Fathul Qarib Al Mujib : Ath Thahaarah (5) : Mensucikan Kulit Bangkai
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Terjemah Fathul Qarib Al Mujib selengkapnya dapat dilihat di Kategori Terjemah Fathul Qarib
w
[• تطهير جلود الميتة]
Mensucikan Kulit Bangkai
{فصل} في ذكر شيء من الأعيان المتنجسة وما يطهر منها بالذباغ وما لا يطهر.
(Bab) mengenai beberapa jenis benda najis dan cara penyuciannya melalui penyamakan dan apa-apa yang tidak dapat disucikan dengan cara tersebut
(وجلود الميتة) كلها (تطهُر بالدباغ) سواء في ذلك ميتة مأكول اللحم وغيره.
(Kulit bangkai) semuanya (dapat disucikan melalui penyamakan) baik bangkai dari hewan yang dapat dimakan atau selainnya.
وكيفية الذبغ أن ينزع فضول الجلد مما يُعَفِّنه من دم ونحوه، بشيء حِرِّيف كعفص، ولو كان الحريف نجسًا كذرق حمام كفى في الدبغ (إلا جلدَ الكلب والخنزير وما تولد منهما أو من أحدهما) مع حيوان طاهر، فلا يطهر بالدباغ.
Cara penyamakan adalah dengan menghilangkan kotoran dari kulit yang dapat menyebabkan pembusukan seperti darah dan sejenisnya, dengan menggunakan bahan penyamakan seperti tannin (asam tanat), meskipun bahan penyamakan tersebut najis seperti kotoran burung merpati, maka itu sudah cukup untuk proses penyamakan (kecuali kulit anjing dan babi serta keturunannya atau hewan yang dilahirkan dari salah satu dari keduanya) dengan hewan suci, maka tidak dapat disucikan melalui penyamakan.
(وعظمُ الميتةِ وشعرُها نجسٌ) وكذا الميتة أيضا نجسة.
(Tulang bangkai dan rambutnya [bulunya] adalah najis) dan begitu pula bangkai itu sendiri adalah najis.
وأريد بها الزائلة الحياة بغير ذكاة شرعية؛ فلا يستثنى حينئذ جنين المُذَكَّاة إذا خرج من بطن أمه ميتًا، لأن ذكاته في ذكاة أمه، وكذا غيره من المستثنيات المذكورة في المبسوطات. ثم استثنى من شعر الميتة قوله: (إلا الآدمي) أي فإن شعره طاهر كمَيتَتِه.
Yang dimaksud dengan bangkai adalah hewan yang mati tanpa penyembelihan yang sah; sehingga tidak ada pengecualian untuk janin hewan yang disembelih jika keluar dari perut ibunya dalam keadaan mati, karena penyembelihannya sudah dalam penyembelihan ibunya, demikian pula pengecualian lain yang disebutkan dalam karya-karya klasik. Kemudian dalam hal rambut (bulu) bangkai, disebutkan pengecualian: (kecuali manusia) karena rambut manusia adalah suci seperti bangkai (mayat)nya.
Allahu Ta’ala A’lam
Leave a Reply