Memaafkan Orang yang Zhalim Termasuk Kedudukan Tertinggi (2)



العفو عن الظالمين من أعلى المقامات

Memaafkan Orang yang Zhalim Termasuk Kedudukan Tertinggi (Bagian Kedua)

Alih Bahasa oleh : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Memaafkan Orang yang Zhalim Termasuk Kedudukan Tertinggi ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

الإجابــة

Jawaban (lanjutan):

ويشرع له أيضاً الإمساك عن العفو والصفح ليلقي المذنب ربه بما اقترف من الإثم، لكن -كما قال بعض السلف- ما يفيدك أن يعذب الله أحداً لأجلك؟ مع ما يفوتك من أجر العفو، لو عفوت،

Disyariatkan juga baginya untuk tidak memaafkan dan tidak berlapang dada agar si pelaku dosa bertemu dengan Tuhannya dengan membawa dosa yang telah ia lakukan. Tetapi—sebagaimana dikatakan sebagian salaf—apa manfaatnya bagimu jika Allah menyiksa seseorang demi dirimu, sementara engkau kehilangan pahala memaafkan seandainya engkau melakukannya?

ويشرع له أيضاً الدعاء على الظالم ويدل لذلك ما أخرج البخاري عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم حين يرفع رأسه يقول: سمع الله لمن حمده، ربنا ولك الحمد… يدعو لرجال فيسميهم فيقول:

Disyariatkan juga baginya untuk berdoa melawan orang yang zhalim. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi ﷺ ketika mengangkat kepalanya beliau mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah, rabbana wa laka al-hamd…”, beliau mendoakan sekelompok orang, menyebutkan nama mereka, lalu berkata:

اللهم أنج الوليد بن الوليد وسلمة بن هشام وعياش بن أبي ربيعة والمستضعفين من المؤمنين، اللهم أشدد وطأتك على مضر وأجعلها عليهم كسنين يوسف

“Ya Allah, selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid, Salamah bin Hisyam, ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah, dan orang-orang beriman yang tertindas. Ya Allah, timpakanlah tekanan-Mu atas kabilah Mudhar dan jadikanlah atas mereka seperti tahun-tahun (paceklik) Nabi Yusuf.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari)

ويدل له أيضاً قول النبي صلى الله عليه وسلم:

Hal ini juga ditunjukkan oleh sabda Nabi ﷺ:

ثلاثة لا ترد دعوتهم: الإمام العادل والصائم حين يفطر ودعوة المظلوم، يرفعها الله فوق الغمام، وتفتح لها أبواب السماء، ويقول الرب عز وجل: وعزتي لأنصرنك ولو بعد حين

“Tiga orang yang doa mereka tidak ditolak: imam yang adil, orang yang berpuasa ketika berbuka, dan doa orang yang terzhalimi. Allah mengangkatnya di atas awan, dibukakan baginya pintu-pintu langit, dan Rabb Yang Maha Mulia berfirman: Demi kemuliaan-Ku, Aku pasti akan menolongmu meskipun setelah beberapa waktu.” (Hadits Riwayat Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

ويشرع له أيضاً المقاصة، ومقابلة السيئة بمثلها دون تجاوز، لقوله تعالى:

Disyariatkan juga baginya untuk melakukan muqashah (balasan setimpal), membalas kejelekan dengan yang semisal tanpa melampaui batas. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ {الشورى:٤٠}

“Dan balasan suatu kejelekan adalah kejelekan yang serupa, tetapi barangsiapa memaafkan dan memperbaiki, maka pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (Surah Asy-Syura ayat 40)

لاَّ يُحِبُّ اللّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوَءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلاَّ مَن ظُلِمَ وَكَانَ اللّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا * إِن تُبْدُواْ خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُواْ عَن سُوَءٍ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا {النساء:١٤٨-١٤٩}

“Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan secara terang-terangan kecuali oleh orang yang dizhalimi. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Jika kamu menampakkan suatu kebaikan, menyembunyikannya, atau memaafkan suatu kesalahan, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” (Surah An-Nisa ayat 148–149)

وَلَمَنِ انتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُوْلَئِكَ مَا عَلَيْهِم مِّن سَبِيلٍ * إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُوْلَئِكَ لَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ * وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ {الشورى:٤١-٤٢-٤٣}

“Dan barangsiapa membela diri setelah dizhalimi, maka tidak ada dosa atas mereka. Sesungguhnya dosa hanyalah atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa alasan yang benar. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Surah Asy-Syura ayat 41–43)

ولا شك أن المقام الأول هو أعلى المقامات، وأفضل الخيارات، لما جاء فيه من الأجر والثواب، ومما يؤكد ذلك أن الآيات التي أفادت إباحة المقابلة بالمثل قرنت بالدعوة والترغيب في العفو، والعفو معناه تحمل الإساءة والصبر على آثارها في النفس أو العرض أو غيرهما، رجاء ثواب الله وحسن العاقبة لديه، وعليه، فمن اختار مقام العفو والصفح لم يطلب الاعتذار.

Tidak diragukan bahwa tingkatan pertama (memaafkan) adalah kedudukan tertinggi dan pilihan terbaik, karena di dalamnya terdapat pahala dan balasan. Yang menegaskan hal ini adalah bahwa ayat-ayat yang membolehkan balasan setimpal selalu digandengkan dengan ajakan dan anjuran untuk memaafkan. Sedangkan memaafkan artinya menanggung kejelekan, bersabar atas dampaknya terhadap jiwa, kehormatan, atau lainnya, dengan harapan pahala Allah dan baiknya akibat di sisi-Nya. Oleh karena itu, orang yang memilih kedudukan memaafkan dan berlapang dada tidak menuntut permintaan maaf.

وأما ما استشكلته من آية النساء، فإن الجواب عليه أن تسلط الظالم عليك ذنب ارتكبه في حقك يسوغ لك الدعاء عليه، ولا يمنع هذا أن يكون عدم حفظ الله لك من تسلطه عليك بسبب ذنبك أو ابتلاء لك، فعلى العبد إذا ابتلي بما يكره أن يصبر، وأن يحتسب الأجر عند الله تعالى، وليستشعر قوله صلى الله عليه وسلم:

Adapun apa yang engkau sulitkan dari ayat dalam Surah An-Nisa, maka jawabannya adalah bahwa kezhaliman orang atasmu merupakan dosa yang ia lakukan terhadapmu yang membolehkanmu berdoa melawannya. Hal ini tidak menafikan bahwa tidak terjaganya dirimu dari kezhalimannya bisa jadi karena dosamu atau sebagai ujian bagimu. Maka seorang hamba apabila diuji dengan sesuatu yang tidak ia sukai hendaknya bersabar, mengharap pahala dari Allah, dan merenungkan sabda Nabi ﷺ:

ما من مصيبة تصيب المسلم إلا كفر الله بها عنه حتى الشوكة يشاكها

“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah melainkan Allah akan menghapuskan dengannya sebagian dosanya, bahkan duri yang menusuknya sekalipun.” (Muttafaq ‘Alaih)

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Alhamdulillah selesai rangkaian artikel tanya jawab 2 (Dua) Seri

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.