Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Agama Jawa - Detail Buku
Halaman Ke : 10
Jumlah yang dimuat : 577
« Sebelumnya Halaman 10 dari 577 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

untuk menebak bahwa pemahamannya tentang dinamika golongan ini merupakan salahsatu faktor yang menyebabkannya kemudian mengadakan studi perbandingan dengan situasi di Maroko. Ketika menguraikan golongan ketiga Geertz mendapat kesan adanya kecenderungan yang bernuansa Hinduistis. Golongan sebenarnya bisa juga dianggap sebagai mewakili—jika saja istilah seorang antropolog Amerika (Redfield) boleh dipakai—“great tradition" (tradisi besar Jawa) yang bermuara di kraton. Golongan ini sibuk dengan segala macam corak etiket sosial—mulai dari bahasa yang bertingkat-tingkat sampai tata perilaku yang terjaga. Kesemuanya memperlihatkan juga kesadaran akan perbedaan status. Tetapi jika para petani sibuk dengan slametan dan pedagang lebih suka ke masjid dan naik haji, maka mereka yang mempunyai status sosial tradisional yang lebih tinggi ini lebih dekat dengan ajaran dan praktik kebatinan. Tidak kurang pentingnya ialah fakta bahwa golongan ini tidak saja menampilkan diri sebagai penikmat dan bahkan pemelihara kesenian klasik Jawa, tetapi juga melibatkan diri dalam suasana seni populer kekotaan, yang memantulkan suasana Indonesia modern. Tetapi siapakah aktor-aktor atau golongan-golongan yang bermain diatas panggung antropologi, yang ternyata juga memantulkan suasana kesejarahan ini? Kalau saja yang dilihat hanya kerja utama mereka, maka tentu bisa ditebak bahwa sebagian besar penduduk pedesaan itu adalah petani, sedangkan yang paling aktif di pasar tentulah para pedagang, dan bekerja di kantor-kantor pemerintah tentu saja para pegawai dan pejabat. Jika yang pertama memperlihatkan kecenderungan animistis dalam pola ritualnya, sedangkan yang kedua berusaha menampilkan diri sebagai golongan yang mencoba sepatuh mungkin mengikuti ajaran syariah Islam, maka yang ketiga adalah boleh dikatakan sebagai penerus kebesaran kebudayaan Jawa yang Hinduistis. Jadi, meskipun tidak bersifat eksklusif, boleh dikatakan masing-masing golongan mempunyai kecenderungan keagamaan—sistem simbol—yang berbeda- beda. Tetapi siapakah mereka? Maka penamaan Geertz atas ketiga golongan inilah yang dengan begitu saja menyebabkannya langsung menjadi sasaran ilmuwan Indonesia (antara lain Koentjaraningrat). Sebelum rekonstruksi akademisnya tentang masyarakat penganut “agama”—agama dalam pengertian akademis yang diperlihatkannya, ia pun dikritik karena telah mencampur-adukkan kategori dari orientasi kultural dan keagamaan dengan sistem stratifikasi sosial.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 10 dari 577 Berikutnya » Daftar Isi