Ketaatan dan Musibah (2)



زيادة البلاء مع زيادة الطاعة

Peningkatan Musibah Bersamaan dengan Peningkatan Ketaatan (Bagian Kedua)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Ketaatan dan Musibah ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

فاستجابة الله تعالى لمن دعاه أمرٌ مِن وعد الله الذي لا يتبدَّل، ولكن الاستجابة تتنوَّع، فتقع بعين ما دُعِي به، أو بعوضه، أو بادِّخار الأجر، وقد يَختار الله تعالى له برحمته القائمة على الحكمة غير ما سأل، فيَدفع عنه من البلاء، وقد يدَّخر له في الآخرة الأجر والثواب، فهو سبحانه وتعالى أعلم بمصالح عباده، وأرحم بهم من أنفسهم وأهليهم؛ 

Maka pengabulan doa oleh Allah Ta’ala kepada siapa saja yang memanjatkan doa adalah bagian dari janji-Nya yang tidak akan berubah. Namun, pengabulan doa itu beragam bentuknya: bisa berupa terwujudnya apa yang diminta, bisa juga berupa penggantian, atau disimpan sebagai pahala di akhirat. Terkadang Allah Ta’ala, dengan rahmat-Nya yang dilandasi hikmah, memilihkan untuk seorang hamba sesuatu yang lebih baik daripada yang ia minta. Dengan demikian, Allah mencegah musibah dari hamba tersebut atau menyimpan pahala dan ganjarannya untuk akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui kebaikan untuk hamba-Nya dan lebih menyayangi mereka daripada mereka menyayangi diri sendiri atau keluarga mereka.

فعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: 

Dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:

ما من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث؛ إما أن يُعجِّل له دعوته، وإما أن يدَّخرها في الآخرة، وإما أن يَصرف عنه من السوء مثلها

“Tidak ada seorang Muslim yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi kecuali Allah akan memberikan salah satu dari tiga hal: Dia mempercepat pengabulan doanya, atau Dia menyimpannya untuk akhirat, atau Dia menghindarkan dari keburukan setara dengan yang diminta.”

قالوا: إذًا نُكثِر، قال: “الله أكثر”؛ رواه أحمد والحاكم.

Para sahabat berkata : “Kalau begitu, kami akan memperbanyak doa.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah lebih banyak lagi (memberi).” (Hadits Riwayat Imam Ahmad dan Imam Hakim)

Ketergesa-gesaan Dalam Berdoa

ولكنَّ الإنسان خُلق عَجولًا يُبادر الأشياء، ويستعجل وقوعها، ويُريد تحقيق كل ما يخطر له وإن كان فيه هلاكه، أو ضرره وإيذاؤه، ولما كان الله تعالى يعلم ما يصلح لعبده كان الواجب على العبد أن يوكل الأمر كله لله فلا يتعجَّل قضاءه، 

Namun, manusia diciptakan tergesa-gesa, terburu-buru dalam melakukan sesuatu, dan ingin segera melihat hasilnya, bahkan berusaha mewujudkan semua yang terlintas dalam pikirannya meskipun hal itu bisa membawa kebinasaan, bahaya, atau penderitaan bagi dirinya. Karena Allah Ta’ala mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya, maka wajib bagi seorang hamba untuk menyerahkan segala urusannya kepada Allah dan tidak terburu-buru dalam menunggu takdir-Nya.

فالإيمان ثقة وصبر واطمئنان، ولا يقطع رجاءه من إجابة دعائه ولو طالت المدة، فإنه سبحانه يحبُّ الملحين في الدعاء؛ لأنه من أعظم العبادة؛ لما فيه من الخضوع والافتقار

Iman adalah keyakinan, kesabaran, dan ketenangan. Seorang hamba tidak boleh kehilangan harapan terhadap pengabulan doanya, meskipun waktu yang dibutuhkan lama. Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai mereka yang terus menerus memohon dalam doa, karena hal itu merupakan salah satu bentuk ibadah yang paling mulia, yang menunjukkan ketundukan dan kebutuhan total kepada-Nya.

فكلُّ داعٍ يستجاب له ولكن تتنوع، والله تعالى أمرَنا أن ندعو الله – ونحن موقنون بالإجابة – وأن نحزِم المسألة؛ لأن الله لا يعجزه شيء، وهو على كل شيء قديرٌ، ولكنَّ الدعاء – وإن كان من أقوى الأسباب في دفع المكروه وحصول المطلوب – إلا أنه قد يتخلفُ عنه أثرُه؛ 

Setiap doa yang dipanjatkan akan dikabulkan, namun pengabulannya bervariasi. Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya dengan keyakinan penuh bahwa doa akan dikabulkan, serta bersungguh-sungguh dalam permohonan, karena Allah tidak ada yang bisa menghalangi-Nya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Meskipun doa adalah salah satu sebab yang paling kuat dalam menghindarkan keburukan dan memperoleh apa yang diinginkan, terkadang doa tersebut tidak menunjukkan pengaruh yang diharapkan.

Sebab Doa Belum Terkabul

إما لضعفِه في نفسه؛ بأن يكون دعاءً لا يحبُّه الله؛ لِمَا فيه من العدوان، وإما لضعف القلب، وعدم إقباله على الله، وجمعيَّته عليه وقت الدعاء، فيكون بمنزلة القوس الرِّخو جدًّا؛ فإن السهم يخرج منه خروجًا ضعيفًا، وإما لحصول المانع من الإجابة من أكل الحرام، والظلم، ورَيْنِ الذُّنوب على القلوب، واستيلاء الغفلة، والسهو، واللهو، وغلبتها عليها.

Atau karena kelemahan doa itu sendiri, seperti doa yang tidak disukai Allah karena mengandung unsur kezhaliman; atau karena kelemahan hati, ketidakfokusan hati kepada Allah, serta kurangnya konsentrasi saat berdoa, yang menjadikan doa tersebut seperti panah yang keluar dari busur yang sangat lemah, sehingga panah tersebut melesat dengan sangat lemah; atau karena adanya penghalang pengabulan doa, seperti memakan makanan haram, melakukan kezaliman, noda dosa yang menutupi hati, serta dominasi kelalaian, kebimbangan, dan kesenangan duniawi yang menguasai hati.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : IslamWay



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.