin mudhllah

“…dan aku memohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu, serta kerinduan untuk bertemu dengan-Mu dalam keadaan tidak ditimpa kesusahan yang membahayakan dan tidak pula fitnah yang menyesatkan.”

وإليك توضيحاً لمعاني هذه الكلمات ملخصة من فيض القدير للـ المناوي، حيث قال:

Berikut penjelasan makna kata-kata ini yang diringkas dari kitab Faidl al-Qadir karya al-Munawi. Ia berkata :

وأسألك لذة النظر إلى وجهك: أي: الفوز بالتجلي الذاتي الأبدي الذي لا حجاب بعده.

“Dan aku memohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu,” maksudnya: keberuntungan memperoleh penyingkapan dzati yang abadi yang tidak ada lagi hijab setelahnya.

وقيد النظر باللذة؛ لأن النظر إلى الله إما نظر هيبة وجلال في عرصات القيامة، أو نظر لطف وجمال في الجنة. انتهى. وهذا هو المراد هنا.

Lafadz “memandang” dibatasi dengan “kenikmatan,” karena memandang kepada Allah bisa berupa pandangan keagungan dan kebesaran di padang mahsyar pada hari kiamat, atau pandangan kelembutan dan keindahan di surga. Selesai. Inilah yang dimaksud di sini.

والشوق إلى لقائك، قال ابن القيم: جمع فيه بين أطيب ما في الدنيا وهو الشوق إلى لقائه سبحانه، وأطيب ما في الآخرة وهو النظر إلى وجه الكريم. اهـ.

“Dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu,” Ibnu Qayyim berkata: di dalamnya terkumpul dua hal yang paling baik; yang terbaik di dunia yaitu kerinduan untuk bertemu dengan-Nya Subhanahu wa Ta’ala, dan yang terbaik di akhirat yaitu memandang wajah-Nya yang mulia. Selesai.

من غير ضراء مضرة، شوقاً لا يؤثر في سلوكي وإن ضرني مضرة ما.

“Dalam keadaan tidak ditimpa kesusahan yang membahayakan,” maksudnya kerinduan yang tidak memengaruhi perilakuku, meskipun menimpaku suatu bahaya.

وقال القوْنوي: الضراء المضرة حصول الحجاب بعد التجلي.

Al-Qunawi berkata: “Kesusahan yang membahayakan adalah terjadinya hijab setelah penyingkapan (tajalli).”

ولا فتنة مضلة، أي موقعة في الحيرة. قال المناوي في فيض القدير: الفتنة المضلة كل شبهة توجب الخلل أو تنقص في العلم والشهود. اهـ.

“Dan tidak pula fitnah yang menyesatkan,” maksudnya yang menjerumuskan ke dalam kebingungan. Al-Munawi dalam Faidl al-Qadir berkata: fitnah yang menyesatkan adalah setiap syubhat yang menimbulkan kerusakan atau mengurangi ilmu dan penyaksian. Selesai.

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.