Iran Tegaskan Klaim Kepemilikan atas Tiga Pulau UEA
rezaervani.com – 2 Desember 2000 – Iran Tegaskan Klaim Kepemilikan atas tiga pulau yang disengketakan dengan Uni Emirat Arab, dan menuduh bahwa tuntutan UEA terhadap pulau-pulau tersebut hanya akan memperburuk masalah di kawasan. Pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan atas seruan Presiden UEA, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, yang meminta Iran untuk mengakhiri pendudukannya atas pulau-pulau tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hamid Reza Asefi, mengatakan bahwa pulau Abu Musa, serta Pulau Greater Tunb (Tunb al-Kubra) dan Lesser Tunb (Tunb al-Sughra), “merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Islam Iran.” Ia menyerukan kepada para pejabat UEA agar tidak terus membahas masalah ini dan agar lebih memperhatikan pergerakan kekuatan besar di kawasan serta meningkatnya ancaman Israel terhadap Intifada Palestina.
Asefi menambahkan bahwa “tuntutan berkelanjutan atas kedaulatan hanya akan memperburuk kesalahpahaman dan memperumit persoalan di kawasan.” Ia menegaskan bahwa Iran siap melanjutkan perundingan mengenai pulau-pulau tersebut tanpa prasyarat apa pun.
Pernyataan pejabat Iran tersebut muncul setelah Sheikh Zayed sehari sebelumnya menyerukan kepada Iran agar mengakhiri pendudukannya atas ketiga pulau itu. Dalam pidatonya pada peringatan Hari Nasional UEA, ia menegaskan tekad negaranya untuk terus berupaya mengembalikan pulau-pulau tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa meskipun UEA telah melakukan berbagai upaya diplomatik untuk mengakhiri pendudukan itu, Iran tetap menolak untuk menanggapinya.
Sheikh Zayed menegaskan bahwa “pendudukan Iran atas pulau-pulau tersebut menjadi penghalang utama bagi peningkatan hubungan antara kedua negara.”
Dewan Nasional Federal UEA pada hari Rabu sebelumnya juga menegaskan kembali tekad negaranya untuk tidak menyerahkan haknya atas pulau-pulau yang saat ini dikuasai Iran sejak penarikan pasukan kolonial Inggris dari kawasan tersebut pada tahun 1971.
Diketahui bahwa sebuah komite yang dibentuk oleh Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) tahun lalu —yang terdiri dari Qatar, Arab Saudi, dan Oman— telah berupaya menengahi kedua negara agar menyelesaikan krisis ini melalui cara-cara damai.
Namun Iran menolak untuk membawa kasus ini ke arbitrase internasional seperti yang diinginkan oleh UEA, dan justru menyerukan diadakannya perundingan langsung antara kedua negara tanpa menetapkan jadwal pelaksanaannya.
Hubungan antara Iran dan negara-negara Arab Teluk sempat mengalami perbaikan sejak terpilihnya Mohammad Khatami sebagai Presiden Iran pada tahun 1997, namun perselisihan antara Iran dan UEA atas tiga pulau tersebut masih menjadi hambatan utama bagi perkembangan hubungan lebih lanjut antara kedua belah pihak.
Sumber : al Jazeera