عَلَامَاتُ الِاسْمِ
Tanda-tanda Isim | Syarh Qathrun Nada
Alih Bahasa dan Kompilasi Materi : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Definisi Kalimah dan Jenisnya dan seluruh bagian Syarh Qathrun Nada yang sudah dimuat dapat anda baca di link berikut ini
ص فَأَمَّا الِاسْمُ فَيُعْرَفُ بِأَلْ كَالرَّجُلِ وَالتَّنْوِينِ كَرَجُلٍ وَبِالْحَدِيثِ عَنْهُ كَتَاءِ ضَرَبْتُ
Matan: Adapun isim, maka ia diketahui dengan (kehadiran) “al”, seperti pada kata ar-rajulu; dengan tanwin seperti pada kata rajulun; dan dengan (kemungkinan) dibicarakan tentangnya, seperti huruf tā’ pada kata ḍarabtu (“aku telah memukul”).
ش لَمَّا بَيَّنْتُ مَا انْحَصَرَتْ فِيهِ أَنْوَاعُ الْكَلِمَةِ الثَّلَاثَةُ شَرَعْتُ فِي بَيَانِ مَا يَتَمَيَّزُ بِهِ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهَا عَنْ قَسِيمَيْهِ لِتَتِمَّ فَائِدَةُ مَا ذَكَرْتُهُ فَذَكَرْتُ لِلِاسْمِ ثَلَاثَ عَلَامَاتٍ، عَلامَةً مِنْ أَوَّلِهِ وَهِيَ الْأَلِفُ وَاللَّامُ كَالْفَرَسِ وَالْغُلَامِ
Ketika aku telah menjelaskan bahwa jenis-jenis kalimah itu terbatas pada tiga macam, aku pun mulai menjelaskan apa yang membedakan masing-masing dari ketiganya dengan dua pasangannya, agar sempurna manfaat dari apa yang telah aku sebutkan. Maka aku menetapkan bagi isim tiga tanda: satu tanda yang terdapat di awal kata, yaitu alif-lam, seperti pada al-farasu dan al-ghulāmu;
وَعَلامَةً مِنْ آخِرِهِ وَهِيَ التَّنْوِينُ، وَهُوَ نُونٌ زَائِدَةٌ سَاكِنَةٌ تَلْحَقُ الْآخِرَ لَفْظًا لَا خَطًّا لِغَيْرِ تَوْكِيدٍ، نَحْوُ: زَيْدٌ، وَرَجُلٌ، وَصَهٍ، وَحِينِئِذٍ، وَمُسْلِمَاتٍ، فَهَذِهِ وَمَا أَشْبَهَهَا أَسْمَاءٌ بِدَلِيلِ وُجُودِ التَّنْوِينِ فِي آخِرِهَا،
Satu tanda yang terdapat di akhir kata, yaitu tanwin, yaitu nun tambahan yang berharakat sukun yang menyertai huruf terakhir dalam pengucapan, bukan dalam tulisan, dan bukan untuk tujuan penegasan, seperti pada kata Zaydun, rajulun, ṣahin, ḥīnaʾidzin, dan muslimātin. Maka kata-kata ini dan yang serupa dengannya adalah isim, dengan dalil adanya tanwin di akhir kata-kata tersebut.
وَعَلامَةٌ مَعْنَوِيَّةٌ وَهِيَ الْحَدِيثُ عَنْهُ، كَقَامَ زَيْدٌ، فَزَيْدٌ اسْمٌ لِأَنَّكَ حَدَّثْتَ عَنْهُ بِالْقِيَامِ، وَهَذِهِ الْعَلامَةُ أَنْفَعُ الْعَلَامَاتِ الْمَذْكُورَةِ لِلِاسْمِ،
Dan ada satu tanda yang bersifat maknawi, yaitu (kemungkinan) dibicarakan tentangnya, seperti pada kalimat qāma Zaydun (“Zaid berdiri”). Zaid adalah isim karena engkau mengabarkan tentangnya dengan (perbuatan) berdiri. Tanda ini adalah tanda yang paling bermanfaat di antara tanda-tanda isim yang telah disebutkan.
وَبِهَا اسْتُدِلَّ عَلَى اسْمِيَّةِ التَّاءِ فِي «ضَرَبْتُ»، أَلَا تَرَى أَنَّهَا تَقْبَلُ أَلْ، وَلَا يَلْحَقُهَا التَّنْوِينُ، وَلَا غَيْرُهَا مِنَ الْعَلَامَاتِ الَّتِي تُذْكَرُ لِلِاسْمِ سِوَى الْحَدِيثِ عَنْهَا فَقَطْ.
Dengan tanda ini pula ditunjukkan ke-isim-an huruf tā’ pada kata dharabtu. Tidakkah engkau melihat bahwa huruf itu menerima “al”, tanwin tidak menyertainya, dan tidak pula (tanda-tanda) lain yang disebutkan bagi isim, selain (kemungkinan) dibicarakan tentangnya saja.
Bersambung ke bagian berikutnya
Baca lebih nyaman di aplikasi rezandroid : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid&hl=id
Leave a Reply